Altha berjalan menyusuri jalanan menuju rumah Farah. Ia tidak akan meredakan kegelisahannya, setidaknya sebelum bertemu dengan Farah. Setelah menyuruh supirnya berhenti di depan kompleks perumahan Farah, Altha memilih untuk berjaln kaki menuju kemari. Memikirkan berbagai macam cara untuk berbicara dengan Farah, sambil memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Ia sudah menjalin hubungan cukup lama dengan Farah, selama menjalin hubungan. Farah begitu tanpa cela di matanya, dan mungkin di mata orang lain yang mengenalnya. Gadis itu cantik, luar biasa cantik. Tidak perlu di ragukan kemampuannya dalam belajar, ia termasuk anak yang berprestasi. Farah juga perempuan yang Altha kenal memiliki hati yang baik, dan tidak tegaan dengan orang lain. Tapi apakah Farah sesempurna itu?
Langkah Altha berhenti tepat di belokan, rumah Farah sudah terlihat. Tapi buka Rumah berwarna hijau itu yang membuat Altha menghentikan langkahnya. Melainkan dua orang yang sedang tertawa di depan rumah itu. Itu Farah, bersama dengan seseorang yang Altha tahu bernama Faris.
Sama-sama tidak menyadari keberadaan Altha yang sedang menatap mereka berdua. Untuk beberapa saat Altha hanya diam di sana. Memperhatikan bagaimana Farah melemparkan senyum pada Faris, atau saat entah sengaja atau tidak Faris mengusap-usap pipi Farah sayang. Jelas bukan jenis sentuhan yang akan di lakukan oleh seseorang dengan status berteman.
Altha harus menahan emosinya, saat melihat Faris mengecup puncak kepala Farah sebelum beranjak dari tempatnya untuk masuk ke dalam mobilnya. Altha menghembuskan napas panjang, ia mengambil handphonenya dari saku kemejanya dengan tangan bergetar. Menekan beberapa nomor di sana sebelum mengangkatnya ke dekat telinga.
Altha masih melihat, Farah berdiri di depan rumahnya. Gadis itu merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Dan,
Altha berdeham. "Sore Far." Ujarnya setenang mungkin.
"Hei, Al. Gimana makan siangnya sama papa kamu?" Suara gadis itu terdengar ceria.
"Emmm, baik."
"Kamu masih sama papa kamu ya? Suara kamu kedengeran tegang gitu."
Altha meneguk ludahnya, Ia menyadari suaranya hampir saja tercekat. "Enggak, papa udah balik." Altha menghembuskan napas panang sebelum kembali berbicara, "Kamu di mana?"
"Aku?" Farah kembali bertanya.
"Iya. Kamu di mana?"
"Aku lagi di rumah. Kenapa, kamu mau kesini?"
"Tadinya," Altha mengepalkan jemari tangannya kuat-kuat. "Kamu dari tadi di rumah?"
Altha dapat melihat dari tempatnya berdiri, Farah sedang memijat pelipisnya. "Iya, aku di rumah seharian."
Altha menutup matanya, seakan tidak percaya Farah sedang membohonginya. "Di rumah ngapain?" Altha kembali membuka matanya. Ada luka di dalamnya.
"Aku bantuin Ibu ngerjain sesuatu dari tadi."
Altha tersenyum kecil, lagi-lagi Farah berbohong. "Bantuin Ibu apa? Beberapa hari yang lalu kamu juga bantuin ibukan?"
"Eh, beberapa hari yang lalu?"
Altha merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak. Bahkan Farah tidak ingat, jika ia pernah mengatakannya waktu itu. Apakah Farah waktu itu juga berbohong?
"Waktu aku ngajarin Deika, kamu bilang lagi bantu ibu."
Altha mendengar Farah tertawa kecil, "Oh, iya iya. Waktu itu ya."
"Kamu lupa?"
"Iya, aku lupa."
Altha menghembuskan napas panjang, ia merasakan sentakan rasa sakit dalam hatinya sebelum kembai berbicara. "Farah apa kamu bahagia?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREAD OF DESTINY
RomanceWARNING!! Kalo udah baca part 1, nggak akan berhenti sampai End "Kak Altha, pokonya jangan deket-deket cewek itu!" Altha diam. "Deika pengen di ajarin sama kak Altha, dong." Altha masih tetap diam. "Kak Altha, makan apaan sih kok bisa ganteng begitu...