Saat ini Tesla sedang menunggu jemputan untuk membawanya pulang. Ia duduk di halte dekat sekolahnya. Hari ini siswa sekolahnya dipulangkan cepat karena para guru pergi menjenguk orang tua salah satu guru yang meninggal yang mengajar di sekolahnya. Dan oleh karena itu jemputannya akan lama datang karena biasanya ia pulang jam empat.
Dan sialnya lagi, ia tak membawa ponsel supaya menelpon jemputannya. Ia sudah satu jam duduk di sini. Ia menyesal telah menolak tawaran dari Alva. Alasannya karena rumah Alva berlawanan arah dengannya. Alva merasa tidak apa-apa karena ia membawa mobil sendiri ke sekolah dan merasa tak salah untuk mengantar sahabatnya itu. Namun Tesla bersikeras untuk menolaknya.
"Ish!" ia menendang-nendang angin di depannya. Ini semua juga gara-gara Papa nya yang tidak memperbolehkannya membawa mobil. Alasannya simple. Karena ia belum memiliki SIM. Banyak juga kok anak SMA yang membawa mobil ke sekolah tanpa SIM. Tapi itulah, Papa nya terlalu protektif.
"Ngapain lo di sini?" suara seseorang yang di kenal olehnya langsung membuat Tesla mendongakkan kepalanya ke arah suara tersebut.
Kelvin Nikola.
"Lo gak liat gue ngapain?" tanya Tesla jutek. Walaupun ia suka dengan lelaki yang sedang duduk tampan di atas motor besarnya, itu tak membuat Tesla deg-degan alay. Karena ia sudah biasa dengan lelaki itu karena mereka sekelas. Walau ada sedikit kegugupan.
Kelvin memandang Tesla dari ujung sepatu sampai ujung kepala. Membuat Tesla risih dan memandang tajam ke mata Kelvin tatkala mata lelaki itu bertemu matanya.
"Gak, emang lo ngapain?" Kelvin tak peduli dan membuat Tesla kesal dengan menyalurkannya melalui hentakan kaki kanannya dengan cepat ke lantai.
"Gue lagi nunggu jemputan, bego!"
"Bego begini juara satu di kelas lo."
Tesla semakin kesal dengan jawaban Kelvin. Ia memilih duduk di kursi yang disediakan halte. Capek juga lama-lama berdiri ditambah Kelvin yang membuat dirinya kesal setengah mati.
"Naik. Gue anterin lo pulang."
Tesla memandang Kelvin dengan cengo setelah lelaki itu mengatakan kesediannya mengantar gadis itu pulang.
Tesla sendiri bingung, ada apa dengan lelaki yang disukainya itu? Kenapa jadi sebaik ini? Seingatnya dulu lelaki ini bahkan tak mau mengantarnya pulang setelah ia mengemis-ngemis untuk nebeng. Dulu sedikit modus sih sebenarnya.
"Ha? Gue yang salah denger atau lo emang ngajak gue pulang bareng?" tanya Tesla memastikan dan juga berniat menggoda Kelvin. Gak tau Kelvin berhasil ia goda atau gak.
"Cepetan! Sebelum gue berubah pikiran. Dan ingat ya! Gue gak ngajak lo pulang bareng. Gue cuma kasihan liat lo di sini sendirian, kayak anak gembel." Tesla mendengus mendengar balasan dari Kelvin. Ternyata Kelvin tak berhasil ia goda.
"Iya deh." Tesla melangkah ke arah motor Kelvin dan memegang bahu lelaki itu untuk mempermudah dirinya menaiki motor besar itu. Ini pertama kalinya ia dibonceng oleh lelaki yang disukainya ini. Sedikit membuatnya tersenyum cerah saat berada di atas motor itu.
"Helm untuk gue gak ada? Nanti kalau jatuh dan kepala gue pecah gimana?" tanya Tesla saat ia hanya melihat satu helm yang di pegang oleh Kelvin dan akan memakainya. Helm fullface.
"Kalau kepala lo pecah, ya mati. Ribet amat." santai. Kelvin menjawabnya dengan santai.
"Gue nunggu jemputan aja deh." kesal Tesla dan berniat turun dari motor Kelvin sebelum--
Brumm!!
"Anjing!"
Kelvin menarik gas dan mengendarai motornya dengan cukup kencang. Membuat Tesla harus memeluk pinggangnya. Untung saja gadis itu tidak jatuh.
Namun akhirnya laju motornya berakhir dengan pelan karena Tesla terus saja berteriak dan memukul punggungnya seperti orang gila yang membuat pengendara lain memandangi dirinya. Dia malu membawa gadis itu. Cukup ini pertama dan terakhir kalinya. Karena ia tidak terbiasa membawa motor dengan pelan. Ia merasa seperti siput, terlalu lambat.
Dan tak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di depan rumah Tesla yang memiliki pagar yang tinggi.
"Nyesel gue naik motor lo!" umpat Tesla setelah turun dari motor Kelvin.
"Seharusnya gue yang nyesel bawa lo! Gak tau di untung. Udah gitu dari tadi narik kerah jaket gue lagi. Lo mau bunuh gue?!" judes Kelvin. Memang benar, Tesla pertamanya memeluk pinggang Kelvin dan tak lama kemudian karena gadis itu kesal ia menarik kerah jaket Kelvin sampai ke rumahnya.
"Bodo amat. Lagian gue gak minta bareng, lo yang maksa. Pulang lo sono!" bentaknya. Walaupun ia suka lelaki ini, namun karena kesal tentu saja rasa suka itu terlupakan sedikit.
"Gak usah ngegas, dong!" Kelvin hanya mendengus dan menatap tajam ke arah Tesla sebelum memakai kembali helm fullfacenya.
Setelah kepergian Kelvin, Tesla membuka pagar rumahnya dan membiarkan satpam yang menutupnya kembali. Memasuki rumahnya dengan wajah kusut.
"Lho, Neng udah pulang?" Tesla melirik ke arah Pak Ajo--Supirnya-- dengan masih memasang wajah kusut.
"Ya, udah pulanglah pak. Orang saya ada di sini." ketus Tesla membuat Pak Ajo merasa bersalah karena tidak menjemputnya Majikannya itu.
"Bapak gak usah gitu dong." ucap Tesla merasa tak enak. "Karena Bapak gak jemput saya, saya jadi pulang dengan Doi!" lanjut Tesla semangat ketika mengingat kembali ketika ia pulang dengan Kelvin, walau agak kesal sih sebenarnya. Dan semangatnya Tesla tadi membuat Pak Ajo kembali mengangkat kepalanya. "Lagi pula ini salah saya karena lupa bawa ponsel dan gak bisa hubungi Bapak." sambungnya dengan senyuman manisnya.
"Ya udah, saya ke kamar ya Pak!"
Tesla melemparkan tas nya ke tempat khusus tas miliknya. Kemudian ia menghempaskan badannya ke kasur setelah mengganti baju dan memeluk guling dengan erat. Ia mengantuk. Ingin mandi, tapi ia malas bergerak atau sering disebut dengan Mager.
Gadis itu mengingat-ingat mata pelajaran besok pagi. Apakah ada tugas atau tidak. Segera saja ia merengut ketika mengingat besok pagi ada ulangan Matematika Peminatan. Sontak saja ia bangkit dan melangkah ke meja belajarnya. Namun terhenti ketika ia mengingat sesuatu.
Percuma saja ia belajar kalau tidak mengerti materi satu pun!
Lalu kembali berguling ke kasurnya. Ia memutuskan untuk tidur saja. Lagi pula lembar jawabannya akan terisi penuh besok. Karena walaupun kelas unggulan, kata 'Menyontek' masih melekat dalam dirinya.
Esok paginya, ia datang dengan senyuman cerah. Ia memang selalu begitu, mengawali hari dengan senyuman. Namun saat sampai ke kelas, ia dikejutkan dengan teman-temannya yang sibuk membaca buku yang ia yakini buku Matematika Peminatan. Tapi ada juga yang membuat jimat.
"Udah hapal semua rumus, Al?" tanyanya saat telah duduk di samping Alva. Karena ia memang duduk berdampingan dengan Alva.
"Gak." santai Alva dan membalikkan halaman buku catatannya.
"Lha, terus lo ngapain kalau gak ngapal?"
"Pencitraan. Biar dikata belajar sama mereka semua." kata Alva santai dan melirik semua penghuni kelas.
"Buseet! Terus lo gak bikin jimat?" tanya Tesla dengan berbisik untuk kesekian kalinya.
"Kalau itu mah, beres!" senyum Alva dan menunjukkan satu lembar kertas yang berisi rumus dengan mengangkatnya tepat di hadapan Tesla.
"Siiip!" Tesla mengacungkan dua jempolnya dan tersenyum lebar ke arah Alva.
Ada yg kayak gitu gak? Yang bikin contekan😂😂
Kalau gitu,
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
TESLA [On Going]
Teen FictionKata orang sih gue cantik, sampai-sampai gue bosen ngedengernya. Sebagian orang gue juga dikatai cuek. Bagi sebagian cowok-cowok yang gak gue respon. Tapi bagi gue sendiri gue itu gak cantik! Buktinya aja gue masih ngejomblo semenjak gue putus sama...