"Thank you for handling everything, Yaya. Aku sangat menghargai bantuanmu," ucap Lisa di telepon kepada rekan kerjanya yang kini menangani pekerjaannya di Thailand. Lisa berpikir untuk membelikan Yaya oleh-oleh yang banyak sepulang dari New York.
"Jangan sungkan, Lisa. Hanya saja ibumu sering ke butik dan bertanya kenapa kau jarang sekali menghubunginya atau ayahmu. Kau ini."
"Ops, my bad. Ya, aku akan lebih sering menghubunginya. Aku terlalu sibuk di sini jadi terkadang lupa menghubungi Mom dan Daddy. Sampaikan salamku pada Ploy, oke? Aku akan membelikan kalian oleh-oleh yang banyak nantinya, tenang saja."
Yaya hanya tertawa. Mereka mengobrol sebentar lagi sebelum mengakhiri panggilan. Sebenarnya Jisoo tidak terlalu mengekangnya. Tapi menurut Lisa akan sangat membuang-buang waktu jika pulang-pergi New York-Thailand. Jadi ia memilih menetap di Korea untuk sementara.
Lisa kembali ke pekerjaannya semula, yaitu menjahit gaun Jennie. Ia sendirian di rumah sore ini, sementara Jisoo belum pulang dari kantornya. Hari ini mereka tidak disibukkan oleh 'wedding stuff' seperti biasa sebab kabarnya Jennie dan kakeknya akan makan malam bersama keluarga Kim Taehyung.
Lisa menghela napas panjang. Ia tetap fokus kepada mesin jahitnya tapi pikirannya dipenuhi Jennie. Bagaimana jika ia dan Jisoo tidak dapat menggagalkan pernikahan itu? Waktunya semakin dekat dan kedatangan gadis misterius itu tinggal menghitung hari.
Jisoo telah memberitahu rahasia yang sangat mengejutkan tentang Kim Taehyung, membuat Lisa sangat murka. Alasan itulah yang membawanya ke New York. Ia tidak akan kembali hanya karena Jennie pingsan.
Lalu Lisa merasakan ponselnya bergetar lagi. Kali ini dari Jisoo. Lisa menghentikan kembali pekerjaannya dan menjawab panggilan tersebut.
"Hey, Jisoo."
"Lisa, sebentar lagi Irene akan menjemputmu. Kita akan berbelanja untuk pesta bridal shower Jennie. Karena kantor Irene dekat dari rumah, jadi aku meminta bantuannya untuk menjemputmu. Is that okay?"
"Oh, oke. Kalau begitu aku akan bersiap-siap sekarang. See you."
Lisa POV
Aku sudah berada di mobil Irene sementara wanita itu menyetir sambil tersenyum-senyum. Entah apa yang dipikirkannya. Kami tidak saling bicara tapi sepertinya ia sedang senang sekali. Aku akui kalau wanita itu tampak dingin dan seksi jika sedang diam. Namun ia terlihat jauh lebih muda dan berseri jika sedang senang seperti ini.
"Tampaknya ada yang sangat bahagia sore ini. Apa kau baru saja memenangkan lotre?" godaku.
Irene tertawa mendengarnya. "Anggap saja kalau hatiku sedang berbunga-bunga."
"Benarkah? Dan siapakah orang yang beruntung itu?" aku semakin tertarik mendengarnya. Irene sudah kuanggap seperti teman dekat, meskipun kami baru beberapa hari berkenalan. Aku juga ingin mengenalnya lebih jauh karena aku nyaman bersamanya. Bukan nyaman dalam arti lain, tapi ketika bersamanya, aku seperti sedang bersama Jisoo.
"Aku tidak akan mengatakannya padamu," ucap Irene seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oke, oke. Tapi aku senang melihatmu merona seperti sekarang," aku terus menggodanya. Pada kenyataannya benar, wajahnya memerah.
"No, I'm not."
"Yes, you are."
Lalu saat Irene hendak membuka mulutnya untuk membantahku lagi, ponselnya berdering. Ia lalu meliriknya sekilas dan senyumannya semakin lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
FanfictionJennie berpikir bahwa persahabatannya dengan Lisa sudah berakhir bertahun-tahun lalu. Setelah menghancurkan hati Lisa saat malam prom mereka, Lisa pergi dari kehidupannya. Lisa menjauhkan dirinya dari Jennie dan memulai kehidupan baru yang jauh dari...