ENAM BELAS

2.6K 442 54
                                    

Biarpun belum sampai target, saya update lagi bab ini buat teman-teman sekalian, biar nggak ada lagi yang bilang saya memperlambat cerita.

Udah, nggak usah panjang2 lagi cuap-cuap nggak pentingnya. Selamat membaca dan semoga yang baca bisa selalu terhibur.

🐢🐢🐢

                                                   

Jika banyak pasangan muda-mudi yang menghabiskan waktu bersama untuk semakin merekatkan cinta, maka pasangan paru baya yang satu ini berbeda lagi ceritanya. Mereka adalah Ritomo dan Lastri yang khusus malam minggu ini ingin menghabiskan waktu bersama anggota baru di keluarga mereka.

Untungnya di malam yang identik buat berpacaran itu, orang tua si bayi cantik itu sedang ada urusan dan Alif yang ada acara bersama teman kampusnya membuat Alva dan Kinanti tidak memiliki pilihan lain hingga menitipkan anak mereka kepada pasangan paruh baya yang sedang kesepian itu.

Sudah sedari 1 jam yang lalu Lastri terus mendumel karena tak mendapat giliran untuk menggendong cucunya yang lucu dan menggemaskan. Bayi mungil itu saat akan diambil dari gendongan sang kakek pasti selalu menolak dan semakin menempel erat kepada pria paruh baya yang jarang tersenyum itu.

"Mas Tomo ih... gantian ngapa gendongnya?" bagai anak kecil Lastri menghentakan kakinya kesal sedangkan sang suami tampak acuh berjalan di depan. "Aku 'kan pengen gendongin Aya juga, mas."

"Aya-nya yang nggak mau digendong sama kamu." datar Ritomo menjawab seraya memberikan tepukan menenangkan di punggung kecil cucunya.

Mendengar jawaban sang suami, Lastri semakin kesal saja dibuatnya. Kembali ia melangkah cepat, mensejajarkan langkah dan menoleh ke samping, memberikan tatapan memincing untuk suami datarnya itu. "Mas Tomo pakai ilmu pengasih, ya? Makanya Aya lengket terus sama mas." tuduh Lastri kekanak-kanakan.

Ritomo mendengus geli mendengar kalimat asal tuduh istrinya itu. Dipalingkannya wajah, lalu ditatapnya datar wajah yang masih cantik di usia senjanya itu. "Ngaco." balasnya singkat, lalu kembali menatap lurus ke depan.

                                               
Lastri misah-misuh, memiringkan bibirnya ke kiri dan dan kanan sebagai bentuk protes atas sikap lempeng suaminya itu. Andai tak cinta mati, ingin rasanya ia menarik rambut lebat itu hingga membuat si pemilik rambut mengaduh kesakitan.

Terkadang Lastri jadi bertanya-tanya sendiri, jangan-jangan ia sudah dipelet makanya bisa secinta ini dan tak banyak protes dengan sikap datar suaminya itu.

Sedang asyiknya merangkai banyak drama di kepala, tiba-tiba saja terdengar sepasang langkah kaki yang mendekat dan disusul suara paling memuakan yang pernah Lastri dengar seumur hidupnya.

"Wah... kita ketemu lagi ya, Las? Nggak nyangka kita bakal ketemu di tempat yang sama lagi kayak gini."

Lastri mendengus kesal. Digapainya lengan sang suami supaya tak meneruskan langkah dan membiarkan ia berdua saja dengan wanita jelmaan ular satu ini.

"Sama siapa kamu ke sininya, Las? Nggak mungkinlah sama suami, soalnya ganteng begitu. Pasti sama selingkuhan kamu, 'kan?"

Pertanyaan penuh basa basi itu ditingkahi Lastri dengan dengusan kasar. Diliriknya sang suami yang tampak biasa saja mendengar pertanyaan wanita cantik berhati iblis itu. Tak ada respon yang berlebihan, justru suaminya itu sibuk menepuki sayang punggung kecil cucu pertama mereka.

"Enak aja!" sembur Lastri tak terima. "Ini itu suami aku bukannya selingkuhan. Emangnya kamu yang jalannya sama brondong?! Pasti brondongnya hasil dari kocok arisan, 'kan?" timpal Lastri dengan mengedikan dagu ke arah pria muda yang berdiri canggung di sisi wanita paruh baya yang sombongnya minta ampun itu.

Alva dan Cinta Pertama [TTS #5 _ SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang