Hi, ini winchawn..
happy reading!
><.
.
Jeon Jeongguk masuk ke apartemennya dengan wajah kebingungan.
Jelas saja, apa yang terjadi padanya sejak kemarin kepindahannya ke apartemen ini sungguh mengejutkan. Untung dia tidak punya riwayat penyakit jantung.
"Oke baiklah. Mari kita masak kemudian mandi terlebih dahulu."
.
Sop ayam dan pasta dengan krim keju.
Dia berniat memasak hanya satu jenis masakan. Namun karena belum tahu selera Min Yoongi apa, jadi dia memutuskan untuk memasak dua jenis makanan yang bertolak belakang.
Ya, dia berniat menyapa tetangga barunya dengan hidangan makan malam.
.
Jam 20.15. Sedikit telat untuk jam makan malam memang.
Jeongguk sudah mandi dan hidangan sudah di tangan. Memakai kaus putih polos dan celana training hitam bergaris. Dengan nampan kecil berisi 1 mangkuk dan 1 piring di atasnya dia memencet bel apartemen Min Yoongi.
Ting tong
Beberapa kali ia pijit bel, masih belum ada yang membuka pintu.
"Hei, sedang apa kau disitu?!"
Itu Yoongi, datang dari arah lift. Sepertinya pulang dari suatu tempat.
"Oh, hai Tuan-Suga? Ini aku bawa makanan untuk anda, siapa tau anda belum makan malam hehe"
"Hah? Awas minggir!"
"O-oke."
Suga menekan tombol passwordnya dengan asal-asalan sampai Jeongguk saja tahu angka apa saja yang dia tekan.
Dengan wajah polosnya, tanpa izin apapun Jeongguk mengikuti Suga ke dalam apartemen. Sampai ruang tengah Suga terhenti dengan Jeongguk di belakangnya masih menenteng nampan.
"Kau..! Terserah lah."
Jeongguk tersenyum. Sepertinya dia diterima disini. Atau mungkin hanya makanannya? :(
"Aku buatkan sop ayam dan krim pasta, aku tidak tahu anda suka yang mana jadi silakan pilih saja, aku akan makan yang tidak anda suka."
Mereka sudah berada di meja makan. Saling berhadapan seperti orang yang sudah saling kenal saja.
Suga meraih sop ayam. Dengan tangan kanan menggeser langsung ke hadapannya.
Lumayan, kebetulan dia belum memakan apapun sejak tadi siang.
Dia memilih masakan rumah yang normal, bukan yang satunya. Karena itu terlihat seperti makanan pesan antar. Ya, hampir setiap hari dia makan itu. Lihat saja isi trashbag di dapur, kebanyakan isinya kotak pizza dan beberapa sterofoam.
Jeongguk tersenyum saat Suga mulai menyantap sopnya dengan perlahan.
"Apa kau punya nasi disini?", Jeongguk menyela.
"Tidak."
"Baiklah tunggu sebentar. Sop itu enaknya dimakan dengan nasi panas, Tuan."
Jeongguk mengambil nasi semangkuk penuh dari apartemennya lalu saat ini sudah duduk kembali di tempatnya tadi. Tapi tak menemukan sosok pemilik apartemen. Bahkan mangkuk Suga telah kosong, hanya menyisakan tulang ayam disana.
"Astaga.. Kemana dia? Padahal aku membawa nasi dan plester luka ini.."
Dia menunda rasa penasarannya kali ini, melanjutkan makannya yang tertinggal.
Drap drap
"Tuan Suga?"
"Hmm." Suga keluar dari kamarnya nampak telah membersihkan diri. Dengan hanya mengenakan bathrobe dan rambut yang masih setengah kering dia berjalan menuju ruang tengah.
Jeongguk hanya mematung. Lagi. Dia bisanya cuma mematung apa ya. Kayak squirdward aja.
Menelan ludah dalam-dalam, konsentrasinya buyar melihat pemandangan yang tidak biasa yang membuat jantungnya berdegup kencang.
Ini aneh. Dia itu laki-laki, tahu!
"Lu-luka di dahimu sepertinya masih belum sembuh ya? Biar aku pasangkan plester untukmu!", Jeongguk tergagap, matanya ia palingkan ke lantai dan ke arah lain selain Suga.
Tunggu. Kenapa dia menawarkan diri untuk memasangkannya, sih. Kenapa.
Suga melihat gelagat aneh Jeongguk dan hanya mengerutkan dahinya lalu duduk dan menyalakan tv dengan volume kecil. Dia agak sensitif terharap suara.
Jeongguk melangkahkan kaki dengan ragu dan duduk di karpet dengan tumpuan lutut untuk memasangkan plester di dahi kanan Suga.
"Kau ini kenapa?"
"Hm? Ti-tidak aku hanya ingin membantumu memasangkannya. I-iya. Begitu! haha"
Suga membiarkan Jeongguk memasangkannya, hingga dia pikir plesternya sudah terpasang tapi Jeongguk masih diam disana dan menghalangi kegiatan nonton tvnya.
"Hei, mau berapa lama kau berada disitu?"
Jeongguk terkejut dalam hati merutuki hilang fokusnya.
"B-bagaimana tuan, apa masih ada luka yang belum sembuh?"
Bodoh. Apa yang sedang dia pikirkan.
"Tidak dan Terimakasih."
"Apa aku boleh duduk disini?", Jeongguk mengarahkan matanya ke sofa yang Suga tempati.
Tidak ada jawaban, seperti biasa Jeongguk menganggapnya sebagai 'Ya' atau yang sebenarnya dimaksud Suga adalah 'Terserah'
"Wah, Hyung juga nonton acara ini ya? Aku tidak menyangka kamu suka acara komedi."
Suga melirik Jeongguk sekejap, lalu kembali ke acara tvnya.
"Um, maaf, maksudku 'Tuan'. Ohiya, sebaiknya aku pulang sekarang. Terimakasih atas tumpangan makan malamnya, Tuan Suga."
Baru saja Jeongguk berdiri, Suga angkat bicara.
"Jangan panggil aku Tuan, aku masih 27 tahun dan sepertinya usia kita tidak jauh beda."
"Oh? Begitu ya.. Um, aku Jeon Jeongguk, 24 tahun. Salam kenal.. lagi hehe".
Hanya geraman kecil dari Suga sebagai jawaban. Hampir terbatuk tapi masih punya harga diri untuk itu. Karena ayolah, dia kalah besar dengan Jeongguk yang 3 tahun lebih muda darinya. Itu membuatnya kesal.
"K-kalau begitu boleh kupanggil anda Hyung? Um, Suga-hyung?"
Deg
Getaran aneh muncul. Apa yang salah? Apa komedian yang dia tonton sedang memberikan punch line?
Tidak.
Biasanya dia tidak pernah bereaksi meskipun komedian itu jungkir balik di lantai.
.
Jeongguk kembali ke apartemennya dengan wajah cerah dan senandung kecil merdu keluar begitu saja.
Membawa beberapa perabot kotor sampai mencucinya bersih kembali seketika. Malam ini semuanya sungguh menyenangkan.
.
.
.
to be continued
Tiba-tiba manis begini aku jadi gemes sendiri nulisnya duh
bakal beda dari rencana awal nih huhu
Makasih udah baca ><
![](https://img.wattpad.com/cover/165604890-288-k540013.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me. [KOOKGA]
Short StoryPergi! (Tolong aku) Kookga. #BadboyYoongi #TopJK #BotYoongi #Semilokalau