7-Cemburu

2.3K 116 0
                                    

Sudah sejak beberapa menit yang lalu Sakura, Zhang maupun Pangeran Liu berdiri di tempatnya dengan pikiran masing-masing. Namun, Sakura sedari tadi tak bisa tenang karena Pangeran muda itu terus saja memandanginya dengan tersenyum manis jika saja dia bukan seorang Pangeran, Sakura sudah pasti akan mencacinya.

"Pangeran apa anda tidak lelah sedari tadi terus memandangi hamba" tanyanya dengan pelan. Ia mengingat-ngingat tata kerama berbicara dengan seorang petinggi istana di dalam buka yang pernah ia baca dulu. Ah mengingat buku membuat Sakura mengela nafas dengan kasar karena biasanya setelah pulang dari pasar ia akan berkutat di depan meja dengan setumpuk buku. Tidak peduli ayah Xuang memarahinya karena terlalu lama membaca hingga tak kenal waktu.

Lagi-lagi ia teringat sosok pria tua yang terus memarahinya itu namun ada kalanya Ayah Xuang selalu memberikan kasih sayang yang terhingga pada Sakura. Sakura terdiam dengan air mata yang memupuk di pelupuk matanya.

"Kenapa kau bersedih?" sontak saja Pangeran Liu menatap Sakura yang terdiam itu dengan gusar.

"Hamba tidak apa-apa" sahutnya sendu.

"Maafkan aku"mohon Pangeran Liu semberi menghapus air mata di pipi Sakura.

"Anda tidak memiliki kesalahan terhadap hamba" sahut Sakura semberi menyanggah tangan Pangeran Liu di pipinya lalu dengan sedikit salah tingkah Pangeran Liu menarik tangannya ke balik kain hanfunya.

"Kalau begitu berhentilah bersedih" titah Pangeran Liu semberi memundurkan langkahnya beberapa senti.

"Zhang" panggil Pangeran Liu pada Zhang yang terdiam di antara mereka.

"Hamba Pangeran" sahut Zhang dengan cepat.

"Siapkan perjalanan"titahnya penuh kewibawaan.

"Baik yang Mulia!" Zhang mengangguk lalu segera mengundurkan diri untuk melaksanakan tugasnya.

"Panglima.." panggil Sakura pelan namun sanggup menghentikan langkahnya.

"Bolehkah aku bersamamu?" tanyanya dengan tersenyum. Sesaat Zhang melirik pada Pangeran Liu yang terlihat tak suka dengan permintaan Sakura. Lalu kembali menatap pada Sakura yang terlihat begitu ingin bersamanya.

"Disinilah bersama Pangeran Liu sebab aku akan mengawal perjalanan yang penuh dengan resiko bahaya"

"Tapi, aku telah.."

"Ucapan Zhang benar. Jadi disinilah bersamaku" setuju Pangeran Liu semberi meraih lengan mungil Sakura. Zhang mengangguk dengan semberi melirik kepada Sakura yang terlihat sendu.

***

Dengan sedikit terpaksa Sakura duduk berdampingan di kereta tandu yang sama dengan Pangeran Liu yang terus saja menatapnya. Sakura tak tahu harus bersyukur atau sebaliknya atas kebersamaannya ini. Kalau saja ia bahagia tentu ia tak gelisah seperti sekarang ini. Bagai hawa panas yang merasuki tubuhnya di kala musim kemarau tiba padahal cuaca sekarang ini cukup lembab. Sakura menghembus nafas pelan lalu memberanikan diri menatap Pangeran Liu.

"Pangeran kenapa kau menangkap semua orang yang berjualan di pasar?" tanya Sakura dengan ragu.

"Beberapa waktu yang lalu Kerajaan Hongli kalah peperangan dengan Kerajaan di Barat hingga banyak prajurit yang terbunuh"

"Jadi maksud anda para tawanan yang telah tertangkap akan di jadikan prajurit?"

"Hmmm.. Begitulah"

"Bagaimana dengan para wanita?"tanya Sakura lagi semakin penasaran.

"Mungkin akan menjadi pelayan, gudik, selir dan permaisuri jika kau beruntung"

"Benarkah!?" tanya Sakura lagi dengan mata berbinar sebab ia sedari dulu sangat tertarik dengan kehidupan istana yang menurutnya sungguh anggun.

"Ya mungkin seperti itu" sahut Pangeran Liu dengan malas.

"Hamba sangat menyukai semua tentang istana"

"Mengapa kau menyukainya? Bukankah kau bukan seorang anggota kerajaan lalu dimana kau mengetahui semua peraturan istana yang sungguh memuakkan itu?"tanya Pangeran Liu dengan bertubi. Sekarang kekagumannya terhadap Sakura semakin meningkat sebab selain cantik, Sakura juga memiliki wawasan yang cukup tinggi padahal ia hanya seorang gadis desa yang tertinggal.

" Sudah sedari kecil hamba sangat rajin membaca hingga memiliki banyak pengatahuan pasal istana" jelas Sakura dengan bersemangat.

"... Pangeran kebahagian itu bermula atas diri kita, jadi jika bagi anda kehidupan istana sangatlah memuakkan itu di karenakan anda menjalankannya setengah hati"tutur Sakura tak setuju dengan ucapan yang di lontarkan Pangeran Liu.

"Ketahuilah bahwa tak semua buku yang kau baca memiliki kebenaran. Kehidupan istana tak selamanya selalu bahagia dan tentram. Bahkan terkadang ia lebih runcing dari sebilah bambu" sahut Pangeran Liu dengan tersenyum kecut lalu memandang keluar jendela seraya bersedekap. Sedang Sakura terdiam semberi memikirkan ucapan Pangeran Liu yang sepertinya sangat tidak menyukai kehidupan istana tersebut.

"Pangeran, jika kehidupan istana tak seperti apa yang hamba ketahui lantas seperti apa kehidupan istana yang sesungguhnya?"

"Sakura ketahuilah bahwa kehidupan istana sungguh menipu jika kau tak pandai memainkan pedang maka janganlah mencobanya"

"Tapi, bukankah sekarang anda telah menjerat hamba untuk memasuki kehidupan istana?"

"Maaf telah membuatmu masuk ke dalam lingkarannya tetapi, maaf aku tidak akan pernah melepaskanmu karena hati ini sudah terlanjur menyukaimu" ucap Pangeran Liu dengan raut wajah datar.

"Apa yang anda ucapkan?"tanya Sakura dengan bingung.

"Aku..." sahut Pangeran Liu dengan tersendat lalu beberapa saat kemudian ia mulai mendekatkan wajahnya pada Sakura yang terdiam. Hingga bibir tebal miliknya menubruk bibir tipis milik Sakura dengan penuh kelembutan. Sakura yang semulanya terpaku langsung mendorong bahu Pangeran Liu agar menghentikan kegiatannya.

"Pangeran.." Sakura menggeram tertahan lalu menghapus jejak di bibirnya dengan lengan hanfu.

"Sakura.. Maaf! Aku tidak bermaksud berbuat seperti itu padamu. Sungguh ini di luar perkiraan" jelas Pangeran Liu dengan bergetar.

"Sudahlah! Pangeran mohon hentikan tandu ini sebentar!" perintah Sakura tanpa peduli dengan kedudukan Liu yang pada dasarnya lebih tinggi dari padanya yang hanya seorang gadis desa.

"Baiklah" setuju Liu semberi mengetuk tandu isyarar agar Semuanya menghentikan perjalanan. Sesaat setelah itu tandu di hentikan lalu Sakura turun dengan tergesa meninggalkan Pangeran Liu yang gundah akibat ulahnya yang membuat Sakura yang seperti marah padanya.

Ah sial memang! Keinginannya terhadap Sakura begitu besar padahal adalah ini adalah pertemuan pertama mereka. Liu menggeleng pelan lalu segera turun untuk mengikuti Sakura yang telah melanglang dari sampingnya.

"Pangeran, kenapa perjalanan di hentikan?" tanya Zhang yang baru saja menghampirinya.

"Emmm.. Sakura ah bukan maksudku kita perlu istirahat sebentar" sahut Pangeran Liu dengan gugup. Zhang yang melihat tingkah Pangerannya yang seperti ini tentu saja bingung pasalnya Pangeran Liu bukan tipe seorang pemuda yang pemalu, namun kalau di lihat dari binar wajahnya sekarang ini Pangeran Liu tengah menahan malu. Entah atas hal apa. Sesaat Zhang menengedah ke sekitar tandu untuk mencari sosok Sakura disana namun sepertinya gadis itu sedang telah tiada. Ingin sekali Zhang menanyakan keberadaan Sakura akan tetapi ia enggan terhadap Pangeran Liu yang sepertinya menaruh hati pada Sakura.

"Baiklah kalau seperti itu. Apakah kita memerlukan hewan buruan untuk santapan sebelum kembali ke istana?" tanya Zhang mencoba tak memikirkan suatu hal yang terjadi pada Sakura dan Pangeran Liu.

"Kerjakanlah apa yang menurutmu di perlukan. Sekarang aku akan beristirahat sebentar" ucap Pangeran Liu semberi menepuk punggung Zhang. Zhang mengangguk dan segera pergi dari hadapan Pangeran Liu.

***
Bersambung..

Vote dan komentarnya di tunggu!

Terima kasih sudah berkenan membaca dan memberi dukungan pada cerita saya .

@syafaah_rahmi

Martapura/

Sakura (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang