11

5K 411 11
                                    

Pulang sekolah aku langsung menuju tempat kursus masak. Sampai disana, Om Arman lagi mengajari beberapa orang. Dilihat dari fisik dan penampilannya, sepertinya mereka itu masih sekolah juga. Tapi yang pasti, mereka bukan anak SMP kayak aku.

Kliningg.. Kliningg..

Aku membuka pintu, dan otomatis semua perhatian mereka langsung tertuju padaku.

"Loh Cancan? Bukannya hari ini kamu gak ada jam ya?"

"Siapa namanya, Chef?? Cancan?!" Cowok berambut hitam tebal itu membelo mendengar Om Arman menyebut nama anehku itu.

Lagian, sejak kapan dia berani memanggilku dengan panggilan itu?!

Om Arman tertawa. "Maaf-maaf, namanya Candra. Tapi saya suka memanggilnya dengan nama Cancan."

"Ya-ya, aku ke belakang dulu ya."

"Mau apa, Can?" Tanya Om Arman.

"Mau nyuci telor ayam di peti, biar gak bau!" Tukasku kesal.

Mentang-mentang dia pemilik tempat ini, bisa seenaknya aja manggil aku Cancan di depan orang lain.

Ehh, tapi kenapa aku harus marah ya? Si papah aja biasa manggil aku kayak gitu, di depan dokter dan perawat lainnya tuh.

Oke. Sekarang aku mau ngapain di dapur ya? Hmmm...

Aku membuka setiap lemari besi. Mencari-cari dimana sih Om Arman biasanya nyimpen pasta.

"Mau maling ya?"

Aku menoleh ke arah suara menyebalkan itu. Dia lagi-dia lagi. Mau ngapain dia disini coba?

"Kadang dateng. Kadang ngilang. Lo persis kayak setan jelangkung tau gak?!" Tukasnya sambil mencopot baju seragamnya.

Aku menelan ludah. Kok ada ya, orang seputih dan semulus kayak dia itu?

"Gue hari ini sebenernya free, tapi tadi kebeneran aja lewat, terus ngeliat ada lo.."

Aku pun jongkok memunggunginya. Sungguh ucapan yang tak berfaedah.

"Lo dateng kesini pasti ada tujuannya kan?" Dia ikutan jongkok di sebelahku. Dan juga ikutan memegang-megang telor ayam di dalam peti telor. "Lo pake seragam SMP gini aja udah aneh. Gimana kalo lo pake seragam SMA kayak gue nanti."

"Ha-ha, lucu banget sih kamu, Kak!"

"Ohh yeah. Thank's. Tapi gue gak butuh pujian dari lo."

Aku memonyongkan bibirku. Kalo ada parutan di dekatku, udah aku parut itu rudalnya!

"Sana ih, jauh-jauh.."

"Yee, orang gue mau ngambil pasta di laci depan lo itu."

Deg..!

Aku diam mematung. Bukan karena akhirnya aku menemukan tempat penyimpanan pasta itu. Tapi...

Kak Nathan masih gak pake baju, dan kini hidungku nyaris menempel dengan ketiaknya yang putih itu...!!!!!!!

"Upss, sorry." Tukasnya santai. Dan dia masih aja jongkok di sebelahku. "Santai aja. Gue gak burket kayak lo kok.."

"Jangan mentang-mentang udah gede bisa seenaknya menghina ya!"

Kak Nathan bangkit juga. "Lo pasti mau belajar pasta kan?"

"Hahh...??!!"

"Biasa aja dong tuh mata. Suka ya liat perut sixpack gue?"

"Najis!"

Aku pun berdiri tapi dengan posisi memunggunginya.

"Apa yang mau lo tanyain nih?"

SaranghaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang