Ending

25.8K 1.6K 155
                                    


Lisa tidak mengedipkan matanya sedikitpun. Wanita di hadapannya benar-benar Jennie dan gaun yang kini di tangannya adalah gaun pernikahan yang tidak jadi digunakan pada hari yang seharusnya. Satu-satunya hal yang melegakan Lisa adalah gaun itu tidak terbakar seperti yang dikatakan Jisoo.

Tapi ekspresi Jennie saat ini sangat mengkhawatirkan. Jika tatapan Jennie dapat membunuh, Lisa mungkin sudah sekarat sekarang.

Dengan susah payah Lisa menelan ludah. Apa yang harus dikatakannya terlebih dahulu? Hi baby? Bagaimana perjalananmu dari New York ke tempat ini? Baby, aku merindukanmu, peluklah aku.

"Ingin mengatakan sesuatu?" justru Jennie yang bersuara terlebih dahulu.

Lisa menggigit bibir bawahnya seraya berjalan perlahan mendekati Jennie. Penampilan wanita itu sangat modis seperti biasa. Bahkan setelah turun pesawat dengan jam terbang yang panjang tetap membuat Jennie seperti ratu catwalk.

"H-hai?"

Sebuah tamparan mengenai lengan Lisa. Cukup keras hingga wanita pirang itu meringis.

"Setelah meninggalkanku dan tidak memberi kabar selama seminggu, hanya 'hai' yang ada di kepalamu?"

"Aku sudah meminta maaf, baby. Aku kira kau masih marah padaku karena merahasiakan sandiwara itu. Jadi aku takut untuk mengganggumu."

Jennie masih menatap tajam pada Lisa.

"Lagipula Jisoo berkata kalau kau sangat marah padaku. Kau tidak ingin menghubungi atau dihubungi. Kau bahkan ingin membakar gaunmu," lanjut Lisa sambil melirik gaun pernikahan Jennie. "Tapi nyatanya tidak. Apa Kim Jisoo menipuku?"

"What? Jisoo berkata kalau kau mengurungkan niatmu untuk menikah denganku. Kau tidak akan kembali dalam waktu lama. Astaga, apa Kim Jisoo juga menipuku?"

Lisa mengerjapkan mata berkali-kali.

"Aku mengurungkan niat untuk menikah denganmu? No way. Itu tidak mungkin," bantah Lisa. "Ya Tuhan, Kim Jisoo telah berhasil mengerjai kita berdua."

Jennie berubah cemberut. Ia berjanji akan mencekik Jisoo untuk kesekian kali dalam hidupnya.

"Baby, kenapa gaunnya lembab? Dimana kau meletakkannya?" tanya Lisa.

"Jangan bahas tentang gaun itu!" sembur Jennie. Kepala Lisa otomatis mengangguk-angguk cepat.

Ia bisa melihat bibir Jennie melengkung karena cemberut. Hidungnya sedikit merah. Apa kekasihnya menangis? Lisa mencoba berjalan lebih dekat. Dengan hati-hati meletakkan kedua tangannya di pundak Jennie.

"I really miss you," bisik Lisa sepenuh hati. Suaranya terdengar lebih berat sebab ia sangat serius. Matanya mencari-cari mata Jennie yang kini berusaha menghindar.

"Tatap mataku, baby. Aku sangat merindukanmu. Bisakah kita berpelukkan?"

Jennie diam saja tapi kepalanya mengangguk samar. Lisa menahan senyuman. Jennie menggemaskan sekali jika sedang cemberut seperti ini.

Lalu didekapnya tubuh Jennie, erat dan intens. Lisa menyurukkan wajahnya ke leher Jennie dan mengecupnya ringan. Namun ada sesuatu yang menangkap perhatian Lisa.

Tubuh Jennie sedikit panas.

Lisa melonggarkan pelukannya dan menatap wajah Jennie. Matanya berkaca-kaca menahan tangisan. Lisa mencoba untuk menyentuh wajah Jennie dan memang, tubuhnya memang panas.

Tanpa meminta izin Jennie terlebih dahulu, Lisa menyatukan bibir mereka. Ia bisa merasakan airmata Jennie jatuh ke pipinya. Lisa mencium Jennie singkat namun intens. Hatinya mulai khawatir.

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang