37. Sebuah Fakta

39 3 4
                                    

Pagi itu suara tawa ceria mengisi seluruh sudut rumah keluarga Darmaputra. Gista, Ferdy, dan Ervina tengah menikmati kebersamaan mereka di meja makan pagi itu. 

Sambil menyantap sarapan mereka, sepasang suami istri dan menantu cantiknya itu berbincang ringan sambil mengembangkan tawa canda mereka. 

Gista pagi itu hanya sarapan bersama kedua mertuanya, saat bangun tidur tadi, ia sudah mencoba membangunkan Levin dan mengajaknya untuk ikut sarapan bersama, namun Levin menolak dan memilih melanjutkan tidurnya. 

Ditengah kecerian mereka menikmati sarapan, tiba-tiba saja obrolan ringan yang sedang berlangsung terjeda karena kemunculan sosok Levin yang sedang berjalan menuruni tangga dengan wajah yang ditekuk seperti orang yang tengah gusar. 

"Honey kamu udah bangun ? Ayo sini sarapan," sapa Gista mengajak suaminya untuk bergabung di meja makan. 

"Gak ! Aku malas sarapan," ucap Levin ketus sembari berjalan begitu saja melewati meja makan lalu masuk ke dapur. 

"Ckckck, umur udah tua tapi masih aja kayak anak kecil," gumam Gista merutuki tingkah suaminya. 

Meski gumaman Gista terdengar sangat pelan, namun Ferdy dan Ervina masih bisa mendengar apa yang Gista ucapkan. 

"Levin kenapa Gis ? Kenapa pagi-pagi wajahnya udah kusut gitu ?" tanya Ervina pada menantunya. 

"Ng, gak tau tu ma," ucap Gista sambil menggelangkan kepalanya. 

Selang beberapa menit kemudian, Levin tampak jalan terburu-terburu keluar dari dapur sambil menenteng segelas susu dan roti di tangannya. 

Gista, Ervina, dan Ferdy pun tampak menatap heran melihat tingkah Levin. Mata mereka tak lepas menatap Levin hingga sosoknya lenyap di pandang mata. 

"Taraf kegilaan suami mu sepertinya sudah meningkat Gis. Tadi dia bilang malas sarapan tapi abis itu dia menenteng susu dan roti di tangannya. Papa jadi perihatin," keluh Ferdy panjang kali lebar dan spontan membuat Ervina terkekeh.

Gista yang melihat keanehan tingkah suaminya itu pun hanya bisa menyengir kuda tanpa bisa berkomentar apa-apa.

Giata pun lalu bergegas menuju ke kamar atas, pamit menyusul Levin yang telah kembali ke kamar. 

"Honey ! Kamu kok gitu sih ? Katanya malas sarapan tapi pergi ke dapur terus bawa susu sama roti. Kalau mau sarapan kenapa gak sarapan di meja makan aja ?" omel Gista pada Levin yang tampak santai menikmati roti yang ia bawa tadi. 

"Aku malas sarapan di meja makan," tutur Levin santai.

"Kamu gak boleh gitu honey. Mau sampai kapan kamu mau musuhan sama papa terus ?" omel Gista lagi. 

Levin hanya mengangkat kedua bahunya pertanda ia sudah tak berminat untuk membahas tentang hubungannya dengan sang ayah.

Keegoisan Levin sungguh tak dibenarkan oleh Gista. Ia membenci sikap suaminya itu, terlebih ini menyangkut hubungan antara orang tua dan anak. 

"Udah lah kamu jangan ngomel mulu honey. Aku lagi ngambek sama kamu !" tutur Levin kesal. Wajahnya dibuat cemberut sambil melirik sinis pada Gista. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret Bride [ The Not Ordinary Marrige ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang