5

83 3 0
                                    


Sore ini langit terlihat cukup cerah, tidak hujan seperti biasanya. Aren yang baru keluar dari toilet dan hendak menghampiri Rain, tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia melirik sekilas apa yang dilihat Rain sampai membuatnya mematung. Jauh di parkiran sana, ada Alan yang ternyata juga sedang menatap dan tersenyum kepada Rain sebelum akhirnya ia masuk ke mobil.

Jika diingat kembali, akhir-akhir ini Alan memang sudah jarang sekali mengganggu Rain, dan ini yang membuat Aren berpikiran bahwa sahabatnya mulai kehilangan sosok adik kelas yang menjadi idola kaum hawa di sekolah ini.

"Alan ya?" tebak Aren ketika melihat Rain terlihat begitu lesu sepeninggal Alan.

"Aren sayang, gue nggak apa kok. Jadi nggak usah khawatir dan nggak usah sok tau ya!" jawab Rain sembari menangkupkan tangannya di kedua pipi Aren.

Sejujurnya sejak pertemuan tak sengaja Arendengan Alan di apotek tempo hari, Aren sudah tahu apa yang menyebabkan Alanakhir-akhir ini berubah dan jarang menggangu Rain lagi, tapi ia masih berusaha untuk menutupinya dari Rain. Aren pun juga sempat dibuatnya bimbang, dia harus berpihak kepada siapa. Jika keadaannya Rain mulai merindukan Alan, maka ia tidak tega menyuruhnya untuk menghilangkan perasaan yang mulai tumbuh itu. Aren takut jika Rain akan sakit dan mengulang kembali kejadian beberapa tahun silam.

"Eh, Rain. Andai aja lo beneran mulai suka sama Alan, gue saranin lo lupakan dan hilangkan perasaan itu ya," pinta Aren.

"Kenapa?"

"Ya pokoknya jangan sampai lo suka sama Alan!"

"Lo aneh deh. Apa lo suka sama dia dan takut bersaing sama sahabat lo?"

"Enak aja! Meskipun Alan tipe gue, tapi gue ogah pacaran sama cowok yang lebih muda dari pada gue."

"Yaudah, terus masalahnya apa?"

"Yang jelas, gue udah peringatkan ke lo ya, Rain!"

"Iya-iya, lagian gue biasa aja kok sama Alan."

"Bagus deh."

***

Antrian panjang di bagian apotek rumah sakit membuat Alan harus sabar menunggu sembari duduk dan memainkan ponselnya untuk menghilangkan kejenuhan. Saat nama seseorang yang ditunggunya terpanggil, Alan gelagapan menuju tempat asal suara, hingga tak sengaja menabrak seseorang yang tidak asing baginya, bahkan cukup dikenalnya.

"Alan? Ngapain lo di sisni? Lo sakit?" tanya seorang wanita yang hampir seumurannya.

"Iya. Bentar ya, gue ambil obat dulu."

Seseorang itu masih belum beranjak dari tempatnya. Dia menunggu petugas apotek selesai menjelaskan kepatuhan penggunaan obat yang akan dibawa Alan.

"Lo juga sakit?" tanya balik Alan.

"Bukan gue, tapi nyokap. Sakit apa lo? kayaknya sehat-sehat aja."

Baru saja Alan akan menjawab, seorang wanita yang lain menghampiri mereka berdua.

"Udah selesai, Lan?" tanyanya.

"Lo sama Via?" tanya seorang wanita sebelumnya. Alan tak menjawab.

"Vi, lo ke mobil duluan ya. Ini obatnya. Gue masih ada perlu sama kak Aren." perintah Alan kepada Via.

RainbowWhere stories live. Discover now