Chapter7

234 24 12
                                    

Hari cukup terik sekarang padahal sudah sore,  panas matahari menerpa wajahku. Sebenarnya aku tidak tahan panas, wajahku bisa sentive, memerah, dan kepalaku bisa pusing. Entahlah, aku tidak tau kenapa.

“So what we gonna do?” tanyaku saat kami sudah sampai.

“Ikut saja denganku,” balasnya. Kalian tahu?  Dia sekarang memakai beanie-nya. Terlihat sangat cute sekali. What did I just say?

“Hmm baiklah,” diapun menggenggam tanganku kemudian berjalan menuju suatu tempat. Darahku berdesir. Sial.

“Kita akan beristirahat disini dulu, kemudian nanti malam kita akan naik ke London Eye,” jelasnya. Kemudian kami duduk di taman ini dengan berdiam ria. Tidak ada yang berbicara satupun.

Dia membawaku ke sebuah taman (ini ngasal aja ya muehehe), disini cukup ramai dan tempatnya bagus. Mengapa aku tidak pernah kesini ya?

“Hey aku bosan,” ucap Harry, aku menoleh kearahnya.

“Lalu?” dia menaikkan sebelah alisnya mendengar jawabanku.

“Kau ini, setidaknya kita melakukan sesuatu,” lanjutnya lagi sambil mengedarkan pandangan kesekitar.

“Apa yang harus kita lakukan?” tanyaku dengan wajah innocent. Dia menjitak kepalaku pelan. “Aw!”

“Maka dari itu bantulah aku berfikir Averyna Anderson!” balasnya sedikit jengkel.

“Itu ada pistol-pistolan air!” jawabku menunjuk kearah penjualnya. (ini ngasal juga ya)

Diapun bangkit berdiri, menggandeng tangku lagi. Uh, Harry stop it. Membawaku mendekati penjualnya dan dia membeli dua pistol.

“So we gonna play this game,” belum sempat aku mempersiapkan diri, dia sudah menembakkan pistol air itu ke wajahku. Alhasil mukaku kena air *yaiyalah-_-

“HARRY! TUNGGU PEMBALASANKU,” seruku pada Harry yang sudah lari duluan.

“Go get me!” dia tertawa keras. Aku segera mengejarnya untuk memberi pembalasanku. Larinya kencang sekali sih.

“HARRY! Larimu cepat sekali sih,” aku ngos-ngosan mengejarnya. Got an idea! “Harry aku ca-capek. A-aku sesak napas.” Teriakku pada Harry. Yes! Bodohnya dia mempercayaiku dan sekarang dia menuju kearahku.

“Are you okay?” sebelum aku menjawabnya, sebuah tembakan air mengenai mukanya.

“Gotcha!” akupun segera berlari sekencang-kencangnya.

“AVE!!” dia mengejarku tanpa henti. Dia tidak capek apa? Aku saja sudah tidak tahan begini. Semakin lama tenagaku terkuras habis, aku tidak bisa berlari kencang lagi. Dan Harry masih setia mengejarku.

“I got you!” dia mendapatkanku dan menggelitik pinggangku. Hei! Aku tidak tahan jika digelitik. Akupun tertawa. Niatku ingin membuat dia berhenti tapi apa daya aku terus tertawa dan tidak bisa berkata apapun.

Akhirnya dia dengan sendirinya berhenti menggelitikiku. Baru aku sadar ternyata posisi Harry sedang berapa diatasku. Kami saling menatap masih dengan napas yang ngos-ngosan.  Matanya itu… “Harry! Kau ini! Aku tidak tahan digelitiki kau tau?” dia hanya terkekeh geli, kemudian dia mendudukkan badannya begitu juga aku.

“Sayangnya aku tidak tau,” aku menjitak kepalanya. Dia meringis pelan. “Hei kau blusing!” katanya sambil menunjuk kearah pipiku.

“Blushing? Tidak, mana mungkin,” balasku cepat.

“Pipimu memerah seperti tomat!” dia terkekeh lagi.

“Oh pipiku merah? Aku tidak blushing Styles. Mukaku memerah karena terkena panas,”  dia menaikkan sebelah alisnya.

LightweightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang