Rega terdiam cukup lama setelah mendengar cerita gue. mencerna seluruh bagian cerita gila gue yang bener-bener ga pernah dia duga sama sekali.
"Rega?" panggil gue.
Jujur saja, gue sendiri ga kuat cerita semuanya ke Rega. Dan gue yakin banget kalo sekarang Rega juga ga mampu nerima semua cerita gue. Seakan-akan gue bener-bener Cuma menceritakan dongeng yang ga mungkin nyata di dunia ini.
Sekarang udah jem delapan malam. Gue berniat memasak, tapi rasa-rasanya niat gue ga mungkin terlaksana. Gue terlalu capek. Cerita gue terlalu menguras tenaga dan emosi gue. Alhasil, gue bersender di sofa dan menatap Rega yang tidak mungkin sadar dari pikirannya dalam waktu dekat.
Gue ambil telepon Rega yang ada di samping gue. Gue telepon delivery order, mesen makanan buat gue dan Rega. Setelah itu gue balik natap Rega lagi. Gue bener-bener takut Rega pingsan karena sekarang muka dia pucat parah!
Gue beranjak ke dapur, ngambil segelas air dan maksa Rega minum. Beneran deh, Rega ga berkutik sama sekali!
"AUREGA!!! LU SADAR SEKARANG JUGA ATO GUE PULANG!" teriak gue ga tahan di depan muka Rega.
Gue benci Rega marah, tapi gue juga benci Rega diem!
"Reta. Gue ... gue cuma... kaget! Gue ... gue ..." kata Rega tersadar, tapi setengah doang!
Percuma aja! Ini bener sia-sia deh.
Gue ambil hp gue di kamar. Mengetik dan menelepon seseorang dengan gerakan cepat.
"TOMMMM... KE JAKARTA SEKARANG!!! REGA MAU BUNUH GUE KARENA DIA UDAH TAU SEMUANYA! NANTI GUE KIRIMIN ALAMAT TEMPATNYA!" teriak gue, tepat saat Tommy baru aja bilang 'halo'.
Sekarang apa?
Gue mandi. Nungguin makanan. Ambil makanan. Makan. Nyuapin Rega dengan marah-marah. Ambil minum. Maksa Rega minum. Lalu... duduk di sofa nonton tv bareng Rega yang nyaris ga bernyawa!
Ting tong
Bel pintu apartemen.
Gue langsung ambil hp gue, telepon Tommy yang ada di depan pintu, dan ngasih tau password pintu masuk. Gue males jalan buka pintu, apalagi gue agak serem ninggalin Rega setengah ga waras kayak gini.
"RETA!!! LU BAIK-BAIK AJA?" teriak Tommy saat masuk dan melihat ke arah gue.
"Baik, kok. Gue ga kenapa-kenapa. Duduk!" kata gue santai dan menyodorkan segelas air yang udah dari tadi gue persiapkan.
Gue tau Tommy bakal cari penerbangan paling cepet, dateng ke sini kayak orang gila, dan butuh air. Jadi udah terduga semua.
Dalam detik berikutnya ...
Bukkkk
Rega sudah bangkit dan menghajar Tommy. Cuma sepersekian detik. Gue? Mana mungkin bisa teriak. Gue juga udah tau ini bakal terjadi. Gue udah siapin baskom dan handuk. Obat-obat juga udah ada di samping gue.
Tiga puluh menit seru yang mereka lakuin ga menarik perhatian gue sama sekali! Malahan gue sebel ngeliatnya. Kenapa sih cowok kalo ada masalah semua selesaiin pake adu tonjok?
Rega memukul, Tommy membalas. Rega menendang, Tommy membalas. Bego kan?
Sampai akhirnya dua orang itu berhenti dan mengerang sakit di lantai. Ternyata udah selesai?
"Udah selesai melepas kangennya? Mau diobatin ato masih mau mukul?" Tanya gue sambil melipat tangan di depan mereka.
"Ta! Lu sengaja?!" Tanya Tommy.
"Menurut lu?" Tanya gue acuh.
"Ta! Kenapa lu gila sih?" Tanya Rega.
"Lu yang gila!" bales gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You #2 : Reta
DragosteSekuel kedua dari "Loving You". Tato yang gue bikin lima taon yang lalu. Dengan rasa sakit dan perih yang gue tahan saat tato dibuat. Tato yang banyak kenangan pahit. Dan membuat gue merasa lebih sakit dan perih daripada saat tato ini dibuat dulu. T...