Leo baru saja sampai di bandara dan hendak melewati pemeriksaan sesaat ketika ia ingat memiliki janji dengan Rain. Leo berbalik arah, mencari sudut yang cukup jauh dari keramian untuk menelepon Rain bahwa ia ingin minta maaf tidak bisa memenuhi janjinya hari ini. Beberapa kali Leo mencoba untuk menelepon Rain, namun tak ada satu pun yang tersambung.
Langit sore ini terlihat kelabu. Awan-awan hitam terus menutupi langit biru, membuat suasana seketika terlihat begitu mencengkam. Leo khawatir hujan akan turun sangat lebat disertai dengan petir. Jika hal ini terjadi, maka merupakan suatu pertanda buruk untuk Rain yang jauh dari pengawasan.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan."
Sudah yang kesekian kalinya Leo mencoba menghubungi Rain, namun nomor Rain tetap tidak aktif. Ia bingung harus bagaimana, pikirannya sudah buntu karena kalah dengan rasa khawatirnya. Ia melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Beberapa menit lagi keberangkatan pesawat yang akan ditumpanginya segera lepas landas.
"Alan," gumam Leo pelan.
Sudah sepuluh kali Leo menghubungi Alan, namun tak ada satu pun yang terjawab.
"Kemana lagi nih anak? Apa udah pulang ya? Atau lagi di jalan? Gue WhastApp aja deh, semoga segera dibaca Alan."
***
"Shit," umpat Alan dalam hati selepas ia membaca pesan WhastApp dari Leo.
Alan melihat ke atas, langit sangat gelap, kilat terus-terusan muncul, hujan semakin lama kian deras. Perasaannya mulai tak karuan. Ia kembali lagi membuka pintu mobil dan melaju dengan pesat menuju sekolah.
***
Rain mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Mencoba beradaptasi dengan cahaya yang berada di sekitarnya. Aroma minyak angin pun masih terasa di hidung dan keningnya.
"Rain, kamu nggak apa, Nak?" tanya Mira, bundanya Rain dan Leo
Rain memegang dan menggoyangkan sedikit kepalanya. Mencoba mengingat kembali kejadian sebelumnya hingga ia sampai di kamarnya.
"Bun, Rain kenapa?"
"Ini diminum dulu," titah Mira menyodorkan segelas air putih ke Rain.
"Kamu habis pingsan tadi di sekolah. Untung ada Alan yang bawa kamu pulang," jelas Mira.
"Alan?" tanya ulang Rain memastikan, Mira menggangguk.
Rain melihat ke sekeliling kamarnya. "Emang kak Leo kemana? Terus sekarang Alan dimana?"
"Kakak kamu ada panggilan dadakan dari komandannya dan harus segera berangkat ke luar kota. Kalau Alan...." Mira belum selesai menjawab, namun ada seseorang yang nyelonong masuk dan menghampiri Rain.
"Kak Rain..."
Mira yang menyadari kekhawatiran Alan terhadap Rain membuatnya beranjak dari duduknya dan memberi kesempatan mereka berdua untuk mengobrol.
"Ini Alan. Ya sudah, Bunda tinggal dulu ke dapur ya," pamit Mira.
Setelah Mira tak terlihat, Alan memberanikan diri untuk mendekati Rain. Duduk di tepi tempat tidur Rain.
"Kakak gak apa? Atau ada yang sakit?" tanya Alan khawatir.
"Lo kemana aja hari ini?" tanya Rain to the point. Alan yang mendengarnya pun terkejut. Tak menyangka seorang Rain menanyakan hal itu secara terang-terangan.
Alan tersenyum, "Kakak nyariin aku? Kangen ya?" goda Alan.
"Lo nggak usah ke GR-an deh! Gue cuma risih aja sama fans-fans Lo yang sepanjang hari ini gosipin Lo doang."

YOU ARE READING
Rainbow
Novela JuvenilHujan nggak selamanya buruk, karena hujan masih identik dengan kata romantis. Di setiap rinainya yang jatuh, pasti akan selalu ada cerita yang menemaninya. Berharap suatu saat, mendung yang dianggap keburukan dan mentari yang dianggap kebaikan dapa...