Part 2

42.4K 6.3K 1.1K
                                    

UNTUK hari berikutnya dan hingga setelah selesai kegiatan mos, Taeyong tidak pernah menginjakan kakinya lagi ke sekolah. Ia terlalu malas, apalagi bertemu dengan lelaki sombong yang kemarin sempat berdebat dengannya.

Siapa namanya? Jung Joyon? Juyun? Jeyun? Jayun? Ah terserah lah, Taeyong tak perduli dengan nama bodoh itu. Dua hari ini Taeyong habiskan dengan berdiam diri dirumah, membaca buku, dan bermain game.

Jika kegiatan mos sudah selesai, baru Taeyong akan pergi ke sekolah lagi. Oh ayolah! Siapa yang senang dengan kegiatan mos idiot seperti itu? Kebanyakan orang yang berstatus sebagai kakak kelas suka menindas adik kelasnya sendiri, dan Taeyong tidak terima jika ia di tindas seperti kemarin.

Walaupun memang salahnya berbuat kasar dan tidak menghargai kakak kelas seperti kemarin, toh memangnya Taeyong perduli?

"Sayang, sudah makan?" pintu kamar Taeyong dibuka; tanpa di ketuk dan wanita paruh baya dengah wajah cantik memunculkan diri dari balik pintu Taeyong.

Menghela nafas, Taeyong menaruh ponsel di samping lalu menatap Ibunya dan menjawab dengan gelengan pelan. "Malas,"

"Ehh? Kenapa?" Ibu TaeyongㅡLee Taeyeon menghampiri putra semata wayangnya, ia duduk di sisi tempat tidur besar Taeyong. "Biasanya Yongie suka sekali makan, kenapa anak Eomma yang tampan ini belum makan hm?"

Lagi lagi Taeyong menghela nafas. Ia memberingsut; mendekati sang Ibu lalu menaruh kepalanya pada paha Taeyeon. "Yongie ingin di suapi Eomma.. Ummㅡ" sebenarnya Taeyong ragu untuk membicarakan hal ini, namun ia berdehem dan menahan nafas. "ㅡboleh tidak Yongie pindah sekolah?" lanjutnya membuat Taeyeon mengerenyit.

Oke, ia tahu selama dua hari ini Taeyong tidak sekolah karena anak lelakinya itu sedang tidak mood, lagi pula itu hanya kegiatan mos yang tidak terlalu pentingㅡmasih ia izinkan. Tapi jika Taeyong meminta pindah sekolah seperti ini? Memangnya ada apa?

"Kenapa?" jemari Taeyeon mengusap rambut cokelat gelap milik Taeyong dengan lembut.

Bibir Taeyong melengkung ke bawah. Tidak mungkin ia membicarakan masalahnya secara jelas kepada sang Ibu, yang ada nanti Taeyeon kecewa padanya karena sikapnya yang seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi? Taeyong benar-benar merasa muak, hari pertamanya kemarin sangat berantakan.

"Aku hanya tidak nyaman disana, Yongie tidak suka. Lagi pula, Yongie kan bilang jika Yongie ingin home schooling saja, kenapa tidak di turuti?"

"Taeyong." Sang Ibu mendesah, ia mengusap pipi putra semata wayangnya dengan penuh kasih sayang. "Sudah cukup, kau sudah besar, tidak seharusnya kau membatasi diri dari pergaulan di luar sana. Setidaknya, carilah teman bermain yang sebaya denganmu, kau tidak bisa seperti ini terus menerus.

"Lagi pula, Eomma tidak ingin kau menjadi sosiopatㅡpenyendiri, Eomma tahu jika kau tidak seperti itu. Kau juga butuh teman, kau pasti akan senang sekali jika memiliki teman yang bisa mengerti akan dirimu. Dan juga..." Taeyeon tersenyum penuh arti pada putranya, "carilah kekasih, kau belum pernah berpacaran kan selama ini." ujarnya geli.

Selama ini memang Taeyeon tahu semua tentang Taeyong. Bagaimana putra tampan nya itu tidak pernah memiliki seorang teman sejak di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Tapi demi Tuhan! Kali ini Taeyong sudah dewasa, putranya sudah masuk ke sekolah menengah atasㅡdimana semua orang mengalami masa-masa menyenangkan. Taeyeon tidak ingin jika Taeyong kehilangan masa-masa menyenangkan itu.

Kening Taeyong berkerut, ia tidak butuh di kuliahi saat ini. Memangnya apa yang menyenangkan dari memiliki teman? Bukankah kebanyakan dari mereka itu seorang penjilat? Apalagi Taeyong adalah orang kaya, ia yakin pasti banyak orang yang mau berteman dengannya bukan karena tulus, tapi karena ingin memeras dirinya. Lagipula
sudah Taeyong bilang, ia tidak butuh teman. Ia hanya butuh Ibunya, Ayahnya, dan juga pengasuhnya. Itu sudah lebih dari cukup.

[2] Rewrite The Stars《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang