ALTHA

4.1K 163 46
                                    


"Ih, bocah kemaren sore aja belagu..."

"Sok-sokan caper sama Altha. Di kira Altha mau sama cewek kecentilan macem dia...."

"Kalo cewek nggak punya malu, ya gitu kelakuannya..."

Deika sudah akan menjambak perempuan-perempuan yang membicarakannya terang-terangan itu, kalau saja Febi tidak menahannya.

"Awas! Biar gue gundulin itu orang." Deika berusaha melepaskan cekalan tangan Febi.

"Udah deh Dey. Gak usah cari gara-gara sama senior. Lo juga sih ah, berani-beraninya ngasih surat nggak jelas ke kak Altha." Febi menarik Deika, setengah memaksanya kembali ke kelas mereka.

"Emang salah kalo gue suka sama kak Altha?"

Deika baru-baru ini menjadi pembicaraan satu sekolah, karena memberikan surat cinta pada Altha Ardian Pratama. Senior mereka di sekolah, saat sedang makan di kantin minggu kemarin. Di depan pacarnya!

"Yang salah itu, karena lo ngasih surat itu di depan kak Farah. Lo kan udah tau kalo mereka pacaran." Rutuk Febi. "Untung kak Farah baik, cuma senyum-senyum aja liat tingkah lo. Kalo gue jadi kak Farah, lo udah gue ajak duel di lapangan!"

Deika memberengut. "Gue kan gak tau, kalo Kak Altha lagi makan sama kak Farah. Gue nggak liat."

"Iya, gimana lo mau liat, kalo yang lo perhatiin cuma Kak Altha doang? Fokus dong Dey. Lo nggak inget kemaren hampir nyebur got gara-gara liat Kak Altha di parkiran?"

"Febi kok lo jadi marah-marah sama gue sih?" Deika berujar kesal. Permasalahannya adalah, saat melihat Altha, pusat dunia Deika seakan tertuju hanya pada seniornya itu. Bukan yang lain.

"Gue nggak marah-marah. Gue cuma pengen lo sadar, kalo di dunia ini cowok bukan kak Altha doang. Lagian kak Altha kan juga udah punya pacar, masa tetep mau lo deketin juga?"

Mereka berjalan masuk ke dalam kelas. "Gue maunya cuma kak Altha, gue nggak mau yang lain." Deika mendudukan tubuhnya di tempat duduknya. Tepat di pojok ruang kelas dekat jendela. Dua bangku dari belakang. "Dan gue nggak akan berhenti berjuang, sebelum bendera kuning berkibar. Masih ada kesempatan!" Kukuh Deika.

Febi menggelengkan kepalanya miris. "Dan kalo kak Altha maunya cuma sama kak Farah gimana?"

"Itu gara-gara kak Altha belom kenal gue aja. Kalo udah mengenal gue lebih dalam, pasti dia ngga akan sanggup nolak gue." Deika tersenyum bangga.

"Dey, kak Altha sama Kak Farah itu wujud kesempurnaan pasangan di sekolah kita. Kak Altha yang ganteng di pasangin sama Kak Farah yang bentukannya udah kayak malaikat turun dari surga. Lah, Lo?"

Febi memperhatikan Deika dari atas ke bawah sambil mengeryitkan dahi. Bukan berarti Deika tidak cantik, hanya saja jika di bandingkan dengan Kak Farah, Deika sedikit...

"Kenapa? Mau banding-bandingin gue sama kak Farah lagi? Gue udah bosen dengernya!" Rutuk Deika.

"Kak Farah itu Cantik, feminim, lembut, baik hati dan tidak sombong."

Deika dan Febi sama-sama mebalikan tubuh. Melihat Dani, laki-laki teman sekelas mereka sedang tersenyum sambil menatap langit-langit seakan sedang membayangkan wajah Farah.

"Di bandingin sama bocah manja, bawel, berisik yang suka tidur di kelas." Dani melirik Deika sambil menghembuskan napas lelah. "Kejauan Dey, nggak usah ngarep dapetin Altha. Lo di lirik sama dia aja udah untung." Tambahnya.

Deika melihat Dani geram. "Sini-sini biar gue jambakin rambut lo." Deika hendak bangkit, tapi dengan cepat Dani sudah berdiri lalu berlari keluar kelas sambil tertawa.

THREAD OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang