Chapter Ten

16.2K 1.4K 53
                                    



Sepulang dari pertemuannya dengan 'tim' rahasia mereka, Lisa tidak berpikir untuk pulang ke rumah Jisoo. Setelah merencanakan dengan matang misi mereka, Lisa tiba-tiba sangat merindukan Jennie.

Lisa menyadari bahwa ia kurang memperhatikan perasaan Jennie. Mereka sibuk membuat rencana untuk mengungkap rahasia Taehyung tanpa memikirkan bahwa ada hati yang terluka pada akhirnya. Yaitu Jennie.

Bukan terluka karena batal menikah dengan Taehyung, Lisa yakin Jennie pasti senang. Akan tetapi Jennie pasti merasa bahwa hidupnya sangat dipermainkan. Lisa tidak tahu harus berbuat apa selain berada terus di samping wanita itu.

Lisa meminjam mobil Jisoo setelah mereka sampai di rumah. Lisa segera menuju mansion Jennie. Ia ingin melihat senyuman di wajah itu malam ini. Setidaknya ia akan membahagiakan Jennie sebelum badai menerjang.


Jennie POV

Lelah sekali rasanya malam ini. Akhirnya aku bisa menyelesaikan beberapa bab novel terbaruku. Perusahaan penerbit sudah menghubungiku beberapa kali dalam minggu ini. Bukan untuk mendesak kapan buku baruku selesai, tapi menanyakan bagaimana persiapan pernikahanku.

Dan aku tidak menjawab. Lantas aku lebih memilih untuk mulai menulis lagi.

Aku meregangkan otot-otot tangan dan melakukan senam mata selama beberapa menit. Tubuhku membutuhkannya.

Kemudian aku mendengar ada sesuatu yang membentur kaca jendelaku. Jendelaku cukup tinggi dan aku sedang duduk di dekatnya. Aku hanya perlu menoleh keluar untuk mengetahui apa penyebab keributan kecil itu.

Dan aku terkejut saat melihat Lisa berdiri di halaman mansion sambil terus melempari sesuatu ke jendela kamarku. Aku rasa ia melempari batu kerikil. Padma pasti akan mengomel besok pagi membersihkan kerikil yang dilemparinya.

Seriously, apa yang dilakukannya? Sekarang sudah pukul 11 malam!

Ia berhenti melakukannya setelah melihatku berdiri. Aku masih berdiri menatapnya tak percaya. Tak bisa kupingkiri kalau bibirku memaksa untuk tersenyum.

Lalu aku melihatnya mengambil ponselnya dan meletakkan di telinga. Tak lama kemudian aku merasakan ponselku bergetar.

Dia meneleponku?

Ah, Lisa. Kekonyolan apa ini?

Mau tak mau aku menjawab panggilannya.

"Oh halo, there!"

"Lalisa, apa-apaan itu?"

"Malam ini aku ingin makan sushi. Temani aku ya?"

"Makan sushi? Tapi ini sudah hampir tengah malam."

Entah mengapa aku merasa aku mengucapkan hal yang berlawanan. Tentu saja aku ingin pergi dengannya!

"Aku tidak ingin makan sendiri."

"Kenapa tidak mengajak Jisoo?"

"Karena aku ingin pergi denganmu. Lagipula Jisoo sangat pemilih untuk makanan."

"Memangnya aku tidak pemilih?"

"Kau kan memakan segalanya."

"Aish."

Aku sudah mulai terdengar konyol seperti Lisa. Apa boleh buat? Dia sudah berada di sini. Tidak mungkin aku mengusirnya pulang.

"Baiklah, tunggu lima menit lagi."

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang