Bab 6.

11.5K 419 4
                                    

Dara terkejut saat melihat Nazam sudah menunggunya di lobby, Dara berlari menghampirinya dan menepuk bahunya. Dara langsung mengembangkan senyumannya saat Nazam menoleh ke arahnya.

"Kok ke sini gak bilang-bilang dulu?" Tanya Dara.

"Kaya mana mau bilang, handphone lu aja mati."

Dara memukul keningnya. Ia baru ingat jika ponselnya ia matikan agar kakaknya tidak mencarinya.

"Maaf, gue lupa."

"Lu jadi liat kosan nyokap gue, gak?"

"Ya jadilah, yuk. Buruan." Dara menarik tangannya. Mata Nazam mengarahkan   pada pergelangan tangannya yang di pegang oleh Dara. Entah mengapa ia menjadi deg-degan seperti ini saat tangannya di pegang oleh Dara. Nazam menautkan ruas-ruas jari Dara sambil menggoyangkan ke depan dan ke belakang.

"Lu sudah makan?" tanya Nattan.

"Belum. Kenapa mau traktir?"

"Lu mau makan apa?"

"Sate kuda." ucap Dara asal sembari menatap Nazam. 

"Mana ada sate kuda. Napa gak sekalian aja sate buaya,"

"Hehe bercanda, Zam. Udah yuk kita cari makan, gue sudah lapar."

"Mau makan apa?"

"Rendang aja."

"Ya, udah."

Sesampainya diparkiran, Dara mencari keberadaan mobil Nazam. "Mobil lu mana, Zam."

"Gak bawa."

"Terus lu ke sini naik apa?"

"Naik taksi." jawabnya.

"Kita naik mobil lu aja ya, biar gue yang bawa."

"Ya, udah nih kuncinya, jangan ngebut-ngebut, ya." Dara.

"Serasa seperti supir, ya."

"Iya supir dadakan." Jawab Nazam.

Di perjalanan Nazam sesekali melihat ke arah Dara yang pandangannya lurus ke depan.

"Stop!" Dara menepuk bahu Nattan.

"Kita makan di situ." tujuk Dara pada rumah makan nasi Padang.

"Ya, udah." Dara turun dari mobil dengan dibarengi oleh Nazam.

Dara duduk dengan santai sambil menunggu Nazam datang.

"Ngekos di tempat lu bayar berapa?"

"Gak usah bayar kata mamah. Lagian kita kan sudah kenal lama, jadi gak usah bayar."

"Baik banget sih mamah lu."

"Makanya kalo cari mertua tuh kaya mamah gue." Kode Nazam pada Dara.

"Ck. Ada-ada aja."

"Lu mau ngekos buat apa? Lu marahan sama kakak Lea?"

"Marahan si enggak, cuma gue pengen mandiri aja."

"Terus kak Lea tau elu ngekos?"

Dara menggelengkan kepalanya lemah.

Nazam mengusap tangan Dara. "Walau bagaimana pun lu harus cerita, Ra."

"Nantilah tunggu beberapa bulan ke depan."

"Udah gih! Gak usah bahas gue mulu."

"Iya."

Dara memundurkan tubunya saat makanan telah di tata di meja. "Zam? Nanti bantuin gue simpun-simpun, ya?"

"Iya aman aja."

Second Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang