3. Berhenti Berharap

47.1K 893 1
                                    

     Keputusan telah diambil, Ranum akan dikirim ke Jepang. Dia akan belajar bahasa jepang dan mengikuti kursus memasak. Entahlah, kenapa harus Jepang dan kursus memasak. Karena itu kesukaan Ranum, keputusan sudah bulat. Ibu mulai menyiapkan segala berkas untuk keberangkatan Ranum secepatnya, rela sekolah ditinggalkan karena ibu berpikir sekolah bukanlah segalanya, hanya suatu keformalan untuk mendapat pengakuan. Lagipula, Ranum tidak terlalu pintar. Sekolah hanya akan membuatnya pusing.

"Num, kamu yakin? Secepat itu?" Tanya Keke, teman dekatnya. Setelah mendengar cerita dari Ranum tentang rencananya yang akan pergi ke Jepang.

"Padahalkan 2 bulan lagi kita ujian...sayang banget tahu Num...." Keke tampak memohon, rasanya gila saja Ranum ingin pindah ke Jepang tanpa alasan yang jelas.

"Iya Ke, aku juga udah bosan disini. Kamu tahu sendirilah...di kelas aku selalu dapat peringkat terakhir. Enggak ada harapan buat aku sekolah. Lebih baik aku ikut kursus memasak setelah itu buka restoran atau kerja direstoran. Sekolah cuma buang-buang waktu..." jelas Ranum.

"Ye....kenapa gak dari waktu itu?" Tanya Keke.

"Ya, ibu baru kasihnya sekarang...."

Keke dan Ranum duduk di kantin, menikmati istirahat mereka sambil makan mie instan kesukaan mereka berdua. Rasanya, waktu indah seperti ini akan berakhir. 

Masa SMA adalah masa yang indah walau Ranum tidak terlalu dianggap. Tapi, dia menyukainya. Dia suka semua hal tentang SMA, termasuk....

"Rama tuh..." kata Keke, saat melihat Rama berjalan kearah meja mereka.

Ranum yang melihat Rama langsung gugup, segera dia bangkit dari duduknya berusaha pergi. Namun, lelaki tinggi itu berhasil mencegatnya.

"Num, ada yang mau aku omongin sama kamu..." kata Rama cepat, tanpa berani melihat Ranum.

"Sepulang sekolah, aku tunggu di parkiran..." sambungnya, kemudian pergi begitu saja.

Ranum melihati Rama, punggungnya dan kepergiannya. Ada rasa yang mengganjal disana, ada rasa yang belum terungkapkan dan ia sadar, rasa itu tak akan pernah terungkap.

"Eh, kenapa sih wajah Rama? Kok babak belur gitu? Kelahi dengan siapa dia Num?" Tanya Keke, penasaran.

"Gak tahu..."

"Kalian kenapa sih? Biasanya lengket!" Tanya Keke, saat Ranum kembali duduk didepannya.

Ranum hanya menggeleng, " kamu bilang ke dia? Kalau kamu suka dia?" Tanya Keke.

"Apaan sih, ya enggaklah....!!!" Ketus Ranum.

"Hahaha......." 


Ada rasa yang mungkin tak bisa terungkap, hanya tersimpan dalam selembar kertas yang akan terus diam tak berani mengungkapkan. Perasaan Ranum pada Rama tak akan pernah dia ungkapkan, itu janjinya. Dia hanya tidak ingin merusak pertemanan, rasanya...berteman dengan Rama lebih menguntungkannya. Membuatnya bisa lebih mudah dekat dengan Rama dan mendapatkan perhatian. Tapi, kalau ternyata keadaannya seperti sekarang? Bisa apa? Perasaan yang tak pernah terungkap dan Rama pun menjauh darinya.
-
-
-



"Saya minta maaf bu, karena Rama....." perkataan mami Rama berhenti, dia tak berani mengatakannya.

Pertemuan antara ibu Ranum dan mama Rama hari ini mendadak jadi kaku, padahal sebelumnya kedua wanita itu sangat akrab. Ruang tamu Ranum, mendadak dingin. Tak bersuara.

"Tante... Rama minta maaf." Kata Rama tertunduk.

"Sa-sa-saya....juga minta ma-maaf" ucap ibu, terbata. 

NIKAH MUDA (MBA STORY) 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang