Semoga ini bakal tamat kurang dari 5 chapter hehe
Selamat membaca ><
...
Bugh
Buagh
Aaargh..
Bau darah segar bersatu dengan peluh keringat adrenalin. Duduk terengkuh di bawah sinar bulan, mengistirahatkan punggung sempitnya di sudut gang kecil tempatnya 'bermain'.
.
.
.
Min Yoongi.
"Masih kurang."
Min Yoongi, tidak, ia tidak suka nama itu. Suga. Ya. Namanya Suga mulai sekarang dan seterusnya. Dia akan hidup dengan nama itu selamanya.
Berjalan sempoyongan menuju apartemen miliknya hampir setiap hari ia lakukan. Darah dan lebam sudah menjadi teman paling setia.
Dia suka ini.
Merasakan sakit yang nyata. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan semua yang telah dia lewati..
Saat itu.
.
Hembusan asap rokok keluar dari sela hidung dan bibir tipis pria itu. Sebotol whiskey di tangan kiri sesekali ia tenggak melalui mulut yang sering mengeluarkan sumpah serapahnya.
Berada di balkon tengah malam seperti ini memang kebiasaannya jika ia setidaknya bisa berdiri. Bukan terbaring dengan luka dari 'kucing-kucing liar' di jalanan hingga keesokan hari.
Matanya terpejam sesaat setelah kuntung rokok terakhir ia hisap habis.
"Sial. Kenangan itu masih saja.."
Seketika kepalanya pening, mencari titik fokus apa yang ada dalam ingatnya.
Nging
"..Halo?"
Buyar.
Kepala Min Yoongi seperti pecah saat seorang pria menginterupsi jadwal putar film thriller nya yang terekam di otak.
"Mau apa kau?"
" Ah, Tuan-Suga. Apa anda sudah sembuh?"
Itu Jeongguk yang sejak tadi ternyata memperhatikan Min Yoongi dan menghampirinya karena khawatir.
"Bukan urusanmu."
"Maaf. Omong-omong ini saya ada obat luka jika saja stokmu sedang hab-"
Brak
Si dingin menghiraukannya dan masuk ke dalam apartemen dengan pintu yang dibanting. Terkunci. Terlihat lampu analog berubah menjadi hijau seketika.
Jeongguk mematung. Dia diacuhkan lagi.
"Moodnya memang selalu buruk atau akibat alkohol ya?"
.
.
.
Jangan!
Berhenti Ibu!
Jangan seperti itu,
Ayah pasti akan berubah.
Ts ts ts.
Tuuuuuuuuuuuuuut..
"Ibuuuuuu!"
Itu memang mimpi.
Mimpi buruk atau sebernarnya kenyataan yang terulang dalam memori. Terus menerus terekam jelas tanpa diinginkan datang padanya. Selalu seperti itu, bahkan terasa lebih menyakitkan dari waktu ke waktu.
Ya, menjadi trauma.
[Min Yoongi 9 Tahun]
"Ibu, tadi guruku memuji puisi yang kubuat lho! Katanya apa yang kutulis sangat bagus hehe"
Tak ada jawaban.
"Ini lihat.. matematiku juga nilainya 90. Gurunya galak sekali sampai aku tidak ingin salah menjawab waktu ulangan", senyum lebar dan gusi yang terlihat semakin menambah manis wajah mungilnya.
Tetap diam membisu. Itulah tanggapan ibunya setiap kali Yoongi bercerita. Bukannya tidak bisa menjawab tapi beliau hanya ingin seperti itu saja. Dia mati rasa.
"Kenapa kau tidak menceraikanku?! Ceraikan saja aku, kumohon, dan aku tidak akan seperti ini dasar kau bajing*an!"
"Apa kau bilang? Sini kau jal*ang!"
Plak
BugghDisana, Min Yoongi kecil menyaksikan semua. Setiap harinya.
Memiliki ayah pemabuk dan ibu yang bahkan tidak merasakan kehadirannya saat ia pulang sekolah.
Sejak kapan? Ia tidak ingat, sepertinya sudah lama sekali.
"Ibuuu.. jangan!"
Seorang wanita yang Yoongi panggil 'Ibu' itu menggoreskan pisau dapur tepat di nadinya. Dengan mata kosong. Di depan anak sematawayangnya.
Sret
"Tidaaak!"
Yoongi kecil yang sejak tadi berusaha menarik tangan ibunya terhenti.
"Min Yoongi, maafkan Ibu."
.
.
Pemakaman Umum Tanah Kusir
"Dimana ayahmu?", Seorang pria paruh baya memegang pundak Yoongi dengan sangat lembut.
"Tidak tahu, paman."
"Baiklah, mulai saat ini kau bersamaku."
*Tring*
Pesan
Dari Paman
Uang bulanan sudah kukirim. Jika ada apa-apa hubungi saja paman. Jangan sungkan, Yoongi-ah.Suga membacanya. Satu-satunya orang yang tidak ia benci meskipun memanggilnya dengan nama itu. Satu-satunya keluarga yang ia punya.
.
.
.
to be continued
Gimana? Yang ini kepanjangan gak? Flashbacknya semoga gak bingungin hwhw
Aku degdegan bikinnya takut aneh kalo dibaca kalian.
Makasih udah baca ><
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me. [KOOKGA]
Short StoryPergi! (Tolong aku) Kookga. #BadboyYoongi #TopJK #BotYoongi #Semilokalau