Hujan malam ini begitu deras, tapi untungnya tidak sampai muncul suara mengerikan yang cukup memekakkan telinga. Alan baru saja keluar dari rumah Rain, atau lebih tepatnya diusir oleh seseorang yang baru saja ia temui.
"Nggak usah ngarep deh lo! Cepetan pulang sana, atau lo mau gue cekik?" bentak Rain yang justru membuat Alan semakin menyukainya. Alan tersenyum tipis sembari melihat Rain dari ujung atas hingga bawah, lalu kembali menatap fokus retina Rain.
"Galak amat sih bidadari satu ini," ucap Alan. Ia bermaksud menggombal, ingin melihat lagi sikap Rain yang salah tingkah, namun gagal. Justru ia mendapatkan ancaman setelah menyadari sikap Rain yang hampir mengamuk.
"Iya, iya, aku pulang. Makasih ya, Kak, buku-bukunya. Salam juga ke bunda, maaf, karena nggak sempat nyobain camilannya," pamit Alan yang langsung berbalik badan dan berlari ke arah mobilnya tanpa menunggu jawaban dari Rain.
Alan berlari-lari kecil menerobos lebatnya hujan. Menekan kunci remote mobilnya dan bergegas untuk masuk. Selang beberapa detik setelah ia menutup kembali pintunya, handphone Alan berdering.
"Halo..."
"..."
"Iya, baru aja gue mau pulang."
"..."
"Udah ."
"..."
"Kasih gue waktu lah. Gue yakin kok bisa meluluhkan hatinya."
"..."
"Nggak bakal. Kan gue udah janji, dan gue bakal nepati itu. Jadi lo santai aja, percaya sama gue."
"..."
"Oke." Alan mengakhiri sambungan teleponnya. Lalu ia menyalakan mobilnya dan bergegas untuk pulang, mengingat hari sudah semakin malam dan besok adalah hari pertama tahun ajaran baru. Alan tidak ingin sampai terlambat dan membuat malu dirinya sendiri di hadapan seorang Rain.
Ada yang perlu diketahui, Alan merupakan siswa aktif di sekolahnya. Selain menjadi kapten basket dan salah satu pemain andalan di ektrakurikuler sepak bola sekolahannya, ia juga merupakan seorang anggota paskibraka, otomatis kedisiplinannya sudah nggak diragukan lagi. Jadi terlambat masuk sekolah adalah salah satu pantangan dari seorang Alan.
***
Seperti pada umumnya, awal tahun ajaran baru masih belum ada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) penuh. Hari ini hanya ada sedikit cuap-cuap dari wali kelas baru, lainnya hanya kegiatan bebas sembari menunggu jadwal pelajaran dibagikan.
Alan yang tadinya sibuk berlari dan menggiring bola di halaman sekolah, mendadak berhenti ketika melihat seseorang baru saja keluar dari kelas menuju perpustakaan. Tim lawan yang menyadari ada kesempatan untuk merebut bola, akhirnya segera mengambil alih bola itu. Berlari tanpa adanya halangan, meski teman setim Alan sudah berusaha untuk mengejarnya, dan terjadilah gol.
"Pletak !!!"
"Aduh," erang Alan ketika sadar ada seseorang yang telah menjitaknya.
"Kira-kira dong lo! Gimana kalau gue sampai gegar otak?" seru Alan pada salah satu sahabatnya.
"Cih, nggak usah lebay deh lo!" decih Malvin, sahabat Alan.
"Suka-suka gue lah. Ada apaan sih?"
"Tuh, gol. Lo nggak sadar? Udah tertinggal 1-0 nih."
"Ah, elah. Baru juga main-main doang, belum turnamen yang sesungguhnya kan?" desis Alan sembari pergi meninggalkan halaman dan tak mendengarkan lagi celotehan sahabatnya. Ia sudah tak mempedulikan lagi permainan futsal yang baru saja ia ikuti.
YOU ARE READING
Rainbow
Teen FictionHujan nggak selamanya buruk, karena hujan masih identik dengan kata romantis. Di setiap rinainya yang jatuh, pasti akan selalu ada cerita yang menemaninya. Berharap suatu saat, mendung yang dianggap keburukan dan mentari yang dianggap kebaikan dapa...