36. Lelah yang Tersembunyi

34 2 7
                                    


Leon melangkah keluar dari mobilnya membawa bingkisan yang dititipkan Marie untuk Keinarra.

Mobilnya yang terparkir tepat di sebelah mobil Kei membuatnya mengenali pemilik di dalamnya. Leon mengeryitkan sebelah alisnya saat melihat Kei tertunduk di atas stir. Entah dari mana datangnya perasaan tersebut, Leon bisa langsung tahu ada sesuatu yang terjadi pada Kei. Ia pun segera mengetuk kaca mobil Kei tapi si pemilik tak mendengarnya. Tak lama dilihatnya Kei melempar ponsel ke jok samping, ia pun berusaha mengetuk kembali kaca mobil tapi lagi-lagi Kei tak bergeming, seakan tak menyadari bahkan mendengar ketukan yang dibuatnya.

Tanpa pikir panjang Leon pun membuka pintu mobil dengan sedikit kasar dan bersamaan dengan itu pula ia melihat tubuh Kei terhuyung hendak jatuh ke jok sebelahnya. Dengan sigap ia pun meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

" Kei, Kei!!, apa yang terjadi?!" suara Leon terdengar khawatir dengan raut wajah yang tak kalah khawatir.

🍃🍃🍃


Leon tampak berdiri di depan sebuah ruangan dengan seorang dokter. Sesekali ia terlihat manggut-manggut dan mendengar ucapan dokter tersebut dengan seksama.

" Untuk sementara biarkan dia istirahat dulu di sini, jika kondisi sudah stabil, anda bisa membawanya pulang," ucap dokter tersebut sebelum pergi meninggalkan Leon.

Leon melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Di dalam ruang UGD itulah Kei berbaring di tempat tidur yang berada di sudut ruangan. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Ia nampak tertidur dengan tenang di sana.

Leon mengusap lembut rambut Kei dan duduk di samping tempat tidurnya.

" Hmm apa yang sebenarnya terjadi padamu Kei?" tanyanya lirih sambil menggenggam erat jemari Kei.

      Sudah hampir 2 jam Kei berbaring di tempat tidur UGD dan kini ia mulai membuka matanya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Sudah hampir 2 jam Kei berbaring di tempat tidur UGD dan kini ia mulai membuka matanya perlahan. Saat ia membuka mata, ia melihat seseorang tengah berdiri membelakanginya. Laki-laki itu tengah menelepon seseorang dengan suara yang lembut.

Kei tersenyum melihat sosok suaminya itu. Ia tak menyangka bahwa Ryu akan datang dan membawanya ke rumah sakit.

" Yank," panggil Kei dengan suara lirih.

Laki-laki itu pun menurunkan ponselnya dari telinga dan menoleh ke arah Kei.

" Kamu udah siuman Kei?" tanya Leon dengan wajah sumringah. Namun tidak dengan Kei. Ia merasa kecewa karena berfikir bahwa Leon adalah Ryu suaminya.

" Jadi kamu yang bawa aku kesini?" tanya Kei sembari bangkit dari tidurnya. Dengan cepat Leon membantunya dan meletakkan ponselnya di atas kursi dengan kondisi masih melakukan panggilan telepon dengan Marie.

" Iya aku yang bawa kamu kesini, kamu pikir siapa?"

Kei menggeleng sambil tersenyum

" Aku kan udah bilang sama kamu, kalau ada apa-apa kasih tau aku jangan tiba-tiba kayak gini!, bikin khawatir tau!, untung dokter bilang cuma vertigo aja. Kamu tuh bener-bener ya dari dulu gak berubah!, sok kuat padahal lemah," omel Leon di balas manyunan Kei.

Suara omelan Leon itu terdengar jelas di telinga Marie. Meski hanya sebuah omelan entah kenapa itu terdengar seperti sebuah perhatian khusus dari Leon untuk Kei. Dalam sekejap Marie bisa tahu apa yang di lakukan Leon pada Kei di sana. Ia pasti sedang mengusap - usap puncak kepala Kei dan memberikan perhatiannya itu seperti yang selalu Leon lakukan dahulu saat Kei sedang sakit. Meski mengomel tapi Leon tetap perhatian.

Marie mematikan panggilan teleponnya itu. Ia pun menghilangkan segala rasa cemburu yang tiba-tiba menelisik hatinya.

" Gak gak pa-pa kok Marie, Kei kan teman mu, lagi pula Leon juga pasti tahu batasannya," ucap Marie seakan memantrai dirinya sendiri untuk tidak termakan api cemburu yang kini tengah melambai - lambai di depannya.

🍃🍃🍃


Kei kini sudah berada di depan pintu gerbang utama Dream Town setelah di antar Leon dengan mobilnya.
Leon memang tidak mengantar hingga masuk ke dalam karena penjagaan Dream Town sangatlah ketat. Belum lagi bila ada paparazi yang membuntutinya, celaka lah dia.

" Jalan ke dalam sendiri kuat kan Kei?" tanya Leon dari balik kaca mobil

" Kuat lah, enak aja ngeremehin aku ya!" omel Kei tak terima.

" Takutnya tau-tau pingsan lagi hehe," goda Leon membuat Kei geram.

" Ya udah, aku balik ya. Cepat sehat, jaga kesehatan!, jangan lupa hubungi tuh suami mu, suruh dia urus kamu dengan baik!" celetuk Leon sedikit kesal.

Mengapa Leon bisa kesal?, pasalnya saat di rumah sakit tadi, sebelum Kei sadarkan diri, Leon berusaha menghubungi Ryu melalui ponsel milik Kei tapi tak juga diangkat. Karena itulah sekarang Leon kesal sendiri, ia merasa Ryu tidak mempedulikan Kei. Sesibuk apapun juga, seharusnya ia bisa menerima panggilan telepon dari istrinya, apa lagi panggilan itu berulang kali, apa ia tak merasa bahwa ada sesuatu yang penting?

Setelah mobil Leon pergi berlalu, Kei pun segera melangkah ke dalam Dream Town. Sesampainya di unit apart nya ia langsung membersihkan diri dan beristirahat. Tapi lagi-lagi pikirannya terganggu oleh suaminya yang hingga saat ini tak kunjung menghubunginya balik.

Sesibuk itu kah dia di luar sana?, hingga istrinya yang butuh kehadirannya ini terabaikan?

Kei mengusap air matanya yang jatuh tanpa diperintah. Ia sungguh kecewa dengan sikap Ryu akhir-akhir ini. Setelah semalam tak pulang tanpa kabar, hari ini pun ia tak bisa dihubungi. Pergi ke mana kah suaminya itu?

 Pergi ke mana kah suaminya itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret Bride [ The Not Ordinary Marrige ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang