Rama dan Ranum, sejoli yang sudah menikah dan memiliki seorang bayi perempuan. Awalnya, mereka bersahabat. Tak pernah terpikir sedikitpun kalau mereka akan menikah dan hidup serumah. Hingga karena kesalahan satu malam, membuat mereka harus menjadi orang tua muda.
Usia mereka berdua masih 18 tahun, namun sudah harus siap menanggungjawabi seorang bayi perempuan yang sampai saat ini belum juga memiliki nama.
Sudah hampir sebulan bayi perempuan yang lahir prematur itu ada didunia, juga sudah seminggu dia berada di rumah kontrakan kecil yang sepertinya tak muat untuknya. Orang tua mudanya benar-benar belum mempersiapkan diri untuk kehadirannya. Lagipula, dia sangat tidak sabar keluar. Masih tujuh bulan didalam kandungan sudah ingin bertemu dengan ibu dan ayahnya.
Rama sudah kembali bekerja, Ranum sibuk dengan bayi mereka dan berkali-kali ibu dan ibu mertua sibuk menghubunginya menanyakan kabar dan mengajari Ranum cara merawat bayi. Tak perlu cemas, Ranum sudah terlatih. Dia sudah mempersiapkan dirinya jauh sebelum kelahiran. Melihat cara merawat bayi dari vidio-vidio yang dilihatnya diinternet.
"Siapa ya nama bayi kita?" Tanya Ranum, disenin pagi yang cerah. Kala Rama akan berangkat kerja dan ketika mereka tengah menikmati sarapan.
"Rara?" Ucap Rama tanpa berpikir.
"Rara?" Tanya Ranum.
"Ya, Ranum dan Rama...." jawabnya santai dan tersenyum manis pada Ranum.
"Kamu mah....aku serius..." rengek Ranum.
"Hehehe....iya Num..." jawab Rama.
"Seharusnya kamu nih yang berpikir untuk nama anak kita. Bukan aku...." kesal Ranum.
"Lah...kok aku? Lagiankan aku udah kasih nama. Rara...."
"Kok Rara sih? Gak mau!" Ranum manyun, kemudian dia bangkit dari duduknya dan meninggalakn Rama, masuk ke dalam kamar.
Semenjak melahirkan, Ranum jadi begitu manja. Dia selalu saja ingin cari gara-gara dengan suaminya. Rama sadar, Ranum tidak seperti ini. Dia perempuan mandiri, apalagi sejak sepeninggal ayahnya. Walau sangat dimanja okeh sang ibu, Ranum tidak suka bermanja-manja. Tidak suka marah dan melarikan diri seperti ini saat ada masalah. Apalagi...cari-cari masalah.
Rama hanya menggeleng meihat tingkah Ranum. Diapun cepat-cepat menghabiskan makanannya dan merapikan meja makan. Setelah itu bangkit dan menemui Ranum di kamar.
Dia memasuki kamar, langkahnya terhenti saat melihat Ranum duduk diatas ranjang sambil menggendong bayi mereka.
"Sssshhh....sayang, ayah pasti bakal nemuin nama yang bagus untuk kamu...." kata Ranum, sambil sibuk menyusui buah hatinya.
Ranum tidak bisa memberikan ASI pada bayinya, mungkin karena efek dari operasi atau lainnya. Hal itu adalah yang paling disesalinya, dia baca diinternet kalau ASI eksklusif sangat baik untuk kecerdasan sang buah hati, tapi apa daya.
"Hai...Rara...." sapa Rama. Hal itu membuat Ranum terkejut, dengan keberadaan Rama disebelahnya.
"Rara? Kamu kok belum berangkat kerja?" Tanya Ranum.
"Akukan mau lihat peri kecilku dulu..." goda Rama.
"Oh...."
Terkadang, apa yang diinginkan tidaklah sesuai dengan kenyataan. Ranum ingin bahagia dengan kehidupan pernikahannya. Dulu, impiannya ingin menjadi ibu rumah tangga yang hebat. Memiliki anak, memberikannya ASI, melahirkan secara normal. Tapi, itu semua tak menjadi miliknya.
Iya juga ingin menikah diusia yang matang dan siap untuk semuanya. Bukan seperti sekarang ini, menikah diusia 18 tahun tapi sangat menyebalkan.
-
-
-Seperginya Rama, wanita itu langsung mengajak bayinya jalan-jalan ke taman. Menggunakan stroller, pemberian dari ibu mertua.
Rasa malu dan iri dirasakannya, ketika melihat perempuan seumurannya sibuk menunggu angkutan untuk pergi ke kampus. Sedangkan Ranum, sibuk mengajak bayinya berjalan-jalan. Pikirannya melayang pada Keke, sahabatnya. Dia belum memberitahu Keke tentang kelahirannya. Padahal dia berjanji akan memberitahu Keke. Tapi, apalah daya.
Perempuan beranak satu itu, juga malu pada teman SMA yang disosial media terlihat begitu bahagia dengan dunia baru dan teman-teman barunya. Dunia yang seharusnya juga dimasuki oleh Ranum.
Ranum memilih untuk duduk disalah satu bangku taman, menggendong bayinya keluar dari stroller dan tersenyum manis pada bayi kecilnya. Bahagia, iya dia bahagia. Tapi akan lebih bahagia lagi kalau dia bisa mewujudkan mimpinya.
"Sayang.....kamu senang ibu ajak jalan-jalan?" Tanya Ranum pada bayi imutnya, yang tersenyum manis pada ibu mudanya.
Seketika dia mengalihkan pandangannya pada seorang perempuan yang juga menggendong bayi, berdiri didekatnya sambil menelfon seseorang.
"Hei pelakor! Saya tahu, semalam kamu tidur sama suami saya....jangan macam-macam kamu ya...!!!!" Beberapa dialog didengar Ranum, keluar dari mulut perempuan itu. Dia bergidik ngeri, menyeramkan sekali.
Perlahan tapi pasti, Ranum coba untuk meninggalkan perempuan itu dan tempat duduknya. Memasukkan bayi tak bernamanya kedalam stroler dan.....
"Tunggu...!!!" Panggilan perempuan itu menghentikan Ranum.
"Maaf, kalau saya menganggu..." ucap perempuan itu.
"Hehehe..."Ranum hanya tersenyum polos dan berusaha menyorong kembali stroler bayinya. Tapi, lagi-lagi perempuan itu berhasil menghentikannya.
"Disini saja, saya...sedang tidak ingin sendirian...." ucap wanita itu.
Perlahan Ranum duduk disebelahnya dengan gugup, beberapa menit hening tanpa kata hingga akhirnya wanita itu mulai membuka percakapan.
"Aku Lani, Melani..." ucapnya sambil menyodorkan tangan.
"Ranum..." katanya menyambut tangan wanita itu.
Mereka berbicara banyak, Lanjue ternyata sedang berada disituasi genting. Suaminya mulai tertarik pada wanita lain, padahal mereka sudah menikah selama 5 tahun dan sudah memiliki dua orang anak. Mereka membangun rumah tangga dari nol, ketika sang suami tak punya apa-apa hingga kini sudah bisa membeli rumah, mobil dan tanah.
"Kalau saya, masih 18 tahun mbak..." kata Ranum tertunduk. Saat mereka sibuk membicarakan usia. Lani sudah berusia 26 tahun. Dia menikah mudah. Tapi, tidak semuda Ranum.
"Hah?" Jelas saja Lani syok. Apalagi, saat melihat Ranum sudah memiliki anak.
Ranum pun menjelaskan dengan sejelasnya, penyebab dia menikah diusia yang sangat muda. Lani bisa memaklumi, mengingat pergaulan anak sekarang. Tapi, itu adalah hal yang paling disesali oleh Ranum. Rasanya, oke....dia bahagia dengan semuanya sekarang. Tapi, diwaktu bersamaan dia merasa ada yang hilang. Seakan masa depannya direbut begitu saja. Kebebasannya....
"Kamu masih muda sekali....tidak apa, usia tak menentukan kedewasaan. Seperti suamiku, dia sudah hampir kepala tiga. Tapi masih saja tidak dewasa, hanya memikirkan kesenangannya saja..." jelas Lani.
Ranum sangat senang pada wanita berambut panjang dan cokelat itu, dia berpikiran sangat terbuka.
"Tapi kamu harus hati-hati, hubungan bisa hancur karena wanita idaman lain...." hasut Lani.
"Hehe iya mbak..." Ranum tersenyum miris. Pikirannya tiba-tiba melayang pada saat, dia tidak sengaja mengangkat telefon Rama dan terdengar suara perempuan dari seberangsana.
"Loh kenapa?" Tanya Lani, yang melihat Ranum tiba-tiba tertunduk.
"Enggak apa mbak, hanya...saya kepikiran, kayaknya suami saya lagi dekat dengan perempuan lain...." jelas Ranum dengan lugunya.
"Wah....kan bener, patut dicurigai tuh.... kamu harus perhatiin dia terus. Jangan sampai seperti saya, saking cueknya dan percaya sama suami. Eh...malah diambil perempuan lain." Lani tampak berapi-api bercerita.
"Iya mbak..."
Obrolan dua ibu-ibu itu berubah menjadi sedikit serius, tentang pernikahan dan wanita lain. Lani bahkan memberi Ranum saran untuk menguntit suaminya, mencaritahu siapa yang dekat dengannya dan bahkan Lani bersedia untuk membantu Ranum menjadi mata-matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA (MBA STORY) 18+
RomanceRama dan Ranum adalah teman dekat di SMA, karena kesalahan satu malam menyebabkan mereka harus menikah di masa SMA karena Ranum yang tiba-tiba hamil. Bagaimana kisah kehidupan mereka yang menikah diusia muda?