11. Perasaan yang Meresahkan

29.1K 725 10
                                    

"Halo...?"

"Halo, ini siapa?"

"Ini, Ranum..."

"Ranum? Siapa ya? Rama nya ada?"

"Ini siapa?"

"....."

Pagi-pagi ponsel Rama berdering, membangunkan Ranum. Sedangkan Rama tak ada disebelahnya, dia sedang mandi. Perempuan itu sangat terkejut, suaminya mendapat telfon dari seorang perempuan.

Jantungnya berdegup kencang, dia melihati pintu kamar mandi tempat Rama berada didalamnya, sambil menggenggam ponsel Rama.

"Kenapa Num?" Tanya Rama, saat keluar dari kamar mandi dan mendapati Ranum melamun melihatinya.

"Gak apa? Kamu mau berangkat sekarang?" Tanya Ranum, sambil berusaha turun dari tempat tidur.

Rama yang melihati istrinya kesusahanpun berusaha membantu, dia memegang pingga Ranum dan membantunya untuk turun dari tempat tidur, sebab perut Ranum yang semakin membesar membuatnya semakin sulit untuk bergerak.

"Aku buatin roti bakar aja ya...sama susu cokelat..." kata Ranum, saat sudah berhasil berdiri.

"Iya" jawab Rama cepat, dia menelisik wajah Ranum yang murung tidak seperti biasanya. Ini aneh, padahal kalau mereka sudah melakukan 'itu' tadi malam, biasanya Ranum akan terlihat bahagia dan berbinar.

Rama yang masih memakai handuk dan bertelanjang dada terdiam, melihati Ranum yang tetap kesulitan berjalan keluar kamar.

"Apa dia tidak puas? Dengan tadi malam?" Pikir Rama.

Ranum ingin sekali mengatakan apa yang meresahkan pikiran dan hatinya, namun entah kenapa dia takut. Takut kalau saja Rama mengatakan hal yang tak ingin di dengarnya.

Sarapan pagi ini tidak semenyenangkan biasanya, Rama bisa merasakannya. Istrinya yang merupakan sahabatnya juga itu terlihat sangat tidak nyaman dengan keadaannya.

Drrrrttttdrrrtttt
Drrrrrttttdrrrrttt
Drrrrttttdrrrrrtttt

"Kenapa gak diangkat?" Tanya Ranum, curiga.

Sedari tadi, selama sarapan ponsel Rama yang berada diatas meja makan terus bergetar. Ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Namun lelaki itu memilih untuk tidak mengangkatnya.

"Aku gak kenal sama nomornya..." jawab Rama, sambil melihati ponselnya yang masih terus bergetar.

"Angkat aja...mana tahu penting." Ucap Ranum datar, sambil pura-pura menikmati sarapannya.

Jelas saja Rama tak mau, karena dia sama sekali tidak tahu orang iseng mana yang menelfonnya pagi-pagi seperti ini.

"Gak usah deh..." kata Rama.

"Yaudah..." kata Ranum, bangkit dari duduknya, lalu membawa piring sarapannya menuju dapur dan meletakkannya sembarang di tempat pencuci piring.

Rama hanya menyaksikan adegan itu tanpa berpikir macam-macam, justru dia mengira Ranum belum puas dengan apa yang mereka lakukan tadi malam. Tapi, Rama tak bisa berlama-lama dia harus segera berangkat. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghabiskan susu cokelatnya yang tinggal setengah gelas dan langsung menuju dapur.

"Aku pergi ya num..." kata Rama, kemudia mencium perut besar Ranum dan pergi.

Ranum melihati kepergian Rama, terlihat terburu-buru. Apa dia tidak sabar menemui seseorang yang tadi pagi menelfonnya. Ranum bertanya-tanya. Berbagai macam pendapat berputar didalam kepalanya. Selama mereka bersama, entah kenapa Ranum tak pernah merasakan kecemburuan seperti ini. Ya, walau banyak perempuan teman-teman sekolah yang dulu mendekati Rama, tetap saja Ranum bisa mengendalikan perasaannya. Namun kini, berbeda.

NIKAH MUDA (MBA STORY) 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang