25 September 2018
Aku ingin mengobrol langsung dan sedikit lebih lama denganmu. Entah mengapa saat aku bertemu denganmu aku segera ingin pergi. Ah, tidak.. Bukan ingin pergi karena tak mau. Aku hanya khawatir kamu menyadari pipiku yang memerah. Karena jujur, setiap kali bertemu denganmu pipiku dengan otomatis memerah, juga senyum yang tidak bisa kutahan.
Saat menulis ini aku bingung, karena pinginnya sih pakai bahasa puitis. Eh, kok nggak ada yang muncul, haha😆
Btw, kayaknya aku bakal punya kegiatan baru di hari Selasa.
Memperhatikanmu dengan diam.________________
Suasana kelas belum sepenuhnya siap memulai kegiatan perkuliahan, masih ada saja yang berlalu lalang atau justru saling berbicara seakan dosen yang sedang duduk di depan sana hanya orang asing yang sedang memperhatikan mereka.
Suara decitan kursi yang ada di depan membuat semua orang menghentikan aktivitasnya. Kelas mendadak hening. Selang beberapa menit kemudian seorang laki-laki memasuki kelas disusul dengan dua sejoli berkacamata yang tidak asing dimataku, mereka Akbar dan Aza.
Hari ini Akbar dan keempat orang yang tidak aku ketahui namanya ada di paling depan, dia presentasi sekaligus menjadi moderator.
Dari awal presentasi meskipun aku tidak selalu memperhatikan presentator yang ada di depan, sedikitnya aku paham apa yang mereka bahas. Sesekali memperhatikan dia yang sedang memerankan perannya hari ini, dia terlihat santai ketika ada lontaran pertanyaan dari audien, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang ada walau tanpa harus dicatatatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekotak Kata: Dari Aku, Untuk Kamu
RandomPerihal rasa, akan selalu ada satu kata yang tak dapat di ungkapkan. *Ketika Sekotak Kata selesai di publish itu artinya cerita ini telah usai dan hanya menjadi kenangan.