BAB VIII - HUJAN dan KAMU

1.1K 83 18
                                    

Altha melihat kearah hujan yang turun. Di dalam ruangan kelasnya yang lumayan lengang sore ini, ia memutuskan untuk beristirahat di dalam kelas sebentar, sebelum pergi untuk latihan Futsal. Meskipun sebenarnya Altha merasa, tidak ingin melakukan apapun. Terlalu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, yang membuat Mood-nya untuk beraktifitas turun.

Ia masih dapat megingat akhir dari percakapannya dengan Farah beberapa hari yang lalu. Percakapan terakhir mereka, sebagai seorang kekasih.

"Kalau kamu nggak bahagia, kamu cuma perlu jujur. Dan aku bakal lepasin kamu."

Altha mendengar Farah menghembuskan napas berat. "Kenapakamu tiba-tiba ngomong gitu sih Al?"

"Nggak ada alasan apapun." Ujar Altha. "Aku cuma mau kamu bahagia."

"Aku, ba..bahagia sama kamu."

Altha tertawa kecil mendengarnya. Lagi-lagi ia tahu, betapa suitnya Farah untuk mengatakan jika ia bahagia bersamanya.

"Kenapa ragu-ragu gitu ngomongnya?" tanyanya.

"Kamu hari ini kok aneh banget, ada masalah sama papa kamu?" Gadis itu mecoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Nggak ada masalah apapun sama papa." Altha menarik napas panjang, "Aku cuma lagi mikir, apa mugkin kamu sebenernya nggak pernah bahagia sama aku."

"Al?" Gadis itu bergumam, terdengar lirih di telinganya.

"Kamu cuma perlu jujur." Altha kembali mengatakannya.

Altha mendengar, Farah mengembuskan napas panjang. Ia juga melihat gadis itu, berdiri terpaku di depan rumahnya dari kejauhan.

"Aku... Aku udah mencoba buat bahagia. Tapi aku," Gadis itu terdiam, mungkin bingung bagaimana harus mengatakan yang sebenarnya pada Altha.

"Tapi kamu gagal melakukannya." Altha berujar dengan suara tercekat.

"Al, aku.." Isakah kecil terdengar dari suara Farah.

"Nggak papa Far." Altha berdeham, mencoba menormalkan suaranya yang hampir bergetar. "Makasih udah mau jujur." Tambahnya.

"Maaf, Altha." Farah kembali berujar, kali ini tidak berusaha menutupi isak tangisnya.

"Aku lepasin kamu Far. Kamu bisa cari orang yang bisa bahagiain kamu sekarang."

"Altha.. Maaf, maafin aku Al." Ujar Farah, tersendat-sendat.

Dari jauh, Altha bisa melihat bahu gadis itu bergetar. "Kamu nggak perlu minta maaf." Altha tersenyum tipis.

Altha kembali menatap hujan yang mengguyur bumi ibu kota. Merasakan perasaannya ikut membeku, seiring rintik hujan yang semakin deras. Membiarkan semua kenangan yang berkaitan dengan Farah melebur dalam gemuruh. Setidaknya itu yang bisa Altha harapkan saat ini, meskipun ia tidak tahu, apakah akan berhasil.

"Ayo cabut Al, yang lain udah pada nunggu di lapangan." Alha melihat Bimo, salah satu temannya dikelompok futsal datang menghampirinya. "Tumben masih di kelas? Biasanya lo paling duluan dateng."

Altha merenggangkan tubuhnya perlahan. "Lagi capek."

"Nggak biasanya lo gini." Bimo duduk di atas meja, di sebrang tempat duduk Altha.

"Emang biasanya gue gimana?"

"Lo biasanya nggak pernah Worsting time kaya gini." Bimo tertawa. "Ilang kemana gairah lo buat hidup?"

Altha tertawa kecil menanggapi, "Kadang-kadang gue juga ngelakuin hal-hal nggak jelas." Guraunya.

"Lo tau maksud gue apa Al."

THREAD OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang