6▪Approval?

15 2 0
                                    

Kini hikma dan albar sedang berada di taman belakang sekolah.

"Kak" albar hanya menjawab dengan deheman pelan dengan mata masih menatap ke depan.

"Kak"

"Apa!"hikma menatap sekilas wajah laki laki yang baru beberapa hari terakhir ini selalu membuatnya tersenyum

"Nggak cuman ngetes"albar menatap hikma bingung yang ditatap pun hanya memasang wajah bingung.

"Kenapa?"albar hanya menggeleng lalu kembali menatap kedepan.

"Kak"

"Sekali lagi aku cium ya!!"hikma reflek menutup bibirnya dengan tangannya sendiri dan tingkahnya tersebut mampu membuat albar tersenyum manis

"Lucu banget sih" ucap albar sambil mencubit pipi hikma yang tembem

"Ihh kak albar mahhh sakit tau"hikma hanya mampu mengelus pipinya yang memerah akibat cubitan albar

"Balik?"

"Hah?"

"Udah jam 4 gak mau balik?"

"Hah eh yaudah yuk"
.
.
.
.
.
Hikma pulang diantar oleh albar walaupun harus beradu mulut terlebih dahulu dengan hikma yang tidak ingin diantar oleh albar namun karena keegoisan seorang albar akhirnya hikma menurut saja

Mereka kini tiba di depan rumah hikma

"Makasih" ucap hikma sambil berusaha melepas helm dari kepalanya namun tak bisa!

"Sini!! Masa buka kek gini aja gak bisa sih" sambil membantu hikma melepas helmnya

Mereka saling memandang satu sama lain hingga salah satu dari mereka memutuskan kontak mata mereka siapalagi jika bukan hikma.

"Cantik!"

"Dari dulu kali baru sadar?" Albar hanya terkekeh mendengar jawaban hikma

"Makanya jangan ngilang ngilang mulu kerjaannya" ucapan hikma mampu membuat albar terdiam

"Ehh maaf kak aku gak maksud" hikma merutuki dirinya sendiri karena telah berkata seperti itu

"Emang kenyataan kan?" Albar tersenyum kecut
Hikma yang melihatnya entah setan apa yang menghinggapinya dia dengan berani mencium pipi albar

Albar mematung sesaat merasakan pipinya disentuh oleh benda kenyal milik seseorang yang sangat di cintainya.

"Ima!!" Hikma mematung mendengar suara seseorang memanggilnya dari belakang.

Albar pun tak beda jauh dari hikma bahkan sekarang tangannya sudah berkeringat dingin.

Perlahan hikma membalikkan badan mencoba melihat seseorang tersebut.

Sebuah mata yang nampak sayu namun memiliki tatapan yang tajam sambil menatap seseorang dihadapannya dan yang di tatap pun hanya menunduk takut.

di sisi lain seorang pemuda yang berada di belakang gadis yang menunduk tadi sedang memasang wajah antara kaget dan takut, hikma dan albar lah orang tersebut.

Hikma pov

"B-bunda" pelan namun masih dapat terdengar di telinga bunda yang sedang menatapku tajam saat ini

"Masuk!" Dingin namun menusuk ucapan bunda mampu membuatku diam dan menurut.

Setelah masuk aku yang memang dasarnya kepoan pun tak langsung masuk kekamarnya, aku menempelkan telingaku ke pintu berusaha untuk mendengar apa yang sedang di bicarakan oleh bunda dan ka albar.

Dedaunan Teduh🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang