BAB XV - RIBUT

994 94 16
                                    

Jangan lupa Follow ya Sebelum baca. Please, Vote and Comment ya guys..

BTW gue seneng banget, karena kalian maumengapresiasi cerita gue dengan komen dan Vote. Makasih banyak ya guys. TolongShare cerita ini ke temen-temen kalian yang lain juga yaa.. 

***

Deika masih tertawa mendengar guyonan dari Dila. Mereka berdua, sedang berada di kantin. Sedangkan Febi memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas.

Tiba-tiba gebrakan meja terdengar, dari arah belakang mereka bedua. Membuat Deika dan Dila cepat-cepat berbalik ke belakang.

"LO PIKIR GUE BERCANDA? GUE UDAH TANYA BAIK-BAIK YA SAMA LO!" itu suara seorang perempuan. Deika pikir, itu pasti kakak tingkatnya, karena ia tidak terlalu mengenali wajahnya. Wanita itu sedang membetak seorang anak perempuan lain di depannya.

"Siapa Dil?" Deika berbisik.

"Kak Arum, senior kelas tiga." Dila ikut berbisik. "Denger-denger punya masalah sama kak Ami, senior kelas dua, yang lagi di marahin itu tuh."

Mendadak kantin berubah hening dan sunyi. Seluruh pasang mata yang sedang menikmati makanannya, memilih menghentikan aktifitas untuk melihat Arum.

Arum, mendorong bahu Ami kencang. "Kenapa nggak di jawab hah?" ia menurunkan nada bicaranya, namun tetap saja keras. "Jelasin, ngapain lo jalan sama cowok gue?"

"Cepet ngomong!" salah satu teman Arum yang sedang duduk di samping Ami ikut membentak.

"Kak Damar yang ngajak aku pergi kak. Kita cuma pergi ke toko buku." Ami berujar lirih.

"Lo pikir gue percaya hah? Cewek murahan!" Arum dengan cepat mengambil minuman yang ada di meja, kemudian menumpahkannya ke atas kepala Ami. Membuat puluhan mata yang menyaksikannya tersentak.

Ami hanya dapat diam menerima perlakuan Arum. Ia menunduk semakin dalam dengan tubuh yang bergetar.

Deika hendak bangkit untuk menolong Ami. Tapi Dila menahan tangannya. Deika menoleh, melihat Dila menggeleng pelan, menyuruhnya untuk bungkam.

"Gara-gara lo Damar mutusin gue, lo tau?" lagi-lagi Arum membentaknya.

Arum dengan satu tangannya merenggut rambut Ami dan menariknya. Membuat Ami meringis dan terpaksa berdiri dari duduknya. Sekarang ia sudah menangis sesenggukan. "Ma..Maaf kak."

Arum mendesis, dengan cepat ia mengangkat satu tangannya yang lain ke atas. "Kurang ajar!" Bentaknya.

Ami dengan cepat melindungi wajahnya dengan kedua tangan bersila ke atas, melindungi apapun hal yang dapat menyakitinya.

Deika tidak tahu apa yang ia lakukan. Saat ia melihat Arum mengangkat tangan, setengah sadar Deika cepat-cepat bangkit dan menghampiri mereka berdua kemudian mencekal tangan Arum kencang.

"Kakak pikir kakak mau ngapain?" Desis Deika.

Deika paling tidak bisa berdiam diri saat melihat hal yang tidak seharusnya terjadi. Sebenarnya sedari tadi ia menunggu Ami untuk melawan Arum balik, tapi gadis itu tidak melakukannya.

Arum menoleh kearahnya, sementara Ami dengan takut-takut, menurunkan tangannya.

"Siapa lo? Mau ikut campur urusan gue?" Arum bergumam kencang.

"Yang kakak lakuin sekarang itu namanya Pembulian!" Deika berujar kencang.

Arum tertawa mencemoh, "kalo lo nggak tau masalahnya, mending lo cabut sekarang."

"Kakak pikir apa yang bakal kakak lakuin bakal nyelesaiin masalah kalian?"

"Hey! Dia yang udah bikin masalah sama gue. Gara-gara dia, Damar mutusin gue."

THREAD OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang