PROLOG

68 3 1
                                    


Andai saja waktu itu dia lebih waspada, andai saja waktu itu dia tau dan bisa segera menghindar, andai saja siswa baru itu nggak terlambat, dan andai saja teman-teman sesama panitia MOS-nya nggak iseng, hal itu nggak akan pernah terjadi di dalam kehidupannya.

Dia amat sangat membenci kejadian satu tahun silam yang membuatnya malu dan merasa sudah dilecehkan. Lebih parahnya, sang tersangka seperti nggak memiliki rasa berdosa sedikit pun karena sudah melakukannya. Satu lagi, dia juga sudah muak berurusan dengan seseorang yang sampai detik ini pun masih tetap keukeuh mendekatinya untuk mendapatkan maaf dari diri seorang Rain.

***

Rain yang masih asyik menandatangani buku-buku para junior ketika MOS berlangsung, tiba-tiba terhenti saat ia merasakan sesuatu yang aneh di pipi sebelah kirinya. Sebuah sentuhan kilat yang telah berhasil membuat tubuhnya kaku seketika. Semua yang menyaksikan kejadian ajaib itu pun ikut syok dibuatnya. Mereka hanya terperangah beberapa detik sebelum akhirya Rain angkat suara.

"Lo !!!" kata Rain geram.

Ya, seseorang telah berani dan nekat menciumnya. Siswa baru kelas 10 yang kini masih berdiri santai di dekat Rain dengan wajah yang cengengesan, seakan bangga telah melakukannya. Wajah Rain yang tadinya terlihat ramah pun kini berubah menjadi garang setelah melihat wujud pelaku tanpa rasa berdosa itu.

"Maksud lo apa tiba-tiba nyium gue?" bentak Rain. Wajahnya semakin memerah karena amarah, tubuhnya panas-dingin, rahangnya mengeras, tangannya pun sudah mengepal, seakan siap untuk menonjok wajah juniornya yang kurang ajar itu. Bukannya menunjukkan rasa bersalah, tapi justru mengacungkan dua jarinya berbentuk huruf V. Rain makin geram. Dilihatanya identitas yang menggantung di depan dada juniornya itu - Alan Ferdiansyah.

"Sorry, Kak, aku cuma disuruh sama mereka doang," katanya meringis, menunjuk ke arah yang dia maksud. Rain mengikuti arah tangannya. Di sana terdapat beberapa teman seangkatannya yang tersenyum menang dan juga ikutan mengacungkan jari berbentuk V, bermaksud untuk berdamai. Rain melihat situasi di sekitarnya. Dia baru sadar bahwa kejadian barusan telah menjadi tontonan orang-orang di sekitarnya. Daripada berlama-lama di tempat dan menahan malu, akhirnya Rain pergi dari situ tanpa sepatah kata pun lagi.

"Kak Rain, sorry...," ucap Alan mencoba mengejar Rain.

"Puas lo bikin gue malu?"

"Aku minta maaf, Kak," ucapnya lagi, tapi tak Rain gubris, ia tetap melangkahkan kakinya menjauhi Alan.

"Kak..."

"STOP!" ucapnya menghentikan langkah dan berbalik ke arah Alan.

"Nggak usah kejar-kejar gue lagi! Nggak usah ngajak ngomong gue lagi! Dan nggak usah munculin muka lo di hadapan gue lagi! Karena mulai detik ini gue benci sama lo!" ucap Rain kesal yang langsung berbalik badan dan pergi meninggalkan Alan yang masih memanggilnya.


***

RainbowWhere stories live. Discover now