"Ayah jahat!"
"Tidak sayang." Nattan baru saja ingin memeluk bocah lelaki itu, namun ia sudah menghilang.
Nattan terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk. Ia bermimpi bertengkar dengan seorang anak laki-laki. Apa itu pertanda jika anaknya akan membencinya? Tapi ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Dalea jika bayi yang Dara kandung adalah anaknya. Ia takut Dalea akan membencinya dan meninggalkan dirinya setelah tau yang sebenarnya.
"Astaga aku harus bagaiman ini." Nattan menyugarkan rambutnya.
Keesokan harinya. Dara dan Dalea tidak saling tegur sapa, bahkan Dalea membuang wajahnya saat bertemu dengan Dara.
"Andai kamu kak tau siapa ayah dari anak ini, pasti kamu juga akan membencinya sama seperti aku." guman Dara sambil menyeka air matanya.
Hari-hari sudah berlalu dan pernikahan Dara dan Nazam tinggal menunggu beberap hari. Dan pikiran Nattan belum tenang sebelum ia bertanggung jawab atas perbuatanya kepada Dara.
"Kamu kenapa, mas?" tanya Dalea.
"Hah?" saut Nattan blank seketika.
"Kamu kenapa, mas. Tumben bengong?"
"Aku lagi gak enak badan, sayang."
"Mau aku kerokin?"
"Gak usah."
"Oh, iya. Nanti malam ajak Dara ke rumah, yah. Aku mau ngajak dia makan malam."
"Ngapain juga sih kamu ngajak dia." sewot Dalea.
"Kamu gak boleh gitu, sayang. Bagaimana pun juga Dara itu adik kamu." Nattan memperingatinya.
"Iya. Mau makan malam di mana?" tanya Dalea malas.
"Di rumah aku."
"Iya,"
"Kamu kok akhir-akhir ini beda sih? Kenapa?"
"Aku gak enak badan, sayang."
"Aku mau ke kantor dulu yah?" Nattan menyambar kunci mobilnya dan menciun kening Dalea. Biasanya Nattan rela tidak masuk kerja hanya demi menemani Dalea di kantornya dan sekarang ia jadi tidak betah berlama-lama di kantornya, apalagi di mejanya terpajang foto mereka saat kecil dan itu membuat Nattan merasa berdosa pada Dara.
"Iya, hati-hati, sayang." Dalea bangkit dari duduknya, lalu mencium pipi Nattan dan memeluknya.
"Aku pergi yah, bye." Nattan mencium kening Dalea lalu pergi dari ruanganya.
Dara menatap hasil USGnya tadi siang. Bayi yang meringkuk dengan tenang kini telah berusia enam minggu, tak sabar rasanya ingin mencium dan mengendong buah hati kecilnya. Dara menaruh hasil USGnya di dalam tasnya. Siang ini Nazam ingin bertemu di cafe dekat rumahnya.
Nattan menepikan mobilnya saat melihat Dara sedang menyebrang. Nattan bergegas keluar dan menghampirinya.
"Dara!" panggil Nattan. Dara menoleh lalu mempercepat langkahnya. Nattan berlari dan akhirnya ia dapat mengapainya.
"Lepasin!"
"Tidak."
"Dengarin aku dulu!" Nattan membawa Dara ke dalam mobilnya.
"Maafin aku, Ra." Nattan menaruh tangan Dara di keningnya.
"Maafin aku, Ra." gumanya lagi. Dara mendorong tubuh Nattan.
"Maaf dari kamu gak bikin semuanya kembali seperti semula. Kamu senangkan liat aku jadi wanita hina seperti ini? Kamu senangkan!" seru Dara.
Nattan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak seperti itu, Ra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love (END)
RomanceDara tak punya pilihan lagi selain menikah dengan orang yang telah membuat masa depanya menjadi hancur dan lebih menyedihkanya lagi Dara menikah dengan calon kakak iparnya sendiri dan itu membuat Dalea harus mengikhlaskan kekasihnya hidup bersama ad...