Hurt | 11

41 10 1
                                    

Bukan karena menangis kau menjadi lemah. Lepaskanlah air mata saat kesedihan itu menyapa. Karena tak akan pernah linangan yang tertahan menjadi sebuah kelegaan.

***


"Kak Juna berhentilah menusuk-nusuk pipiku."

"Lubang di pipimu membuat aku gemas. Kau tahu?"

"Huh! Menyebalkan! Akan ku adukan pada Kak Galang!"

"Aku tak takut!"

"Kak Galang, lihatlah Kak Juna. Dia selalu menggangguku! Pipiku selalu di tusuk olehnya. Lama-lama pipiku benar-benar bolong akibat ulahnya" Adu gadis manis berlesung pipi dengan puppy eyes andalannya, alisnya saling bertautan dan bibir merah mudanya yang di kerucutkan membuatnya tampak menggemaskan.

"Hei Juna! Kau apakan dia? Lihatlah wajahnya sekarang, bertambah jelek!" Goda Galang.

"HAHAHA!!" Tawa Galang dan Juna memenuhi ruangan keluarga.

"HUH! Menyebalkan! kalian berdua sama saja!" Kesal gadis manis yang di goda oleh kedua pria yang tadi duduk di samping kanan dan kirinya, lalu ia pergi meninggalkan kedua pria itu.

------------------------------------------------------------------

Naya sudah masuk ke dalam kamarnya terlebih dahulu. Setelah pulang dari rumah sakit, dia langsung menuju ke kamar dan mengurung dirinya. Gadis itu tak ingin di ganggu oleh siapa pun.

Sebenarnya bisa saja Galang masuk ke dalam kamarnya, karena dia memiliki kunci cadangan kamar gadis itu. Tapi dia tidak ingin mengganggu dan ingin membiarkan gadis itu untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Saat makan siang pun Naya tidak keluar dari kamarnya. Galang meminta Bibi Sumi untuk mengantarkan makanan kepadanya.

Ya, Bibi Sumi adalah wanita paruh baya yang mengurus pekerjaan rumah. Ia sudah lama mengenal seorang Galang, bahkan ketika Galang belum dilahirkan dia sudah bekerja di rumah keluarga Faeyza.

Bibi Sumi cukup terkejut, ketika ia baru kembali beberapa hari yang lalu dari kampung halamannya. Ia melihat Naya ada di rumah milik Tuan mudanya itu.

Akan tetapi Bibi Sumi belum sekali pun berbicara dan berhadapan langsung dengan Naya. Namun melihat perhatian yang diberikan oleh Galang, Bibi Sumi seakan sudah mengerti posisi gadis itu.

"Bibi. Tolong antarkan makanan ke kamarnya." Pinta Galang.

"Baiklah Tuan."

Setelah menyiapkan makanan, Bibi Sumi menaiki tangga dan langsung menuju ke kamar Naya.

Tok tok tok..

"Nona.." Panggil Bibi Sumi.

Tak ada jawaban.

Naya berada di dalam kamar sedang duduk di sofa yang ada di dekat jendela. Ia memandangi pamandangan di luar jendela. Naya menyadari ada suara seseorang dari luar kamar dan memanggil namanya. Dan suara itu adalah suara wanita. Dia belum pernah tau kalau di rumah besar ini ada seorang wanita selain dirinya.

"Suara siapa itu?" batin Naya.

Naya mendekat ke arah pintu dan masih mendengar suara wanita itu memanggil namanya. Mendekatkan telinganya ke pintu, dan benar itu dari luar kamarnya. Gadis itu membuka pintu kamarnya sedikit dan mengintip dari dalam.

Wanita paruh baya.

"Nona, saya membawakan makan siang untuk anda." Ujar Bi Sumi sambil menunjukkan nampan yang berisi makanan.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang