Hurt | 17

34 10 0
                                    

Bukannya ingin menghindar. Hanya hati belum siap merasakan debar. Saat hadirmu begitu nyata menghantarkan getar.

***

Galang masih mencoba menghubungi Juna atau anak buahnya yang lain. Setelah Juna menjawab panggilannya, Galang pun meminta Juna untuk menjemput dan memerintahkan anak buahnya untuk mengurus mobil sport hitam kesayangannya itu.

Setelah memberitahu di mana keberadaannya, Galang masuk ke dalam mobilnya sembari menunggu Juna datang.

Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku kemudi. Galang memandang ke depan. Berfikir apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Dia terlalu senang, karena melihat sosok yang sangat ia rindukan. Hingga akhirnya memilih menghindar karena tak mampu berkata apa pun.

"Kenapa kau semakin kurus, Nay?"

"Baiklah. Selanjutnya aku akan mengetahui tempat persembunyianmu selama ini." Galang bermonolog sembari tersenyum.

Entah sejak kapan dia mulai mudah tersenyum hanya dengan sesuatu yang berhubungan dengan Naya.

Cukup lama Galang menunggu, sampai akhirnya Juna tiba dan mengetuk kaca mobilnya.

Galang yang tertidur, akhirnya bangun karena suara ketukan dari Juna pada kaca luar mobilnya. Juna sudah sampai dengan dua pengawal Galang yang lain.

"Kau lama sekali Juna. Aku sampai tertidur." Galang berlalu menuju mobil yang di bawa Juna, dan memberi kuncinya kepada pengawal tadi.

Juna tak menjawab, hanya langsung menyusul Galang yang sudah duduk di bangku sebelah bangku kemudi. Setelah itu Juna langsung menjalankan mobilnya.

"Apa yang kau lakukan di daerah sini?"

Galang tak menjawab, atau mungkin tak mendengar pertanyaan yang di lontarkan Juna. Karena dia asik dengan khayalannya sendiri sembari tersenyum-senyum gila.

"Lang."

"Galang."

"Galang!" Panggil Juna yang masih belum ada jawaban.

"GALANG!" Juna sedikit menaikkan suaranya.

"Hei!! Apa kau gila?" Tanya Galang kesal.

"Kau yang gila! Lihatlah wajahmu yang senyum-senyum sendiri itu!"

"Mana ada aku senyum-senyum!"

"Terserah kau!" Balas Juna. "Aku ingin memberitahu bahwa aku sudah menemukan dimana alamat Naya."

"Oh iya?"

Juna memalingkan wajahnya, melihat ke arah Galang yang memasang ekspresi datar.

"Kau tak senang?"

Dalam hati, Galang tersenyum penuh. Bahkan aku sudah bertemu dengannya.

"Aku akan senang jika sudah melihatnya!" Galang masih berekspresi datar.

"Baiklah besok aku akan mengantar—"

"Tidak perlu! Berikan saja alamatnya!" Potong Galang.

***

Angin malam semakin menusuk-nusuk di kulit. Namun ntah apa yang di lakukan orang di dalam mobil berwarna silver itu, di sebrang jalan depan minimart dimana Naya bekerja.

Seseorang yang duduk di bangku penumpang belakang melihat ke arah minimart dengan memegang beberapa foto seorang gadis manis dengan rambut hitam panjang. Tampak di foto tersebut kalau orang yang ada di foto itu tak tahu jika dirinya sudah di foto.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang