Hurt | 12

43 8 0
                                    

Ingatkan aku akan satu hal. Semua telah diatur. Layaknya bidak catur dengan masing-masing langkahnya. Kali ini aku berusaha mengikuti aturan langkahku, untuk mencapai kastil hatimu.

***

Satu minggu sudah berlalu semenjak kejadian di mana Naya hampir menyerahkan dirinya kepada Galang secara paksa. Dan selama satu minggu juga Galang tak pernah berbicara pada Naya, ataupun hanya sekedar melihat keadaan gadis itu di kamarnya. Seperti orang yang tak merasa bersalah akan perbuatannya.

Dua hari setelah kejadian di malam itu, Naya sempat mengalami keterpurukan dan tak mau berbuat apa-apa. Namun Naya kembali berpikir dia tak boleh selamanya terpuruk dan terus memikirkan hal yang sudah menimpanya itu.

"Aku tak boleh seperti ini terus, aku harus bangkit dan tak boleh meratapi keadaanku sekarang. Lihat saja manusia itu bahkan tak merasa bersalah sedikit pun. Aku akan membuktikan kepada pria itu, siapa yang sudah di jadikannya tahanan disini!" Batin Naya

Seminggu mengurung diri di kamar, Naya sudah mulai membaik. Gadis itu mulai memikirkan berbagai macam cara. Apa yang akan dilakukannya untuk menghadapi manusia labil itu.

Bibi Sumi ingin mengantarkan makanan untuk Naya. Wanita paruh baya itu hendak mengetuk pintu kamar, lalu ia terkejut karena Naya sudah membuka pintu lebih dulu.

Gadis itu sudah berpakaian dengan rapi. Mengenakan celana jeans dan kaos hitam bergaris-garis putih berlengan panjang berukuran besar yang di belikan oleh Galang beberapa waktu lalu. Ia juga memakai topi berwarna hitam yang dia peroleh dari dalam lemari.

"Nona Naya hendak kemana?" Tanya Bibi Sumi cemas.

"Ahh kenapa Bibi memanggilku Nona lagi?.. Emm. Aku akan pergi dari sini Bibi." Ujar Naya tersenyum.

"Tapi Nona, eh maksud saya Naya. Tuan muda tak akan mengijinkanmu. Dia akan marah besar!" Ingat Bibi Sumi khawatir.

"Tepat! Itu yang aku inginkan!" Batin Naya.

"Hm tak perlu khawatir Bibi. Aku akan menanganinya, oke." Ujar Naya tersenyum dan melangkah keluar dari kamarnya.

Hari sudah siang dan kemungkinan besar pemilik rumah mewah bak istana ini sudah pergi bekerja. Naya melangkahkan kakinya hendak menuruni tangga dengan perlahan. Ia dapat melihat begitu banyak pengawal yang berpakaian dengan setelan jas hitamnya di bawah sana tengah sibuk.

Bibi Sumi kembali mengejar Naya yang sudah sampai di dekat tangga.

"Nona.. Nona Naya.." Panggil Bibi Sumi kembali menggunakan Nona karena pasti akan di dengar oleh para pengawal yang berjaga di lantai bawah.

"Ada apa Bibi? Dan jangan berlari Bibi nanti Bibi terjatuh, bukankah kakimu sedang sakit?" Tanya Naya khawatir.

"Tak masalah dengan kaki saya Nona. Saya mohon Nona jangan pergi. Karena Tuan muda akan marah dan terlebih lagi nanti malam akan ada acara besar." Pinta Bibi Sumi.

Dapat dilihat oleh Naya memang cukup ramai orang di bawah yang sedang menghias rumah besar itu.

"Ada acara apa?" Tanya Naya penasaran sambil melihat ke arah bawah, karena banyak pekerja yang berlalu lalang.

"Saya tidak bisa bilang sekarang Nona. Yang jelas saya minta Nona jangan keluar dari rumah ya." Pinta wanita paruh baya itu.

"Bibi tenanglah." Ujar Naya sambil memegang kedua lengan Bibi Sumi. "Aku hanya pergi sebentar dan akan kembali lagi kok." Ujar Naya sambil menampilkan senyum manisnya.

"Tapi—"

"Stttthhh.." Potong Naya meletakkan telunjuk di bibirnya sambil tersenyum. "Yang terpenting Bibi pura-pura tidak tahu saja oke?" Ujar Naya langsung pergi menuruni tangga. Sementara Bibi Sumi yang tak bisa menghalangi Naya hanya menghela nafas pasrah.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang