4

5.9K 493 14
                                    

"Ini Mas, ongkosnya."

"Gak usah, Dek. Anggep aja buat ganti rugi tadi."

Ganti rugi apa? Aku kan cuma bantu dorong motornya sampe bengkel doang.

"Nomernya Dek Yuda yang tadi itu kan? Masih aktif?"

"Bukan, Mas. Yuda itu nama kakak aku. Tadi aku pesennya pake hape dia. Soalnya hape aku... hhehe.." Betapa malunya aku memperlihatkan hape nokia 2300 dengan layar monokromnya ini.

"Adek siapa namanya?"

"Candra."

"Mas boleh minta nomernya?"

Adu-duh, gak usah diminta pun, aku dengan senang hati akan memberikannya.

"Buat apa, Mas?" Tanyaku jaga gengsi.

"Mas gak enak aja. Gara-gara mogok, kamu jadi ikutan kena sial."

"Ohh.." Yasudahlah. Aku pun memberikan nomer hapeku padanya. Entah buat apa. Mungkin dia ingin mengajakku sms-an nanti malem. Hhehe.

"Ini ongkosnya, Mas.."

"Kamu simpen aja, Dek. Maaf ya sekali lagi."

Ya Tuhan. Kurang apalagi manusia di hadapanku ini?

Tinggi, tampan, senyumnya aduhai, matanya sipit, suaranya empuk, wangi, baik hati dan ramah pula.

"Beneran, Mas?"

"Iya."

Duh, aku kok jadi salah tingkah gini ya?

"Aku duluan ya, Mas. Makasih."

"Sama-sama, Dek."

Sepertinya aku gak bisa tidur malam ini! Sungguh teganya dirimu, Mas.

Lah?!! Kok aku bisa lupa nanyain nama dia ya?!!

Okelah. Sebut saja dia itu 'Pangeran Tampan Tak Bernama.'

Aku mengedarkan pandanganku. Kapan ya rumah sakit ini sepinya? Tiap hari kok rame terus. Gak bosen apa ya, orang pada sakit terus?

"Doorr..!!"

"Gak kaget sih!" Aku pasang wajah judesku sama security ganjen satu ini. "Liat papah gak?"

"Kok gak nanya kabar Abang dulu sih?"

Aku refleks menepis tangannya yang hitam dan berotot itu.

"Pegang-pegang, traktir pulsa dulu dong!"

"Sepuluh ribu, ya?"

"Gak usah, Bang Agus! Aku kan cuma bercanda!"

Bang Agus mengeluarkan hapenya. Wajahnya kelihatan serius sekali.

Gak berapa lama, hapeku yang kuno ini bergetar. Oh ya, aku sama sekali gak pernah mengaktifkan nada deringnya loh. Soalnya bikin malu aja.

"Kok beneran sih, Bang?!"

"Gak papa. Sekali-kali. Lagipula Dokter Andre juga sudah sering menolong Abang."

Yahh itulah papahku. Dia itu orangnya ringan tangan sekali. Kemana aja nolongin orang. Gak pandang siapa orang itu.

Tapi giliran ke aku -- yang anak dan darah dagingnya sendiri -- papah itu pelit bin kikirnya minta ampun!!

"Tuh Dokter Andre."

Aku mengikuti kemana telunjuk Bang Agus mengarah.

"Makasih ya, Bang."

"Can, nanti lama gak disini?"

"Gak tahu deh. Kenapa emang?" Mataku terus mengawasi papah. Kelihatanya dia lagi sibuk sama beberapa keluarga pasien.

"Abang mau traktir Cancan nasi pecel di kantin depan. Enak loh. Mana murah lagi."

"Kirain KFC gitu."

"Hehehe, Cancan mau KFC?"

"Mau lah."

"Kalo gitu nunggu Abang pulang ya."

"Gak masalah. Asal KFC." Aku tertawa licik. Hehhe...! "Aku mau chicken hot crispy, mocca float, burger, sama kentangnya ya!"

"Beres deh, pokoknya nanti Abang beliin semua."

"Siapa yang udah ngajarin kamu, bocah tengil?!"

Demi Tuhan ya! Jeweren papah itu pedesnya gak kira-kira..!!

"Ampun, Pah!! Ampunnn..!!"

Papah akhirnya melepaskan telingaku yang udah memerah.

"Gus, tolong ya kalau kamu masih mau kerja disini, jangan pernah menuruti apapun yang diminta sama bocah ingusan ini!"

Bang Agus tertawa saja. Dia pun pamit untuk menjalakan tugasnya kembali.

"Bikin malu aja!"

"Salah papah sendiri! Sama anak sendiri kok pelit banget!" Aku gak mau kalah.

Aku dan papah bicara sambil jalan menuju ruangannya.

"Sama orang lain aja, baik dan peduli. Giliran anaknya, di rumah cuma makan oatmeal pagi, siang, sore! Emangnya aku ini penderita diabetes dan kolesterol apa?!"

"Belum lama kan Mas Rizal kasih kamu ayam kentucky itu, Cancan! Satu keranjang penuh, dan kamu habisin semuanya sendirian..! Apa itu masih kurang?!"

Aku siul-siul ringan aja menanggapinya. Sebab aku masih terus kepikiran iPhone 5S yang akan segera ada di genggaman tanganku. Hahhaa..!!

"Papah lembur sampai malam. Ada pasien penderita kanker yang harus Papah operasi."

"Yaudah, nanti aku bisa pulang naik ojek online."

"Kamu gak boleh kemana-mana. Tunggu Papah disini. Paham?!"

"Bagi uang dulu.."

"Buat apa?"

"Ya buat jajan lah! Dikiranya aku disini gak laper apa?!"

Papah merogoh saku celananya. Lalu menyerahkan selembar uang kertas itu padaku.

"Jajan yang sehat dan mengeyangkan.."

"Apa-apaan?!!" Nada suaraku meninggi. "Uang goceng emangnya cukup buat beli apaan?! Beli obat nyamuk gitu?!"

"Terserah. Pokoknya, kamu gak boleh kemana-mana sampai Papah pulang."

"Shhhss..!" Aku mendesis jengkel.

Tapi kok aku keingetan sesuatu ya? Aku buka tas ranselku dan jrengg..!! Aku kan tadi baru aja dikasih uang sama Mas Yuda ya? Hhheeehee...

Jalan-jalan keluar ah...

#####

Maaf ya guys, dibuat pendek partnya. ✌✌

Biar tahu aja, kalo kerjaan papahnya Cancan itu dokter.👼

Kira-kira si Cancan, bakalan ketemu lagi sama babang ojol tampan tak bernama itu lagi gak ya..? 😚😚😚

SaranghaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang