Will mengerem dengan cepat nya. Ia khawatir dan langsung turun begitu saja, melihat keadaan si penjual bakso.
"Pak maaf ya!! Gak papa kan?! Atau ada yang luka?" ujar Will dengan cemas nya.
"Alhamduillah gak papa. Cuma kaget aja" balas bapak itu dengan mengelus-elus dada nya.
"Hmm....pak saya beli baksonya deh, kayak nya masih utuh aja nih" tawar Will dengan membantu si penjual bakso menepikan gerobaknya.
Aku masih memperhatikannya dari dalam mobil, hingga akhirnya aku turun menghampiri mereka.
"Maaf ya pak, jadi ngerasa bersalah nih."
"Iya! Ga papa kok" balas si penjual baksonya dengan terseyum sedikit padaku.
Kemudian aku menghampiri Will yang tengah duduk di bangku panjang ditepi jalan.
"Ini semua gara-gara lo!! Untung gak jadi nabrak" bisik ku dengan sinis kepada Will.
"Dih, gue yang di salahin." tuturnya dengan menaikkan salah satu alis nya.
"Iyalah. Lu yang salah, bawa anak orang nyetir gak hati-hati." tambah Carrie membuat Will naik darah.
"Dasar boraks..." decak Carrie pelan.
"Aih parah pak, masa bakso bapak di katain pake boraks, is..is..is" ujar Will tiba-tiba.
"Apaan sih, kapan gua bilang..." bantah ku memasang muka marah.
"Ya Allah neng mana ada, bakso saya gak pake yang begituan" sahut pak penjual bakso dengan memberikan pesanan bakso padaku dan Will.
Aku menatap semangkok bakso yang ku pegang.
"Iya, saya percaya pak" jawabku sedikit melirik Will yang tengah mentertawaiku.
"Ish dasar formalin...racun...sianida" aku berteriak pada Will yang masih saja asyik mentertawaiku.
"Astaghfirullah, apa lagi pake yang begituan neng, pakoknya bakso say............"
"Saya gak ngatain bakso bapak pake boraks, formalin, atau yang lainnya. Saya gak ngomong sama bapak, saya lagi ngomong sama nih orang" potongku dengan kesal.
Aku pun meletakkan bakso nya ke bangku itu dan mulai berjalan meninggalkan Will.
"Mau kemana oy, sabun colek..." teriak Will yang melihatku berjalan lurus saja mengikuti jalan.
Aku menengok dengan menunjukkan jari tengahku padanya. Tak berusaha berhenti aku terus saja berjalan hingga cukup jauh dari tempat si tukang bakso itu.
Aku menengok kanan kiri depan belakang sangat sepi sekali. Sebenarnya aku dimana kenapa Will tidak mengejarku. Aku terus khawatir sesekali menengok ke belakang menunggu kehadiran Will.
Aku membuka hpku dan menuju kontak. Ku putuskan untuk menelphon Will saja.
Trut.....trut....
Will tak mengangkat telphon nya. Aku makin cemas saja setelah chat yang ku kirim belum juga di read."Ish sebel....gimana nih, gua pulang lewat mana. Bentar lagi malem aduh.." aku berdecak kesal.
Trut....Trut....
Hp ku bergetar, terlihat nama Will tertera di layar. Ku putuskan untuk mengangkat telphon darinya."Will, lu dimana? Maaf ya tadi gue asal ngatain elu. Lu masih ditempat tadi kah? Kalo iya gua mau balik deh kesitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar dalam Mimpi
Teen FictionKisah mereka berawal dari permainan kejujuran atau tantangan, yang lebih dikenal dengan istilah T..O...D... Karena permainan ini seorang gadis introvert dan cowok dingin dipertemukan pada malam tahun baru. Panggilan apa yang cocok untuk seorang cowo...