Dara pagi-pagi sekali sudah datang ke rumah sakit untuk menjaga Nattan. Tadi subuh Dara dapat telpon dari kakaknya untuk bergantian menjaga Nattan, karena kakaknya akan pergi ke luar kota untuk melihat pembangunan toko roti.
Nattan tersenyum saat melihat Dara masih sudih mengunjunginya. "Pagi." sapa Nattan.
"Pagi, bagaimana kondisi mu, mas? Apa kepala mu masih sakit?" Dara menarik kursi lalu duduk di samping ranjang suaminya.
"Sudah tidak lagi."
"Ini tadi pagi aku sama mamah masak bubur untuk kamu." Dara membuka tempat bekal yang tadi pagi sudah ia siapkan.
Nattan mendengus mencium bau bubur yang Dara bawakan untuknya. "Bisa makan sendiri?" tanya Dara.
Nattan menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa." Nattan memperlihatkan tanganya yang dililitkan oleh perban. "Baiklah aku akan menyuapi mu." Nattan menerima suapan pertamanya dari tangan Dara. Nattan tersenyum sebagai tanda terimakasihnya pada Dara. Di saat-saat seperti ini Dalea selalu pergi meninggalkan dirinya, kekasihnya itu terlalu sibuk hingga tak bisa meluangkan untuknya waktunya.
"Apa enak?" tanya Dara sambil ngaduk-ngaduk buburnya.
"Enak." ujarnya. Nattan membuka mulutnya dan menerima suapan yang keduanya. Setelah selesai memberi makan, Dara memberi segelas air mineral pada Nattan.
"Terimakasih." Nattan mengusap sudut bibirnya.
Dara mengusap kening Nattan yang di balut perban. Nattan buru-buru menjauhkan tangan Dara dari keningnya.
Dara merasa sentuhanya terasa asik untuknya. "Maaf." Dara menundukkan kepalanya.
"Ah tidak apa-apa."
Nattan mengambil ponselnya yang tiba-tiba berdering. Nattan tersenyum melihat nama Dalealah yang tertera di layar ponselnya.
"Pagi, sayang." sapa Nattan.
"Pagi juga, sayang."
"Bagaimana? Kepala mu masih sakit?"
"Yah, hanya sedikit."
"Mas? Apa di situ ada Dara?"
"Oh ada nih Dara." Nattan membalikan kameranya.
"Syukurlah dia ada di sana"
"Mas, aku tutup dulu yah panggilanya."
"Iya, kamu di sana hati-hati yah."
"Iya, mas, dadah.."
Nattan menaruh kembali ponselnya sambil tersenyum. Dara melihatnya juga ikut tersenyum, Dara tahu panggilan dari kakakny membuat Nattan jadi semangat berbeda dengan dirinya.
Dara menutup mulutnya menahan rasa mual. "Kenapa, Ra?" tanya Nattan mulai khawatir saat melihat raut wajah Dara mulai berubah.
Dara menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, mas." Dara berlari ke kamar mandi tak bisa lagi menahan rasa mualnya dengan disusuli oleh Nattan.
Huek
Dara memuntahkan sisa sarapannya tadi pagi. Nattan yang melihat Dara muntah mulai memberanikan menepuk punggung Dara.
Huek
"Muntahkan lagi, Ra."
Dara mencengkeram ujung washtafel. "Aku gak kuat, mas."
Bruk
Dara ambruk seketika, kakinya terasa lemas bagaikan jelly. Ia benar-benar tak bisa berdiri. Nattan keluar sambil berteriak meminta tolong. Dara hanya biasa menatap punggung Nattan yang mulai menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (END)
RomanceDara tak punya pilihan lagi selain menikah dengan orang yang telah membuat masa depanya menjadi hancur dan lebih menyedihkanya lagi Dara menikah dengan calon kakak iparnya sendiri dan itu membuat Dalea harus mengikhlaskan kekasihnya hidup bersama ad...