Berharap Dialah Orangnya

137 43 23
                                    

Semoga menghibur ya😊
🌼🌛🌹🌜🌼🌜🌹🌛🌼🌜🌹🌛🌼🌜

Piket kelas yang seharusnya di kerjakan secara kelompok, Kini aku sendiri yang mengerjakannya, mulai dari menyapu, mengepel lantai dan membersihkan papan tulis. Tumben sekali rajin begini, biasanya setiap piket aku yang paling males. Sudah jam 06:55, tapi kelas sepi sekali.

"Kalau kelas gak ada orang, terlihat sangat mengerikan ih..." ujarku sambil menelan ludah.

Saat aku membersihkan selokan meja ku... tebaklah apa yang ku dapat? Aku mendapat sebuah surat dan cokelat. lalu ku baca suratnya, oh ya Tuhan kata-katanya sangat menjengkelkan.

"Bawa aku dalam mimpimu" ucapku. Lagi-lagi aku mendapatkan surat yang sama dan tidak ada nama pengirimnya. Itu sangat merisihkan dan menakutkan, kenapa harus aku yang mendapat peneroran seperti ini.

"Apaan sih! Gak jelas banget," ujarku mulai kesal.

Suara gemuruh tawa mulai terdengar, aku menduga bahwa itu teman-teman yang mulai berdatangan ke kelas. Karena refleks, akupun meletakkan surat dan cokelatnya kembali keselokan. Saat melihat Reyna dan Catherine, aku langsung bercerita tentang surat dan cokelat yang ku dapati tadi.

"Gue punya jalan keluarnya," ucap Catherine.

"apa jalan keluarnya?" tanya Reyna sambil memajukan tubuhnya mendekati Catherine.

"Pulang sekolah kita lihat CCTV kelas kita, dari situ kita bisa tau siapa yang ngirim surat, dan cokelatnya" tutur Catherine dengan berbisik-bisik tidak biasanya dia bijak, biasanya plin-plan.

"Gue gak kalah bijak, dari Reyna kan?"lanjutnya sambil mengedipkan sebelah mata.

"Tumben" balasku dan Reyna kompak.

🌼🌹🌼🌹🌼

Di kelas aku merasa sangat tidak enak. Aku merasa seperti ada yang sedang memperhatikanku dengan tatapan tajam, ada sorot mata yang mengikuti setiap gerak-gerikku. Aku jadi takut tubuhku pun menjadi panas dingin merinding.

"Carrie loe kenapa? Kok keringetan gitu. Loe nabe (nahan berak)?" tanya Ana.

"Bukan tapi gue lagi nabok (nahan boker)!" balasku.

"Serius loe, Carr?" pekiknya pelan.

"Ya enggak lah, apaan sih lo!" tuturku pelan melototinya.

"Ishh... gue kok jadi merinding ya, ada yang lagi ngeliatin gue gak sih?" tanyaku sambil berbisik pada Ana.

"Yang ngeliatin loe... si Will deh, kayaknya" jawab Ana setelah melihat ke arah belakang.

"Mana sih orangnya?"

"Yang duduk sama Ben tuh, dipojok deket jendela," jawabnya pelan.

Saat aku menoleh ke belakang, dan melihat ke arah yang sudah di tunjukkan Ana.

OMG... betapa terenyuhnya aku, melihat Will yang sedang duduk, bersandar di kursi dengan kedua tangan yang melipat, sambil memandangi hujan dari balik jendela, di tempat duduknya.

"Apakah ini yang namanya, jatuh cinta pada pandangan yang pertama? Duh gue jatuh cinta..." ujarku dalam hati.

"Istighfar, Carr! Woy... istighfar woy... mantep! Sampe gak kedip," ucap Ana membuyarkan lamunanku.

Pacar dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang