BTW gue seneng banget, karena kalian mau mengapresiasi cerita gue dengan komen dan Vote. Makasih banyak ya guys. Tolong Share cerita ini ke temen-temen kalian yang lain juga yaa.
And,, ini Part yang kalian tunggu-tunggu. Gue persembahkan sepenuh hati, semoga kalian suka yaa.
With Love, Arsya ❤
"Dey, ikut gue yuk." Deika menoleh, melihat Duta berdiri tidak jauh darinya sambil melambaikan tangan. "Lo di cariin Altha."
Deika termenuh sesaat, kemudian cepat-cepat berdiri.
"Kak Altha nyariin aku kak? Serius beneran?" Tanyanya.
"Iya. Makanya lo ikut gue ayok."
Deika menyipitkan mata, berusaha mengartikan senyum Duta yang tampak mencurigakan. "Bohong pasti kan? Mau becandain aku aja iya kan?" Tuduhnya.
Duta melengos, "Yaudah kalo gitu, gue bilangin ke Altha kalo lo nggak mau nemuin dia." Duta berujar kemudia berbalik, hendak meninggalkan Deika.
"Ehh, Ehhh tungguin dong kak. Iya, iya aku percaya." Deika berjalan tertatih-tatih kearah Duta. Membuat Duta tidak dapat menahan senyumnya.
"Nah, jangan curigaan jadi orang." Katanya, sambil berjalan di samping Deika. "Ngomong-ngomong lo tadi maen bolanya mantep banget." Duta mengangkat jempol tangannya ke arah Deika.
"Bercanda nih pasti, mantep gimana? Orang kalah gitu, tau nggak kak, ternyata tadi di tim lawan tuh ada Atletnya!"
Pertandingan itu memang berakhir dengan kekalahan pada kelas Deika. Bagaimana tidak? Jika setiap kali mereka menyerang, selalu bisa di tangkis dengan baik oleh si kiper.
Duta membuat wajah seolah-olah terkejut, "Serius lo?"
Deika mengangguk cepat, berusaha untuk meyakinkan Duta. "Yang jagain gawang tadi itu Atlet kak, nggak adil! Itu curang namanya, iya kan?"
"Ih, iya curang namanya itu mah, ya Dey?" Deika menanggapi dengan wajah serius.
"Makanya ih Bete banget." Rutuknya, "Tadi kakak nonton aku tandin?" tanyanya.
"Iya, bareng si Altha." Ujar Duta santai.
Deika meoleh, "Kak Altha tadi juga liat kak?" tanyanya.
Duta mengangguk, ikut menoleh dan melihat Deika dengan geli. "Lo nggak liat Altha tadi?"
"Enggak. Berarti kalian liat aku jatoh tadi? Ahhhh." Deika menutup mukanya.
"Kenapa? Lo malu." Duta tertawa, "Lo malu gara-gara Altha yang liat? Tapi nggak malu kalo murid satu sekolah yang liat."
"Kan aku sukanya sama kak Al aja." Ujar Deika.
Duta meringis kecil melihatnya, namun ia tetap menganggukan kepalanya.
Mereka telah sapai di depan ruang kelas Altha. "Altha di dalem noh, lo masuk aja gih. Gue mau ketemu anak-anak dulu di lapangan."
"Kak!" Deika kembali memanggil Duta yang sudah hendak pergi.
Duta menoleh. "Kenapa?"
"Aku harus ngomong apa ke kak Al?" Tanyanya, matanya menatap Duta lekat-lekat. Tiba-tiba sebersit kepanikan muncul dalam diri Deika.
"Ya terserah lo lah," Ujar Duta. "Santai aja, lo juga biasanya nggak tau malu di depan Altha."
"Eiihhhh." Deika menyipitkan mata sambil berdecak, "Udah-udah mending kakak pergi aja sana."
Duta tertawa, sebelum berjalan pergi meninggalkan Deika seorang diri.
Setelah kepergian Duta, kepanikan Deika semakin menjadi-jadi, ia berjalan bolak-balik di depan pintu dengan gelisah. Setelah menarik napas panjang-panjang, ia mejakinkan diri jika akan bersikap bisa. Ia membuka pintu sambil mencoba untuk tersenyum lebar seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREAD OF DESTINY
RomanceWARNING!! Kalo udah baca part 1, nggak akan berhenti sampai End "Kak Altha, pokonya jangan deket-deket cewek itu!" Altha diam. "Deika pengen di ajarin sama kak Altha, dong." Altha masih tetap diam. "Kak Altha, makan apaan sih kok bisa ganteng begitu...