DUA PULUH

3.9K 465 28
                                    

Lastri manggut-manggut usai mendengar kisah masa lalu menantunya yang terdengar amat menyentuh hati. Tangannya sedari tadi terus menggenggam erat tangan menantunya itu untuk memberi dukungan serta pernyataan bahwa dia sudah tidak lagi sendiri menjalani semua cobaan yang ada.

Kini ada ia dan seluruh keluarga besarnya yang siap memberikan dukungan saat dibutuhkan. Yang menjadi tanda tanya besar dalam hati Lastri ialah ternyata seorang ibu bisa seegois itu menutup mata dan mengaibaikan kebahagian anaknya hanya demi harta yang tidak akan pernah bisa dibawa mati.

"Jadi... perempuan tua muka dempul itu yang udah nolak kamu sama cucu cantiknya mama?" tanya Lastri sekali lagi untuk memastikan.

Kinanti mengangguk dengan kepala tertunduk. "Iya, ma." jawabnya lirih.

"Kamu diam aja pas direndahkan dan dihina perempuan sok berkuasa itu?"

Sekali lagi Kinanti mengangguk. Tak ada lagi rahasia yang harus ditutupi. Di sini, ruang keluarga istana kecilnya, ia mengakui semua kesalahan yang pernah ia lakukan. Kepada siapa kesalahan tersebut juga ia sebutkan orangnya.

Di luar dugaannya yang mengira bahwa sang mertua akan marah karena ia pernah bersinggungan dengan teman masa muda mertuanya itu, Kinanti justru merasa hatinya sangat hangat karena ternyata sang mertua sudah berbaik hati mau menerima ia dengan segala masa lalu buruk yang mengikutinya.

Dulu, sang mertua memang mengetahui cerita mengenai dirinya yang ditolak, namun itu hanya permukaan dan tidak sampai ke akar-akarnya. Kini, saat semuanya terungkap, Kinanti merasa lega sekaligus senang karena mendapat dukungan dan penyemangat dari wanita paruh baya yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

                                                          "Sayang, mama nggak ada di sana waktu itu! Coba kalau mama ada, pasti udah mama bejek itu muka dempul trus mama jambak rambutnya biar botak sekalian."

"Ma... " Kinanti mendongak seketika, terpana melihat tatapan membara sang mertua yang nampak geram entah dikarenakan apa.

"Mama gedek banget sama nenek tua bangka satu itu. Pengen nyumpel mulut busuknya itu dengan sampah, supaya dia nyadar kalau omongannya itu sama kayak sampah. Sama-sama bau dan gangguin orang sekitar dengan aroma busuknya."

Bibir Kinanti hanya membuka dan mengatup dengan sendirinya tanpa ada satu patah katapun yang sanggup ia ucapkan.

"Kesalnya mama makin besar aja pas tau perempuan nggak nyadar usia itu yang udah ngehina kamu. Kapan-kapan kalau ketemu lagi, mama pasti kasih pelajaran berharga buat orang sok kaya itu! Biar dia tau kamu sekarang nggak sendiri lagi dan ada orang yang siap ngedukung kamu dalam kondisi apapun."

Tanpa disadari kelopak mata Kinanti sudah berkaca-kaca. Sungguh, ia merasa sangat terharu mendapat perhatian segitu besarnya dari wanita paruh baya baik hati yang duduk sambil menggenggam erat kedua tangannya ini.

Tidak ada hal yang paling Kinanti syukuri dalam hidupnya selain kelahiran sang buah hati dan ditambah banyaknya cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekilingnya. Penerimaan yang tulus ini mungkin hanya bisa ia balas dengan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, serta tidak akan mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

"Mama udah lama kenal sama nyonya Biantara?" tiba-tiba pertanyaan tersebut tercetus begitu saja dari bibir Kinanti, mengingat seakan sang mertua mengenali nyonya kaya itu dengan baik.

Lastri menyambut pertanyaan menantunya dengan dengusan kesal. "Sayangnya kami memang sudah sangat lama kenal. Nggak akrab tapi bisa dibilang dari SMP sudah musuhan, entah apa sebabnya."

                                                          "Kok bisa gitu?"

Lastri mengedikan bahunya tak mengerti. "Entahlah gimana mulanya kami bisa musuhan. Cuma tiba-tiba aja itu perempuan tua bangka nyamperin mama di kelas, waktu kami udah kelas 3 SMP, cuma beda kelas. Trus dia marah-marah sambil nunjuk-nunjuk muka mama dan bilang kalau mama udah ngerebut cowok yang dia incar. Gila 'kan itu perempuan? Masih kecil juga udah main cinta-cintaan. Lagian, mama nggak ngerti juga cowok mana yang dia maksud."

Alva dan Cinta Pertama [TTS #5 _ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang