Chapter 6

867 89 6
                                    

"Natsu? Bisa masak? Aku tidak bisa membayangkannya, Lucy," ujar Happy dengan wajah berpikir serius.

"Aku juga, Happy. Sulit membayangkannya karena Natsu hanya bisa menghanguskan segalanya." Lucy berkata sembari tertawa ringan membuat Natsu berteriak protes kepadanya.

"Huh! Ceritanya tidak menarik!" gerutu Natsu. Dragon slayer api itu merenggut membelakangi Lucy.

"Kalau tidak suka, ya sudah tidak usah dengar. Aku bercerita untuk Happy," ujar Lucy, mengacuhkan Natsu yang sepertinya kesal padanya.

"Ayo, Happy! Kita lanjutkan. Jadi..."

"Arghhhhh! Aku masih tidak mengerti kenapa kau menjadikan si Pirang itu pangeran dan aku naga brengsek! Arggggggghhhh! Aku kesal!" amuk Natsu. Api mengobar di kepalanya yang sewarna sakura.

"Apa-apaan kau, Natsu? Jangan bakar rumahku!" amuk Lucy tak kalah berang.

"Kalau begitu aku saja yang pangerannya! Aku yang akan menyelamatkanmu!"

"Hah? Kau tidak pantas jadi pangeran, Natsu! Kau pantasnya jadi barbarian!"

"He? Apa itu barbarian? Ah! Yang penting aku mau jadi pangeran penyelamatmu!"

"Kan dicerita kau sudah menyelamatkan Lucy, Natsu. Lagipula biasanya kau juga menyelamatkan Lucy, kan?" timpal Happy menginterupsi pertengkaran tak penting Natsu dan Lucy.

"Emmm... Kau benar juga. Tapi, itu berbeda! Aku tidak jadi pangeran!"

"Kau ngotot sekali, Natsu," gerutu Lucy sembari memutar bola matanya.

"Tentu saja aku ngotot! Itu karena... Itu karena..." Natsu mulai kebingungan, mungkin kehabisan kata-kata.

"Sudahlah, Natsu. Kau kan sudah sering menyelamatkan Lucy di dunia nyata," ujar Happy.

"Hem.. Kau benar," setuju Natsu sembari berpose seakan berpikir.

"Lucy juga sering bersamamu dan bergantung padamu," lanjut Happy.

"Kau benar, Happy. Lucy tidak bisa hidup tanpaku."

"Hey!" protes Lucy.

"Ya, tidak seperti Sting. Kau juga tidak bisa hidup tanpa Lucy, kan?"

"Hem, ya. Aku tidak bisa hidup tanpanya, ya, ya," ucap Natsu entah sadar atau tidak.

Sementara Lucy tersentak, "Eh?"

"Tapi, herannya kenapa kalian tidak pernah berciuman, ya?" pancing Happy, akhirnya.

"Hem, hem. Kau benar. Aku juga heran kenapa aku dan Lucy tidak-"

Mengepul. Kepala Lucy mengepulkan asap seiring perkataan Natsu hasil pancingan Happy. Wajahnya merona, memerah seakan dia adalah tomat yang telah masak.

"Kalliiaaann swallliiinggg mwennyyuukaiiiii," goda Happy. Tak disangka, hal itu membuat wajah Natsu semerah Lucy.

"A-Aku.."

"Ah, Happy! Bagaimana kalau kita lanjutkan ceritanya! Aku juga punya ikan untuk camilanmu," seru Lucy tiba-tiba. Kucing biru itupun melupakan kejahilannya.

"Nah! Sampai mana tadi? Oh! Lucy tengah memakan kuenya..."

Lucy melirik Natsu yang hendak kembali tidur di sampingnya. Mata mereka bertemu dan tak dinyana, Natsu urung dan malah tiduran di lantai.

"Aku gerah," ucapnya.

"O-oh, ya." Lucy pun melanjutkan ceritanya sembari berusaha menurunkan suhu panas di pipinya. Juga mengabaikan gambaran wajah Natsu yang merona tadi.

Fairy Tail: Beauty and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang