Hari-hariku yang terkesan biasa saja. Bahkan, bahagia juga datang sesekali. Seketika berubah menjadi harapan yang tak tentu bisa kudapatkan. Semua itu terjadi akibat kau datang
Kau datang membawa kiloan bom atom yang meledakan semestaku, menghancurkan jagat rayaku beserta pertahanan yang aku bangun jauh-jauh hari. Ini yang tidak aku suka, jatuh kembali pada lubang yang sama, patah kembali akibat luka yang tak jauh beda seperti luka lama.
Dengan senyuman yang mengandung alkohol berlebih, kau mabukan diriku dalam asmara. Membuatku terbang membayangkan bagaimana rasanya jika kau menjadi milikku. Aku merasa heran, sebelumnya, aku tak pernah berharap setinggi ini. Aku tak bisa menyalahkanmu karena mungkin, ini akibat aku yang terlalu berpikir jauh.Kau pamit, menyisakan semerbak wangi aroma tubuh, menjatuhkan aku yang sudah terbang jauh.
"Ahh.. kenapa kau pergi? Duduk dulu disini, disampingku. Biar kuceritakan betapa besarnya harapanku terhadapmu" begitu kataku dalam hati. Sayangnya, kau tak mendengar. Mungkin, jika kau mendengarpun kau tak akan perduli. Tanpa tanggung jawab, kau biarkan aku tergeletak akibat rasa yang kau hadirkan. Entah rasa apa namanya, sebelumnya aku tak pernah merasakan ini."Berharap itu normal. Yang tidak normal, berharap sampai kau melupakan harapan lama yang kau tata sedemikian rupa".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlas Yang Lepas
Ficção AdolescenteUntukmu, yang pernah memporak porandakan hati. Lalu, pergi tanpa intonasi.