Belum Berakhir

59 15 6
                                    

Sudah direvisi

~*~


06:00, aku terbangun oleh dentingan perabotan yang dengan sengaja dilemparkan.

"Yah kayaknya mama sama papa berantem nih" aku menduga-duga.

Kemudian aku bersiap untuk berangkat sekolah.

Yang benar saja ternyata dugaan ku benar, orang tuaku bertengkar lagi. Tak tahan rasanya mendengar mereka cekcok hampir setiap hari.

Ingin enyah dari keadaan seperti itu. Selesai bersiap dan keluar kamar, langkah ku dihentikan oleh sebuah pemandangan tak enak.

Aku hanya menyaksikan orang tua ku sedang bertengkar dari atas tangga.

Sembari berfikir apa yang harus ku lakukan dengan keadaan seperti ini. Akhirnya ku putuskan untuk pergi saja dari rumah laknat itu. Tak ingin menoleh dan kembali ke sana. Hanya jalan lurus ke depan, entah ke mana tujuanku, yang penting jauh dari rumah itu.

Mereka tak menyadari anak semata wayangnya ini pergi dari rumah tanpa sarapan atau berpamitan dengan mereka. Aku tak peduli, ada atau tidak nya mereka bagi ku sama, tetap sendiri.

Langkah ku terhenti di taman dekat Danau, Danau itu tempat favoritku. Di sana aku duduk santai sambil mejamkan mata dan membiarkan angin menyapu wajahku dengan lembut. Sebuah ketenangan yang segar.

"Haduh.... Gimana kelanjutannya jalan hidup gua ya allah....cobaan apa ini"aku mendengus pelan.

Aku mulai beranjak untuk pergi ke sekolah. Dengan berjalan pelan, tak bergairah masuk sekolah. Hatiku tak tenang.

Tepat di depan gerbang sekolah, siswa-siswi berlarian masuk karena gerbang akan ditutup. Aku hanya diam mematung menatap mereka.

Hingga saat nya gerbang ditutup aku masih berdiri di tempat yang sama. Aku berfikir akan lebih baik jika pergi saja, bolos.

Aku berbalik, tak semangat. Sebelumnya Will memperhatikan dari balik Gerbang seakan ingin berbicara. Aku menatapnya datar sebelum akhirnya berjalan menjauhi gerbang yang akan ditutup itu.

Baru berjalan beberapa langkah, ada seseorang yang menarikku. Aku terkesiap dan segera berbalik melihat orangnya.

"Kenapa gak masuk? " tanya om Jono.

Aku tak menjawabnya, aku hanya diam menatap ke bawah.

"Kalau kamu sakit saya bisa ijinkan ke guru piket" lanjut om Jono.

"Ah iya aku sakit. Aku harus pergi sekarang" ucapku seketika dan berlalu dari sana.

Sepertinya om Jono mengerti dengan keadaanku. Sekolah bukan tempat untuk menenangkan diri.

Aku kembali ke rumah dan mengunci diri di kamar. Ku hempaskan diriku ke kasur dan menatap langit-langit kamar.

Aku mulai berfikir untuk mencari tahu kebenaran tentang tuduhan perselingkuhan papa.

Aku turun mencari mama, ku temukan ia sedang sibuk dengan mesin cuci.

"Mah, tadi papa ke kantor?" tanyaku tiba-tiba pada mama. Mama diam sejenak sebelum akhirnya menjawab.

..........

"Papa lagi kerja di luar kota." balas mama dengan raut datar.

"Kenapa kamu gak sekolah?" Mama balik bertanya.

"Ijin sakit mah. Rasanya Carrie butuh ketenangan setelah lihat mama sama papa berantem" jelasku sedikit pasrah.

Pacar dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang