Kembali Bertemu#9

83 9 0
                                    

Cinta bukan paksaan! jadi kalau sudah tidak ada rasa sayang untuk apa dipertahankan?!.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai gusy, jangan bosen yah kalau kita ketemu lagi. Jadi gini lho, ini part baru dari cerita ini. Jadi kalian yang baca jangan lupa vote, comen dan shere ke sosial media yang kalian punya. Thanks

#9

Setelah puas bertamasya keliling-keliling kandang sapi bersama pria menyebalkan itu, akhirnya aku dan Lania kembali ke rumah, yah karena aku gak betah lama lama di kandang itu pastinya.

Setelah sampai dirumah, aku di kejutkan oleh wanita berparas cantik yang menggunakan kerudung unggu muda dan baju pink muda, serta bulu mata yang lentik dan bibir yang tipis. Dia tampak cantik dengan pakaian itu. Mariam, dialah Mariam gadis yang selalu membuatku iri padanya, huuff! Tubuhnya tidak terlalu tinggi_sama sepertiku, bedanya dia jauh lebih cantik dari pada aku.
Di sampingnya ada Shofya, Indy dan Wulan. Merekalah sahabat sahabatku disini, hanya dengan merekalah aku berteman di Riau.

Sekilas info
WULAN TARI. Dia wanita yang baik, dia juga sopan, dia cantik, tapi sayangnya, Wulan itu cepat sekali lupa. Ingatannya lemah, hingga setiap orang yang berkomunikasi dengannya dituntut untuk sabar, tapi untung saja ingatannya pada Al-qur'an itu kuat. Dia adalah Hafidz Quran. Hebat sih! Untuk soal agama_ingatannya kuat, tapi entah kenapa jika berbicara soal hal hal yg berpaling dari agama ingatannya sangat sangat lemah!
Yah sudahlah untuk apa aku memikirkannya! Tidak berguna!.

SHOFYA HANA. Dia .... Cantik, kulitnya putih bening, tinggi dan ramah. Shofya anak pertama dari orangtuanya, adiknya hanya 1, namanya BALQIS HANA. Balqis, dia sering menghabiskan waktunya untuk bermain dengan Bunga, adiknya Alif kalian masih ingatkan?.

INDY PRATIWI. wanita yang manis, kulitnya coklat, dan dia suka warna biru muda. Dia wanita yang sedikit emosional, dialah orang yang sulit untuk menghadapi Wulan, entah apa penyebabnya sampai sampai kesabarannya pada Wulan kadang kadang menurun.

Ok kita lanjutkan
Begitu aku sampai Mariam langsung menyapaku, "Assalamualaikum, Anjani". Aku hanya termenung mengetahui dia tidak melupakanku, tapi entahlah mungkin Wulan akan melupakanku. "hey, kamu tidak ingin jawab salamku?" tegurnya lagi. Jujur saja untuk menjawab salam saja aku tidak tahu bagaimana caranya, sunggu aku benar benar buta pada agama. "maksudmu, Mariam?" tanya balikku. "jangan bilang kalau kau tidak tahu bagaimana cara menjawab salam, Anjani!" sela Indy. "aku memang tidak tahu caranya" jawabku gemetar.
"baiklah, ikuti aku yah" sela Mariam sebelum sahabat- sahabatku mengucapkan kata. Mungkin Mariam tidak ingin jika ada yang menetertawakanku_makanya dia menyala duluan. Aku hanya mengangkukan kepala. "Waalaikumsalam" ejaannya. Lalu, ku tirukan kata katanya barusan, untung saja aku benar.

"Anjani, apakabar?" tanya Maraim seraya memeluku. "Aku baik baik saja" jawabku

"Anjain, kau ingat denganku?" tanya Shofya padaku. "kau Shofyakan?" tebakku. "Alhamdulillah, untung saja kau masih ingat denganku" ujarnya. Tentu saja aku ingat, Shofya itu orang yang memiliki boneka barbie_yang dulu tangan boneka itu aku patahkan:v lalu dia menangis, tapi bukan karena tangan bonekanya patah, tapi karena bonekanya hilang. Jujur saja dia belum tahu tentang tangan bonekanya dan hilangnya boneka miliknya, sebelum dia mengetahuinya sudahku buang bonekanya ke dalam selokan(saluran pembuangan air) karena aku takut kalau dia akan mengadukannya pada ibu dan ayahku, jadi yah aku buang saja bonekanya.

"Indy, kau tidak mengingatku?" tanyaku pada Indy yang dari awal aku datang hanya sibuk dengan permen karet dimulutnya. "tentu saja tidak, aku tidak akan melukapan sahabat pembalapku ini!" sontak aku terkejut mendengarnya, dari mana dia tahu kalau aku seorang pembalap. "maksudmu?" tanyaku. Indy tersenyum dengan senyuman miring khasnya, sambil menatap kami yang ada di teras rumah nenek dan kakekku. "sudahlah Anjani, jangan sembunyikan apapun dari kami, kami tahu semuanya tentang kau. Jangan sungkan sungkan jika ingin menyeritakan sesuatu pada kami". Aku curiga akan apa yang Indy katakan, ku rasa ada seseorang yang memberitahu mereka tentang aku. Di benak ku muncul satu nama, yaitu 'Ka Rayen'. Yah pasti ka Ray yang mengatakannya. Dia tahu tentang aku karena dialah tempatku mengadu selain keadik dan ibuku. Karena jujur saja selain ke ibu dan Lanian, ka Ray lah orang ketia yang tahu semua tentangku.

"hey, kau tidak ingin menyapa Anjani" tegur Indy pada Wulan. "ini baru aku ingin menyapanya" jawabnya. Kini dia melangkah maju mendekatiku, "Anjani, aku ingat denganmu yah, dan kau" kini jari telunjuknya mengarah ke adikku, Lania. "kau Lania, yang dulu selalu ibumu gendong" Lania tersenyum dibuatnya. Untung saja si_pelupa itu masih ingat denganku dan Lania.

"ya Allah aku pula, Lania mungkin kau lupa padaku, aku Mariam" sapanya. "ini Shofya, dan ini Indy" lanjutnya lagi.

"iya ka. nenek sudah menceritakan tentang sahabat- sahabat kakaku disini! Sahabat kakaku berarti sahabatku jugakan?" celotehannya mulai dia buat.

Melepas ridu, kami duduk disaung yang ada diteras rumah ini, sambil berbincang dan tertawa kami duduk didalamnya yang dilengkapi dengan secangkir sirup dingin dan beberapa kue yang Ina sajikan untuk kami.
.
.
31 Oktober 2018
By: Aisyah Nur'Andhini
Ig : @aisyahnnurr

Hayy gusy, gimana part yang ini, seru gak? Kali ini Anjani kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Yaudah deh gitu aja, sampi ketemu di part selanjutnya... Bye bye, jangan lupa sholat yah gusy.......

Niqob UntukMu [.A.N.J.I.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang