Kemungkinan

741 92 2
                                    

.

.

Getaran mesin cuci menjadi suara latar kesendirian Jeon Jeongguk malam itu. Masih dengan wajah murung sejak pulang dari apartemen Suga.

Dia sedikit shock dengan apa yang Suga katakan tadi.

Ya, memang seharusnya dia tidak mengusik kehidupan orang lain seperti itu. Kalau dipikir-pikir, bukankah dia terlalu ikut campur?

Tidak tidak.

Mungkin Suga saja yang unik. Dia sulit didekati dan sedikit menyeramkan. Itu yang Jeongguk lihat.

"Suga-hyung, kau benar. Aku ini bodoh."

Tentu saja. Cinta mana yang terlihat pintar?

.

Seminggu Kemudian

Drrt drrrt

Itu pesan dari ponsel Yoongi.

Pesan
Dari: paman
Aku akan keluar negeri untuk berbulan-bulan. Aku akan jarang menengokmu lagi, Yoongi-ah. Semoga kau baik disana dan hubungi aku jika ada sesuatu.

Yoongi mengernyitkan dahi untuk membaca notifikasi kemudian bangun tanpa membaca seluruh isi pesan.

Itu sudah biasa. Mungkin pamannya pamit untuk kunjungan bisnis atau semacamnya.

Paman Yoongi sebenarnya terbilang sering mengunjungi keponakan satu-satunya itu. Sekitar 2 minggu sekali. Tapi kali ini beliau harus ke luar negeri untuk mengurus cabang perusahaannya. Mungkin akan kembali beberapa bulan lagi.

Dan tentunya Yoongi akan merasakan kesepian sesaat. Seperti yang sudah-sudah.

Tapi kenapa rasa kesepian itu semakin bertambah saja.

Sejak kapan?

Yoongi dengan kaos longgar hitamnya berjalan malas ke kamar mandi. Membasuh mukanya asal dan melihat sesuatu masih menempel di dahinya.

Plester luka.

Tanpa sadar dia menyunggingkan senyumnya dan mengingat sikap Jeon Jeongguk yang menurutnya bodoh.

"Jangan lengah, Suga. Kau tidak boleh.. menyakitinya."

.

.

Sementara itu di Kantor Jeongguk

"Siaaal! Aku harus fokus menyelesaikan proyek ini. Kenapa otakku tidak mau bekerja sih ggyaaah"

Itu Jeongguk. Dia sedang berada di kursinya berputar-putar dan sangat kacau.

"Suga-hyuuuung~!"

Dia tanpa sadar meneriakan nama itu hingga seisi kantor menengok padanya. Tetapi hanya satu orang yang penasaran akan hal itu dan bertanya tanpa ragu.

"Berisik bodoh! Ada apa kau ini?! Siapa itu Suga? Kau selalu menyebut namanya akhir-akhir ini."

Seseorang dengan rambut blonde dan tinggi di bawah Jeongguk menyela.

"Diam kau Park Jimin."

"Hei hei.. cerita dong kalau punya masalah. Siapa dia? Kekasihmu? Nama panggilannya manis sekali, ciaa"

Jeongguk hanya memutar bola matanya jengah. Seperti biasa, rekannya yang satu ini selalu heboh jika itu berhubungan dengan asmara. Memang si boncel ini sangat peka.

"Ikut aku ke kantin. Ini sudah jam istirahat. Akan kuceritakan."

.

Kantin kantor

"Hahahaha liat betapa bodohnya mantan playboy yang satu ini. Ya Tuhan, ini lucu sekali.."

"Sudah kubilang aku tidak bisa mengendalikannya. Aku terus memikirkannya kapanpun dan dimanapun. Aku sungguh tidak mengerti, Jimin-ssi"

"Wah aku tidak menyangka kau bisa menyukai seseorang sampai seperti ini"

Deg

Benar. Ini mungkin saja benar. Kenapa Jeongguk lamban sekali untuk bisa menyadari perasaannya dari awal.

"Tapi.. apa mungkin aku hanya merasa kasihan atau penasaran padanya?"

Jimin tersenyum kecil pada Jeongguk. Seolah tahu betul apa yang rekan kerja sekaligus temannya sejak SMP itu rasakan saat ini.

"Kenapa tidak kau cari tahu sendiri saja, Jeongguk-ah?"

.

.

.

to be continued

Hehehe
.

Tadinya aku gak mau ada orang ketiga disini, tapi aku suka chimchim jadi gpp ya?

Sorry banget baru update lagi :(
Makasih udah baca dan vote ya.. bikin aku semangat lanjutin >_<

Save Me. [KOOKGA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang