Tesla menganggap hari berlalu dengan cepat. Baru saja kemarin hari minggu dan sekarang sudah hari senin saja.
Soal kemarin, dia memang pergi menemani Alva ketemuan sama pacarnya. Tidak lama hanya dua jam. Dan yang dilakukan Tesla selama dua jam hanya memainkan ponsel dan men-download drama Korea karena caffe itu menyediakan Wi-Fi gratis bagi para tamu. Dan selama dua jam itu pula Tesla tidak melirik sedikitpun pada teman pacarnya Alva. Bahkan Tesla tidak tau bentuk wajah pacar Alva seperti apa.
Ia tidak peduli.
Dan Tesla yakin hari ini akan ada kabar dari Alva bahwa teman pacarnya Alva itu tertarik dengannya.
Bukannya sombong, tetapi memang begitu keadaannya.
Tesla memasuki kelasnya dan meletakkan tasnya ke meja kemudian menjalankan tugas piketnya yang selalu hari senin. Tesla heran sendiri, kenapa semenjak dia kelas sepuluh sampai kelas dua belas hari piketnya selalu hari senin. Tapi kenapa juga ia memikirkan itu?
"Kuy, lapangan. Kita upacara."
Tesla menoleh dengan cepat ke arah Alva dan menatap sahabatnya itu dengan kesal. "Kampret lo! Udah selesai gue piket baru nongol lo." umpatnya yang membuat Alva nyengir. Tesla segera meletakkan sapu di belakang kelas.
"Eh, gue baru inget. Wahyu kirim salam sama lo."
"Udah gue duga," ujar Tesla sombong. Dan melangkahkan kakinya menuju lapangan.
"Ternyata dia satu sekolah sama kita." membuat Tesla yang saat itu sudah berdiri di barisan yang tepat berada di depan Alva segara membalikkan badannya.
"Masa sih. Emangnya dia kelas berapa? Bukannya pacar lo beda sekolah sama kita?" tanya Tesla penasaran.
"Gue awalnya juga gak tau. Tapi si Wahyu yang bilang dia satu sekolah sama kita. Dan katanya juga dia sering kok ngeliat kita." jelas Alva.
"Ya iyalah. Kan lo most wanted di sekolah ini."
"Lo kira lo gak, bego!" Alva menoyor kepala Tesla. "Dia itu yang lewat dibelakang lo tadi kalau gue gak salah," lanjut Alva.
"Mana? Emang dia kelas XII berapa sih?" tanya Tesla lagi sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Wahyudi.
"Katanya IPS 3,"
Tesla hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan tiba-tiba teringat sesuatu. "Nama lengkapnya Wahyudi?" tanya Tesla lagi.
"Kok lo tau?" tentu saja pertanyaan Tesla tadi mampu membuat rasa penasaran Alva mencuat.
"Dulu ada sih dia minta save back. Ya udah, gue save nomor WA nya. Dan dia bilang kelas XII-IPS 3. Tapi gak tau juga sih, itu dia atau gak." jelas Tesla. "Gue gak mau nerima salam dia. Soalnya gue liat di WA dia jelek. Gue gak mau. Kalau gantengnya sebanding sama Chanyeol, yah gue mau." lanjut Tesla dan di akhiri dengan cengirannya.
"Ini nih, yang ngebuat lo jomblo terus. Ternyata halu nya udah akut," kata Alva judes.
Tesla memang pemilih soal pacar. Dia ingin punya pacar yang tampan, pintar, tinggi, putih. Dan yang terpenting setia. Dan kriteria itu ada pada Kelvin. Dia gak tau sih sebenarnya Kelvin setia atau gak. Tapi yang jelas itu tidak karena Kelvin Playboy.
***
Saat ini kelas Tesla sedang jam kosong. Guru yang sedang bertugas mengajar pelajaran Matematika sedang ada urusan dan meninggalkan tugas dan dikumpulkan besok karena besok juga ada jadwal pelajaran Matematika.
Dan karena ada kata 'Kumpulkan Besok Pagi', maka tak ada yang mengerjakan seorang pun kecuali Kelvin, Si Pintar.
"Yang ini, kan?" Tesla menyodorkan ponselnya yang terdapat gambar lelaki ke arah Alva.
"Iya." Alva mengembalikan ponselnya Tesla dan kembali sibuk bermain ponselnya sendiri.
"Dia nge-chat gue semalem," Alva menolehkan kepalanya ke arah Tesla.
"Terus?"
Tesla mengangkat bahu nya tak acuh. "Dia cuma nanya kalau gue temannya lo. Ya udah, gue jawab iya."
"Cuma segitu, doang?" tanya Alva gemas dan bertambah gemas saat Tesla menganggukkan kepalanya. "Haduh, lo tuh ya. Pantes gak laku-laku lo!" hujat Alva.
"Kalau dia ganteng, baru gue respon lebih. Kalau kayak gini mah, ogah gue." balas Tesla sambil menyodorkan ponselnya yang menayangkan foto Wahyu.
Menurut Tesla, Wahyu itu lumayan manis. Tapi gak memenuhi kriteria Tesla yang 'Berkulit Putih'. Tesla maunya cowok yang berkulit putih, bukan hitam. Walaupun Wahyu gak hitam-hitam amat sih.
"Sombong banget sih lo, njing." Alva menoyor kepala Tesla membuat Tesla mendelik kesal ke arahnya.
Alva suka sekali menganiaya Tesla. Seperti mencubit, memukul, bahkan mendorong. Alva melakukan itu karena Tesla tidak bisa marah. Tesla tidak pernah marah sedikitpun. Walaupun Tesla marah, Alva akan melakukan ekspresi konyol di depan Tesla sehingga sahabatnya itu kembali tertawa.
Tesla juga sering menganiaya Alva. Dia akan menyalurkan rasa gemasnya dengan mencubit lengan Alva sampai Alva meringis kesakitan. Namun Alva juga tidak marah, dia hanya mengaduh dan mengumpat pada Tesla.
"Emangnya pacar lo gak ada temen yang lebih ganteng apa?" tanya Tesla asal. Tesla kadang iri melihat Alva yang ber-chat ria dengan pacarnya. Telsa juga ingin begitu.
"Gue gak banyak tau tentang temennya Radit--"
"Ooo, jadi pacar lo namanya Radit?" potong Tesla dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Gue bakal promosiin lo ke temen-temennya Radit." ucapan Alva tersebut membuat Tesla memukul kepala Alva dengan buku Biologi yang tebal.
"Anji--"
Belum sempat Alva mengumpat, Tesla telah memotongnya. "Kampret lo! Temen biadab! Lo kira gue barang pake promosi-promosi segala?!" teriaknya yang membuat Alva nyengir.
"Udah baik gue nolongin buat nyariin doi," Alva menggerutu dan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas karena bel pertanda pulang telah berbunyi.
"Gue duluan," Tesla melambaikan tangannya dan berjalan ke arah parkiran motor. Tesla sudah diperbolehkan oleh Papa nya membawa motor karena Tesla yang bermohon-mohon dengan alasan bahwa jarak sekolah ke rumah jauh dan tak mau merepotkan Pak Ajo. Akhirnya Papa nya memperbolehkan Tesla membawa motornya karena jalan raya ke simpang perumahan Tesla tidaklah terlalu jauh.
"Lo pulang sama siapa?"
Tesla menolehkan kepalanya ke sumber suara yang sangat ia kenali. Kelvin.
"Motor." singkat Tesla. Entah kenapa ia tidak mood berbicara dengan Kelvin setelah mengetahui lelaki itu punya pacar. Tesla tau dari postingan instagram Kelvin. Lelaki itu menandai seorang cewek. Karena Tesla kepo, lalu ia meng-klik nama itu dan melihat ada nama Kelvin di bio nya. Tentu saja itu membuat Tesla sakit hati, ditambah ceweknya Kelvin itu cantik.
"Hah?"
Tesla menghembuskan nafas jengah ketika ia merasa Kelvin terlalu ingin tau hari ini tentangnya.
"Gue bawa motor." Tesla menghentikan kakinya ketika motornya masih belum keluar karena masih terhalang oleh motor lainnya yang berada di sana. Padahal bel sudah berbunyi lima belas menit lalu. Tesla juga heran, ketika sekolah lama pulang para siswa nya ingin cepat pulang. Ketika sekolah nya cepat pulang, siswanya yang lama pulang.
"Lo ud--"
"Bisa gak sih, lo jangan nyinyir." Tesla menatap Kelvin dengan tampang bosan. Ia sungguh ingin melupakan Kelvin. Tidak ada harapan lagi untuknya ketika Kelvin sudah punya pacar. Lagi pula, Alva akan mencarikan pacar untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TESLA [On Going]
Teen FictionKata orang sih gue cantik, sampai-sampai gue bosen ngedengernya. Sebagian orang gue juga dikatai cuek. Bagi sebagian cowok-cowok yang gak gue respon. Tapi bagi gue sendiri gue itu gak cantik! Buktinya aja gue masih ngejomblo semenjak gue putus sama...