Ada rasa senang bukan kepalang ketika melihat satu like di akun sosmedku darimu. Atau pesan inbox jaman dulu ketika ada angka satu disana, aku sangat berharap dan cemas itu darimu atau bukan. Atau juga pesan singkat yang berisi dua kata, "Selamat malam" atau hanya dua huruf, "Hi", yang masuk dan membuat ponsel jadul express music milikku -kurang lebih 8 tahun silam- berdering sangat lama jika tidak kunjung dibuka.Di hadapan layar kecil bercahaya itu, aku tersenyum membayangkan misalnya aku sedang dihadapanmu. Ekspresi macam apa yang harus aku berikan? Tapi yang jelas, aku sibuk bertanya... "adakah perasaan yang sama untukku didalam hatimu?"
Setiap hari aku selalu mencari topik yang sekiranya membuatmu tidak memiliki alasan untuk meninggalkan percakapan kita. Aku ingin kamu nyaman seperti nyaman yang aku rasakan saat bersamamu. Aku ingin kamu paham bahwa perasaanku sudah lebih dari sekedar menganggapmu sebagai seorang teman. Aku membagi setiap luka dan tawaku padamu, sebab aku tau kamu orang yang berbeda. Yang sangat aku percaya.
Aku tau kamu malu dan sangat grogi setelah nada sambung operator mengantarkan suaraku padamu. Kamu sedikit gagu dan aku tertawa, menertawakanmu. Tapi itu tidak berlaku sewaktu aku dihadapkan langsung denganmu. Kamu berkata-kata dan aku diam seribu bahasa.
Aku cemburu jika ada gadis yang akrab denganmu melebihiku. Aku cemburu saat melihatmu bercanda dengan gadis selain aku. Tapi, aku tak bisa seegois itu, kan? Bahkan siapa aku yang berani melarangmu ini dan itu. Meski jadi pasanganmu, menurutku tak baik membatasi apa yang kamu sukai.
Beberapa teman kita dulu tidak percaya kalau hubungan kita hanya sebatas pertemanan. Teman SMP-mu yang juga teman SD-ku selalu mempertanyakan bagaimana aku denganmu. Begitupun sebaliknya yang terjadi terhadapmu.
Mereka sibuk sekali, ya... kita seperti artis saja dibuatnya. Haha. Terkadang mereka mengganggu percakapan kita juga distatusku atau statusmu dan sering bilang, "cie" untuk kita berdua.Setelah melulu kupikir-pikir, kita memang lebih dari semua itu. Setiap lukamu menjadi lukaku, setiap tawamu menjadi tawaku. Begitupun sebaliknya. Dan akhirnya aku mempercayai bahwa kamu juga menaruh rasa, sayangnya aku takut perasaan itu membuat batas diantara kita.
Tapi setelah banyak hal yang kita lewati, Alhamdulillah aku bersyukur bisa sah menjadi pendamping hidupmu.
Saat ini aku paham benar, tak ada yang paling tau tentangmu kecuali aku dan keluargamu, kan?
Dan tak ada yang paling paham aku kecuali kamu.-Aqilah Pratiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
Kubiarkan Cinta Memelukku
PoetryAku sudah memulai dari film yang pernah kita kagumi bersama, shampo yang ku pakai lantas membuat tetangga terkagum-kagum, bahkan dengan drama yang ingin ku berikan untuk kamu lihat. Aku menontonnya bersama teman-temanku dilibur semester yang hanya b...