Chapter Seven

15K 1.4K 44
                                    



Hebat sekali kau, Lalisa. Kau meminta pada wanita yang kau cintai untuk melupakan ciuman hebat itu. Ciuman yang selama ini kau idamkan dari cinta pertamamu. Apa kau melihat ekspresinya saat itu?!

Lisa mengacak-acak rambutnya, kesal sendiri dengan monolog yang dilakukannya. Sudah 10 menit ia menyisir rambutnya sambil melamun di depan cermin. Pada akhirnya ia mengacak-acaknya lagi. Rambutnya bisa rontok jika ia tetap melakukannya selama satu jam ke depan.

Dan pada detik itu juga, sebelum Lisa sempat menarik-narik rambutnya sendiri, Jisoo masuk ke kamar. Kedua alisnya mengerut, bingung. Ia mengira Lisa sudah siap sejak tadi. Tapi kenyataannya Lisa masih seperti korban yang baru lolos dari angin tornado.

"Apa itu model rambut baru?"

Lisa menghembuskan napas dengan kasar. Kali ini ia menyisir rambutnya dengan benar.

"Sorry. Sebentar lagi aku selesai."

Jisoo menghampiri Lisa dan mengamati kekesalan di wajah sahabatnya tersebut.

"Yah... cerialah sedikit. Hari ini kita akan memilih gaun untukku dan para bridesmaids. Aku yakin pilihanmu akan sangat diperhitungkan. Jika moodmu buruk seperti ini, kita akan berakhir dengan pakaian hijau lumut seperti orang tua era tahun delapan puluhan," kelakar Jisoo.

Lisa tertawa kecil. "Oke, oke. Aku janji kalau moodku tidak akan mempengaruhi gaun kita. Lagipula masih ada Irene dan Rose."

"....dan Jennie."

Lisa mendongak menatap Jisoo. Wanita itu hanya mengangguk sebagai tanda penegasan.

"K-kenapa Jennie harus ikut?"

"Karena saat ini Jennie adalah pengangguran kaya dan terkena writer block yang aku tidak mengerti artinya. Dia tidak bisa berkonsentrasi menulis akhir-akhir ini. Jadi dengan menemani kita memilih gaun, mungkin akan membuka pikirannya. Lagipula dia pengantinnya, Lisa. Persetujuannya dengan gaun bridesmaids adalah sangat penting."

Lisa memutar bola matanya. "Seperti pernikahan ini akan terjadi saja," gumamnya.

"Ya, kau benar. Kita membuang-buang waktu dan uang. Benar, kan?"

Lalu mereka berdua tertawa.


Lisa POV

Kami kembali ke butik Miss Jung untuk membeli gaun untuk bridesmaids. Aku bersama Irene sepanjang waktu dan membiarkan Jisoo serta Rose bersama Jennie. Aku tidak ingin ketahuan menatapnya dengan rasa kagum. Kami telah menemukan solusi atas perselisihan kami sebelum ini, yaitu menjadi sahabat. Tapi aku sering tidak sanggup menahan perasaanku. Jika sudah menatapnya, aku akan terus pada posisi itu cukup lama. Dan tidak ada sahabat yang menatap sahabatnya seperti itu. Jadi sebisa mungkin aku tidak berdekatan dengannya.

"Berapa ukuranmu, Lisa? Apa menurutmu warna ungu ini bagus?" Irene berbicara di sampingku selagi kami memilih-milih gaun yang ditunjukkan Miss Jung.

"Four. Ya, aku rasa ungu ini cantik. Tapi—"

"No, it isn't."

Siapa itu yang menjawab. Oh, Miss Jennie. Ada apa dengan nada suaranya?

Jennie tiba-tiba menyerbu ke tengah-tengahku dengan Irene. Tangannya meraba tekstur gaun di hadapan kami lalu mendecakkan lidah. Aku tahu kalau fashion sense Kim Jennie tidak bisa diremehkan, tapi menurutku pilihan Irene tidaklah buruk.

"Sebaiknya mari kita cari gaun berwarna baby pink. Right, Jisoo? Kita sudah merencanakan tema untuk pesta pernikahanku, bukan? Hitam dan pink. Jadi, ungu tidak cocok," jelas Jennie padaku dan Irene.

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang