Dara terkejut saat melihat keberadaan Dalea sudah ada di apartemennya. "Kak Lea?" cicitnya.
"Iya Dara, sayang."
"Mas? Apa kabar?" Dalea langsung menghambur kepelukan Nattan dan Dalea tidak malu berciuman dihadapan Dara, istri sah Nattan. Dara tak mau menganggu, lebih memilih untuk naik ke atas dan mencari kamarnya.
Tangan Dara terhenti saat Nattan mencekal tanganya. "Kamar kamu ada di bawah, Ra." ujar Nattan.
Dara mendongakan kepalanya. "Lalu ini kamar siapa?"
"Ini kamar aku." Dara hanya tersenyum kecut lalu menurunkan kembali kopernya ke bawah.
"Mas? Kamu dimana?" tanya Dalea.
"Aku di kamar, sayang!"
"Aku ke sana yah?"
"Iya." jawab Nattan, Dara menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam. Di sini Dara seperti obat nyamuk dari kesaksian percintaan mereka. Mereka sama sekali tak menganggapnya ada, mereka lupa jika ia ini adalah istri Nattan dan mereka tak memperlakukanya dengan baik. Dara menghempaskan tubuhnya dan memeluk guling di sampingnya. Hati terasa sakit melihat perselingkuhan meraka mengabaikan kesehatanya yang kini tengah mengandung.
"Keinginan mu sudah aku kabulkan yah." Nattan memeluk Dalea dan mencium tengkuknya.
Dalea membalikan badanya dan melingkarkan tanganya pada leher Nattan. "Kamu memang yang paling, best!" Dalea menyentil hidung Nattan lalu menyandarkan kepalanya pada dada bindang milik Nattan.
"Siapa dulu dong, Nattan gitu loh!"
"Nonton flim yuk!" ajak Nattan.
Malam yang panjang telah dihabisi oleh Dara seorang sendiri. Dara melepaskan cincin pernikahanya lalu di taruhnya di atas nakas.
Pagi pun telah tiba Dara sudah menyiapkan nasi goreng untuk kakak dan suaminya. Semuanya telah Dara siapkan untuk keperluan mereka. Dara mendongakan kepalanya saat melihat dua sepasang kekasih telah turun bersamaan.
"Pagi," sapa Dalea lalu duduk di sisi kanan Nattan.
"Ini kamu yang masak, Ra?" tanya Dalea.
"Iya kak." jawab Dara lalu menyendokan nasi ke dalam mulutnya.
"Sepertinya enak." Nattan menghiruk kepulan asap di atas piringnya.
"Di makan, mas!" titah Dalea.
Dara melihat leher Dalea terdapat jejak biru keunguan yang terlihat dengan jelas di lehernya dan tanda itu juga terdapat pada leher Nattan. Dara menutup mulutnya menahan rasa mualnya karena melihat tanda menjijikan itu.
Hoek
Dara buru-buru berlari ke washtafel untuk memuntahkan sarapannya. Karena khawatir Dara kenapa-napa, Nattan bergegas menghampirinya dan benar saja Dara terduduk dengan bersandar di dinding. "Dara? Kamu kenapa?" Nattan membantu memberdirikan Dara.
Nattan merebahkan Dara di sofa. "Kamu kenapa, Ra?" Nattan khawatir dengan keadaan Dara yang sedari tadi diam saja.
"Aku tidak apa-apa, mas. Hanya mual saja."
"Itu sudah biasa, mas." sahut Dalea. Nattan tidak menghiraukanya. "Apa kamu ingin sesuatu?" tanya Nattan barang kali Dara ingin memakan sesuatu.
Dara menggelengkan kepalanya lemah. "Aku mau istirahat saja." Dara bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam kamarnya.
Nattan baru mengerti. Kenapa mamah melarangnya untuk pindah rumah, itu karena kondisi Dara yang masih sedikit lemah. Nattan menatap punggung Dara yang mulai hilang dari balik pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (END)
RomanceDara tak punya pilihan lagi selain menikah dengan orang yang telah membuat masa depanya menjadi hancur dan lebih menyedihkanya lagi Dara menikah dengan calon kakak iparnya sendiri dan itu membuat Dalea harus mengikhlaskan kekasihnya hidup bersama ad...