Altha tersenyum melihat Farah yang masih fokus mengerjakan tugasnya. Mereka berbeda kelas, jadi hanya saat-saat istirahat seperti ini mereka bisa meluangkan waktu bersama. Berkali-kalipun Altha mengamati Farah, ia tidak pernah sekalipun merasa bosan. Memang ada yang bisa bosan saat melihat salah satu siswi paling menawan di sekolah ini?
"Kamu kenapa sih ngeliatin aku terus?" Farah mengalihkan perhatiannya pada Altha.
"Emang nggak boleh ngeliatin pacar sendiri?" Tanyanya.
Farah tersenyum manis. "Boleh kok," Ujarnya lembut. "Tapi kamu bikin aku nggak fokus ngerjain tugas."
"Kan bisa ngerjain di rumah." Altha menyarankan.
"Aku mau ngerjain sesuatu yang lain di rumah," Farah kembali berujar. "Makanya, tugas ini harus selesai sebelum kita pulang sekolah."
Altha tersenyu bangga pada Farah, tidak dapat menahan dirinya untuk mengelus rambut Farah dengan sayang. Membuat Farah tersenyum kecil, menerima sentuhan lembutnya. Sebelum suara bantingan pintu mengalihkan perhatian mereka.
"KAK AL!" Teriak gadis itu. Gadis yang sama, dengan gadis yang memberikan surat cinta padanya minggu lalu.
Deika melangkah menghampiri Altha sambil memeluk buku paket Matematikanya. Kali ini, Deika bisa melihat jika ada Farah yang duduk di samping Altha.
"Kamu yang minggu kemaren itu..." Farah bergumam pelan, kemudian melirik Altha.
"Kak Al aku mau ngomong sesuatu." Ujar Deika, mengabaikan Farah.
Altha melihat Deika tanpa ekspresi, nyaris dingin.
"Kamu mau ngomong apa sama Altha?" Farah mengambil alih, saat melihat Altha tidak berniat untuk menjawab.
"Aku mau ngomong berdua sama kak Al." Ujar Deika.
"Berdua?" Farah memastikan.
Deika mengangguk pasti, dalam hati menggerutu. Kenapa Farah bisa semanis itu saat sedang berbicara, Deika bertambah kesal saat menyadari ia tidak mungkin dapat berbicara semanis itu. Atau duduk seanggun Farah. Ohh demi apapun, Deika tidak mungkin dapat berkedip dengan cara se-sempurna itu.
"Yaudah kalo gitu, kamu bisa ngomong sama Altha." Farah sudah hendak berdiri, sebelum Altha mencekal tangannya.
"Kamu di sini aja," Altha berujar pada Farah. "Kenapa?" Kali ini perkataannya ia tujukan untuk Deika. Tentu saja dengan nada suara yang jauh berbeda.
Deika berusaha mati-matian untuk tidak menggerutu. "Aku mau ngomong berdua doang sama kak Al."
Altha menatap Deika dingin. "Lo bisa pergi, kalo tetep pengen Farah pergi dari sini."
"Al." Farah mengingatkan, mengelus tangan Altha yang tengah terkepal d atas meja.
Deika berdecak melihatnya. "Iya Iya Iya. Kak Farah tetep di sini." Gerutu Deika.
"Kamu emang mau ngomong apaan?" Farah tersenyum ke arahnya.
Deika menekuk bibinya, "Aku mau minta di ajarin Matematika. Katanya Kak Al, juara olimpiade Matematika di sekolah kita."
Farah dan Altha saling berpandangan, sebelum Farah mulai berbicara. "Kamu mau minta ajarin Matematika sama Altha?"
Deika mengangguk, "Aku dapet nilai ujian jelek, terus Pak Asep minta aku buat ikut kelas tambahan pulang sekolah. Tapi aku nggak bisa, makanya aku minta kak Al buat..."
"Gue nggak mau." Altha langsung menyahut, dingin. Membuat Deika terperangah mendengarnya.
"Kenapa nggak mau?" tuntunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREAD OF DESTINY
RomanceWARNING!! Kalo udah baca part 1, nggak akan berhenti sampai End "Kak Altha, pokonya jangan deket-deket cewek itu!" Altha diam. "Deika pengen di ajarin sama kak Altha, dong." Altha masih tetap diam. "Kak Altha, makan apaan sih kok bisa ganteng begitu...