Part 1

58K 7.4K 2.2K
                                    

TAHUN ajaran baru di mulai. Semua anak berumur 12 hingga 15 tahun sibuk untuk menyiapkan diri karena akan memasuki sekolah baru, lingkungan baru, dan pastinya orang-orang yang baru.

Kali ini Star Senior High School tampak ramai di penuhi oleh murid baru, mungkin ada sekitar 200 murid baru yang berjejer di tengah lapangan. Hari ini adalah hari pertama MOS.

200 adalah jumlah yang sedikit. Itu karena sekolah itu hanya menerima murid pintar yang nantinya akan berhasil menjadi orang sukses. Namun sepertinya murid pintar juga tidak semuanya yang memiliki kepribadian baik.

Contohnyaㅡseorang lelaki dengan papan nama besar yang mengantung di depan dadanya; tertulisㅡ Lee Taeyong di papan nama berukuran 10x10cm itu.

Sang pemilik nama mendengus; mendengarkan pidato yang di keluarkan oleh kepala sekolah. Kedua kakinya mengetuk lantai dengan tidak sabaran, ia merasa sangat jengah. Sudah setengah jam lamanya ia berdiri di sana dan itu membuat kakinya pegal! Tidak bisakah pak tua yang berstatus sebagai kepala sekolah itu menyudahi kegiatan pidato tidak berguna? Batinnya.

Sedangkan seluruh siswa yang lain terlihat antusias. Ah ya, sekolah ini memang sekolah khusus pria, jadi wajar jika semua murid nya adalah laki-laki.

"Dengan ini saya berterimakasih pada seluruh murid yang sudah berhasil diterima disini, semoga kalian bisa bersekolah disini dengan nyaman dan juga bisaㅡ"

Setelahnya Taeyong tidak lagi mendengar apa yang di katakan oleh sang kepala sekolah. Kepalanya sibuk bergerak untuk mengamati orang-orang di sekelilingnya, mungkin mencari teman di saat seperti ini tidak buruk bukan?

Hanya saja Taeyong tidak ingin mencari seorang teman yang buruk rupa, nerd atau bahkan miskin. Hey! Ia tidak akan pernah mau menjalin sebuah pertemanan dengan orang seperti itu. Dirinya sempurna, memiliki wajah cantik sekaligus tampan yang bisa membuat semua orang berteriak iri. Ia juga adalah seorang anak dari CEO Neville Corpㅡ salah satu perusahaan terbesar di negerinya. Jadi Taeyong harus mencari teman yang sepadan dengannya.

"Hey kau.." Taeyong bergumam; menatap sosok yang berbaris tepat di sebelahnya. Ia menatap papan nama sebelum kembali berbicara, "kau diterima disini karena apa?" nada suaranya terdengar cukup meremehkan.

Yang ditanya seperti itu mengerjapkan mata; bingung. "Tes tentu saja." jawabnya cepat.

Taeyong mengangguk. "Pekerjaan ayahmu?" tanya nya lagiㅡ matanya menatap tajam orang itu.

Menghela nafas, laki-laki yang baru saja di tanyai oleh Taeyong menatap Taeyong dengan jengah. "Karyawan di salah satu pabrik susu." jawabnya acuh.

Mendengar itu Taeyong bergidik ngeri. Tubuhnya langsung bergeserㅡmenjaga jarak dari lelaki tersebut. Jika ayahnya salah satu karyawan di pabrik susu, itu tandanya lelaki tersebut pasti orang miskin! Dan Taeyong tidak menyukai orang miskin.

Setelah 2 jam berdiri di lapangan. Akhirnya mereka barisan murid baru di bubarkan, mereka masuk ke satu ruangan yang di sebut sebagai aula. Cukup besar dan juga mewah.

Dengan langkah malas Taeyong bergerak untuk duduk di barisan paling depan; ia lebih senang menjadi seseorang yang mencolok. Visualisasi seorang Lee Taeyong memang tidak dapat di ragukan lagi, ia berterimakasih kepada Ayah dan Ibunya karena Taeyong mewarisi ketampanan serta kecantikan kedua orang tuanya.

Setelah itu banyak anggota Osis yang berdatangan; mulai berjejer di hadapan seluruh murid. Ada panggung dengan tinggi 50 sentimeterㅡ tempat semua osis itu berdiri. Agar mereka bisa lebih leluasa memperhatikan pada murid baru tentu saja.

[2] Rewrite The Stars《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang