TUJUH BELAS

2.8K 430 46
                                    

Satu bab lagi untuk hari ini buat teman2 yang udah sabar menunggu dan mendukung setiap cerita yang saya tulis.

Segitu aja cuap-cuap dari saya. Selamat membaca dan semoga coretan saya kali nggak terlalu mengecewakan buat kalian.

🐢🐢🐢

                                                  

Apa hal yang paling bisa membuat seorang ayah bahagia? Apakah saat mendapati anaknya bisa berjalan untuk pertama kali? Mendengar anak yang berbicara? Atau mungkin berprestasi di sekolah?

Akan tetapi bagi Alva yang baru merasakan menjadi seorang ayah, melihat anaknya yang berguling-guling di atas tempat tidur dengan pekikan senang yang berasal dari bibir mungil itu nyatanya sudah mampu membuat ia merasa bangga. Apalagi di minggu pagi yang cerah ini ia bisa menghabiskan waktunya seharian untuk menemani putri kecilnya itu bermain.

Alva yang tengkurep di atas tempat tidur tak lupa merekam tingkah lucu putri cantiknya itu saat sedang tertawa dan sesekali mengemut jempol tangannya.

Gemas melihat tingkah lucu bayi berumur 5 bulan itu, Alva mengambil tangan mungilnya yang mengepal dan menggigitnya pelan hingga menimbulkan pekikan kecil dan disusul tawa riang yang terdengar sangat merdu di telinga.

"Lucunya anak ayah." gumam Alva penuh kekaguman, tak lupa memberikan kecupan sayang di pipi tembem kemerahan itu.

Di hari minggu seperti ini, Alva selalu bersyukur karena bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Untungnya lagi, entah mungkin ini satu keberuntungan, sang adik ipar yang usilnya minta ampun itu sedang pergi bersama temannya sehingga tidak akan ada orang yang menyempil, mengusik waktu dengan putri cantiknya.

Tidak akan ada lagi paman cerewet yang jika bisa ingin ia deportasi ke kutub utara biar ditawan sama beruang dan dijadikan makanan saat binatang besar berbulu putih yang sedang lapar.

                                    
Memikirkan hal sesadis itu Alva terkikik geli membayangkan wajah cemberut sang adik ipar yang suka usil jika mengetahui hal-hal buruk yang ada di kepalanya.

"Mas... makan siangnya udah siap tuh. Yuk makan dulu, nanti baru diterusin lagi main sama Aya-nya."

"Iya... bentar lagi." jawab Alva tanpa menoleh, masih asyik menatap wajah mungil nan cantik putri kecilnya.

Kinanti yang berdiri di ambang pintu kamar sudah berkacak pinggang. Kepalanya menggeleng-geleng menyaksikan sang suami yang tidak akan mempedulikan apa pun jika sudah bermain dengan bayi mungil mereka. Kesal rasanya saat mantan playboy itu bahkan lupa mengisi perut hanya demi merekam tingkah lucu si bayi cantik dan ikut tengkurep di atas tempat tidur bersama buah hati yang menyatukan mereka berdua itu.

Walau pun begitu, tak dapat Kinanti pungkiri bahwa ia merasa teramat senang karena anak yang dilahirkannya mendapat kasih sayang sebesar itu dari pria yang bahkan tidak memiliki kaitan darah setetes pun dengannya.

Perhatian dan kasih sayang tulus yang diberikan oleh mantan playboy mesum itu benar-benar membuat ia merasa sangat terharu sekaligus bahagia. Pria itu melindungi mereka dengan cara yang sangat luar biasa hebat. Memastikan bahagia itu bisa didapat dan tidak ada lagi gunjingan sumbang yang mampir ke telinga. Jika sudah mendapat pria sehebat ini, tentu saja Kinanti tidak akan pernah mau melepasnya demi masa lalu yang tak lagi berarti!

Alva dan Cinta Pertama [TTS #5 _ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang